news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kasus IM Harusnya Bisa Lebih Jernih

Fakhri Adzhar
Writer @pesantrendaqu
Konten dari Pengguna
2 Januari 2021 9:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fakhri Adzhar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
foto: republika.co.id
Membaca kasus IM cukup membuat mengernyitkan dahi. Kasus yang diduga terjadi sejak tahun 2016 lalu ini terkuak kala beberapa penyintas membuka suara. Alumni Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UII angkatan 2012 ini diduga melakukan kekerasan seksual terhadap kurang lebih 30 orang perempuan. Meski kampusnya saat ini, yakni Universitas Melbourne Australia, telah menutup kasus itu dan IM dinyatakan tidak bersalah karena bukti yang tidak cukup, tapi perkembangan kasusnya di Indonesia masih terus bergulir. Kasusnya semakin besar berkat gelar mahasiswa berprestasi sekaligus reputasi IM sebagai orang yang agamis.
ADVERTISEMENT
Gelar mahasiswa berprestasi yang diberikan kepada IM tentunya atas dasar nilai atau pencapaian tertentu dari yang IM raih di kampus. Misal, IM adalah anak teknik yang belajar ilmu mekatronika, pertambangan dan lain-lain. Ia amat mahir sehingga nilai-nilai dalam mata kuliah tersebut bagus. Itu bisa jadi salah satu parameter.
Gelar itu juga bisa diraih oleh mahasiswa yang memiliki prestasi, baik tingkat kampus hingga tingkat internasional. Dan biasanya mereka yang berprestasi di bidang studinya. Ini yang disayangkan.
Kebebasan mengikuti kompetisi di bidang yang para mahasiswa mau kerap diklaim oleh pihak kampus akan disupport. Tapi nyatanya? Apakah ada anak teknik yang berprestasi di bidang musik, misalnya, mendapat perlakuan itu? Nampaknya jarang terjadi. Ujungnya, prestasi itu diraih dengan modal dan hanya untuk kesenangan pribadi.
ADVERTISEMENT
Melihat kiprahnya di dunia kampus dan dakwahnya, rasanya gelar yang diperoleh IM tak perlu disematkan pun, Insya Allah, sudah mendapat ganjaran sendiri. Tapi, kalaupun perlu disematkan, harusnya kalau ada mahasiswa lain yang sukses bikin mobil, misalnya, tapi ia mengambil studi di bidang ekonomi, juga layak menyandangnya.
Status mahasiswa berprestasi juga sering diinterpretasikan sebagai mahasiswa “suci” dan “nihil kesalahan”. Beban moral ekspektasi masyarakat terkadang malah menjerumuskan para penyandang gelar itu. Padahal manusia memang tempatnya salah dan dosa. Yang salah itu manusianya, bukan atribut yang ia kenakan.
Konsekuensi apa yang akan didapat IM kala ia menyandang gelar mahasiswa berprestasi? Highlight pemberitaan tentu dihiasi oleh nama dan gelar yang ia sandang.
ADVERTISEMENT
Dalam dunia jurnalistik, selain informasi, memang penting untuk memberikan kesan menarik pada berita. Mau itu di judul, thumbnail, caption, hingga isinya. Karena itu, sah-sah saja kalau berbagai kanal berita menyematkan gelar mahasiswa berprestasi pada IM dalam tajuk beritanya, karena memang menarik.
Tapi, efeknya adalah opini masyarakat yang terbangun. Apa iya seorang yang berprestasi di kampus dan agamis bisa melakukan itu? Kalau sudah begitu, timbullah stigma bahwa tidak semua orang agamis dan berprestasi itu baik.
Yang disayangkan adalah, kebanyakan tulisannya "tidak bertanggungjawab" atas opini yang terbangun di masyarakat tersebut. Bersembunyi dalam frasa "biar masyarakat yang menilai". Padahal, tugas jurnalis adalah menyampaikan kebenaran dan membangun sikap kritis masyarakat, bukan menggiring opini.
ADVERTISEMENT
Gelar mahasiswa berprestasi ini harusnya juga dibahas di tulisan lain. Pun dengan sifat agamis yang IM sandang, termasuk orang-orang yang sering berinteraksi dengannya dalam kesehariannya. Selain sebagai bagian dari cover both side, ini akan memberikan gambaran bagaimana kasus ini tak ada kaitannya dengan gelar apapun yang IM peroleh. Kalaupun terbukti salah, murni karena sifat ia sebagai manusia, di samping harus tetap mengawal perkembangan kasusnya. Ini akan meminimalisir timbulnya stigma negatif seperti yang disebutkan sebelumnya.
Mari berikan informasi yang komprehensif. Perhatikan seluruh aspek, bahkan hingga efek yang akan timbul dari berita yang kita buat. Jangan lari dari tanggung jawab tersebut.