Konten dari Pengguna

Khalayak dalam Sosiologi Komunikasi dan Budaya Populer

Fakhri firman
mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
27 Desember 2020 15:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fakhri firman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
https://p ixabay.com/id/illustrations/pasar-membeli-adil-orang-orang-4856748/
zoom-in-whitePerbesar
https://p ixabay.com/id/illustrations/pasar-membeli-adil-orang-orang-4856748/
Sosiologi dalam perkembanganya sudah memiliki beberapa spesifikasi keilmuannya. Salah satu spesifikasi dalam sosiologi adalah sosiologi komunikasi. Menurut Seorjono Soekanto dalam buku Mahyudin yang berjudul Sosiologi Komunikasi Dinamika Relasi Sosial di dalam Era Virtualisasi (2019), mendefinisikan sosiologi komunikasi merupakan kekhususan sosiologi dalam mempelajari interaksi sosial yaitu suatu hubungan atau komunikasi yang menimbulkan proses saling mempengaruhi antara indivudu atau kelompok.
ADVERTISEMENT
Menurut Burhan Bungin (2006) dalam buku Mahyudin yang berjudul Sosiologi Komunikasi Dinamika Relasi Sosial di dalam Era Virtualisasi (2019), menyebutkan ada 4 rana dalam sosiologi komunikasi. Anatara lain, teknologi informatika, komunikasi, proses dan interaksi sosial, dan budaya cosmopolitan. Dengan adanya 4 rana tersebut sosiologi ingin menjebatangani antara ilmu sosiologi dan ilmu komunikasi yang dapat memberikan penjelasan mengenai interaksi sosial yang memiliki kaitannya dengan kehadiran media massa saai ini.
Kehadiran media massa saat ini sanggat membantu masyarakat dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Kerena media massa saat ini tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat
Misalnya untuk memenuhi informasi masyarakat dapat menggunakan koran, majalah, tabloid, atau internet. Dengan demikian kebutuhan akan informasi dapat dipenuhi oleh masyarakat. Dalam ruang lingkup media massa, masyarakat biasanya disebut dengan khalayak.
ADVERTISEMENT
Studi mengenai khlayak dalam media massa sudah sangat beragam. Menurut Ido Prijana Hadi dalam jurnal Ilmu Scriptura yang berjudul Penelitian Khalayak Dalam Perspektif Reception Analysis (2008), menyebutkan bahwa terdapat dua sudut pandang mengenai khalayak. Khalayak aktif dan Khalayak pasif. Kedua sudut pandang tesebut akan memberikan efek tertentu dalam mengkonsumsi media massa.
Studi khalayak aktif dapat didefinisikan khalayak aktif sebagai penonton yang secara sukerala memilih suatu konten atau media tertantu, menurut Windahl dan Signitzer (1992) dalam buku Rulli Nasrullah yang berjudul Teori dan Riset Khalayak Media (2019). Dalam hal menentukan konten atau media, khalayak dipengaruhi beberapa faktor. Baik itu faktor sosial hingga faktor geografis. Sedangakan khalayak pasif menurut Rulli Nasrullah dalam buku Teori dan Riset Khalayak Media (2019), konsep khalayak yang merujuk pada pendengar atau penonton yang memiliki perhatian, reseptif, tetapi relatif pasif dan bersifat publik
ADVERTISEMENT
Salah satu studi media massa yang terkenal adalah studi efek media massa. Salah satu efek media yang muncul pertama kali adalah teori efek media Jarum Hipodermik (hypodermic needle theory). Teori ini menjelaskan bahwa efek media dapat mengubah perilaku atau pemikiran khalayak yang diakibatkan karena isi atau konten didalam media massa. Pengaruh tersebut disebabkan karena intensistas khalayak mengkonsumsi media massa. Dalam perkembangannya, muncul sebuah teori yang menjelaskan bahwa khlayak aktif dalam mengkonsumsi media. khalayak dalam memilih konten media berdasakan latar belakang khalayak. Teori tersebut dikenal dengan uses and gratifications theory.
Misalnya, saat ini banyak anak muda di Indonesia lebih memilih untuk melihat konten Korea, dengan alasan lebih bagus dan menarik serta menirukan cara berpakain masyarakat Korea. Karena media saat ini sangat berperan dalam memproduksi budaya baru sehingga masyarakat atau khalayak dapat menyerap dan membuat sebuah kebudayaan. Budaya yang ada dimasyarakat akhirnya sering dikonsumsi dan dinikamati sehingga masyarakat menjadi terbiasa dengan budaya tersebut yang akhirnya menjadi popular di masayarakt. Budaya tersebut dikenal dengan sebutan budaya popular.
ADVERTISEMENT
Menurut hasil penelitan dari Melly Ridaryanthi dalam Jurnal Visi Komunikasi berjudul Bentuk Budaya Populer dan Konstruksi Perilaku Konsumen Studi Terhadap Remaja (2014), terdapat faktor penarik dan faktor pendorong minat pada budaya dan produk Korea yang dapat berasal dari dalam dan luar diri informan.
Foktor penarik berkaitan dengan terpaan media massa dan informasi yang dapat berasal dari pertemenan. Faktor tersebut dapat memberikan kesan mendalam terhadap khalayak. Sedangkan faktor dari pendorong diri sendiri berasal dari intensitas media massa menanyakan suatu produk atau konten untuk dikonsumsi oleh khalayak.
Dengan kata lain semakin tinggi intensistas khalayak mengkonsumsi suatu media maka khalayak dapat merubah sikap atau perilaku mereka. Media saat ini juga berperan aktif dalam merekonstruski budaya dalam bentuk konten-konten yang manarik dan dapat memberikan kesenangan bagi khalayak.
ADVERTISEMENT
Institusi kapitalis media massa nampaknya mencoba untuk merespon tren atau kencendurungan ini dengan memproduksi dan menyajikan tanyangan budaya pop yang diadaptasi dari model-model dan format budaya global, menurut Rachmah Ida dalam buku Budaya Popular Indonesia (2017). Perkembang budaya popular memang tidak bisa dilepaskan dari globalisasi. Karena dengan adanya globalisasi maka semua yang ada di dunia ini dapat diakses tanpa adanya batasan untuk individu atau kelompok. Sehingga budaya baru dapat dinikmati oleh masyarakat secara luas.
Dalam hal ini, posisi khalayak dalam sosiologi komunikasi bisa berupa khalayak pasif dan aktif. Karena khalayak bisa memilih konten yang khalayak inginkan, hal ini disebut dengan khalayak aktif. Sedangkan intensitasnya tinggi dalam mengkonsumsi suatu media maka dapat merubah perilaku khalayak, hal ini disebut dengan khalayak pasif.
ADVERTISEMENT
Untuk budaya popular yang berkembang dimasyarakat saat ini, dapat dianalisis berdasarkan prespektif rana dalam sosiologi komunikasi. teknologi informatika yang berkembang saat ini dapat menyebabkan tidak adanya batasan antara individu atau kolompok, komunikasi dapat berperan sebagai alat untuk menyampaikan budaya popular kepada masyarakat sehingga menimbulkan proses dan interaksi sosial, dan memunculkan budaya cosmopolitan.
Fakhri Firmansyah, Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta