Konten dari Pengguna

Sanggar Sinau Permata Masa Wadah Untuk Literasi di Kabupaten Pekalongan

Fakhri firman
mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
28 Oktober 2020 16:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fakhri firman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
bentuk bangunan Sanggar Sinau Permata Masa
zoom-in-whitePerbesar
bentuk bangunan Sanggar Sinau Permata Masa
Kabupaten Pekalongan yang terkenal dengan julukan Kota Santri, terdapat sebuah komunitas yang mamberikan nafas lega untuk budaya literasi dan pendidikan di Kabupaten Pekalongan. Komunitas tersebut lahir di salah satu kecamatan yang berada di rentetan pegunungan dataran tinggi Dieng. Kecamatan tersebut bernama Kecamatan Kandangserang dan komunitas tersebut bernama Sanggar Sinau Permata Masa.
ADVERTISEMENT
Secara spesifik, komunitas tersebut terletak di Desa Tajur, Kecamatan Kandangserang, Kabupaten Pekalongan. Untuk menuju ke Desa Tajur, kira-kira membutuhkan waktu 1-2 jam dari Kota Pekalongan. Sedangkan dari Kajen atau ibu kota dari Kabupaten Pekalongan hanya memperlukan waktu 30-45 menit untuk sampai ke Desa Tajur. Selama perjalan menuju ke desa tersebut, akan disuguhi dengan pemandangan yang hijua yang dikelilingi dengan hamparan sawah khas pedesaan.
Setalah sampai ke Desa Tajur, nanti akan melihat sebuah tempat yang berbentuk segita yang dindingnya disusun rapih dengan bambu. Tempat tersebut merupakan sebagai tempat aktivitas Sanggar Sinau Permata Masa, seperti berkumpul, kegiatan membaca, atau berbagi ilmu dengan teman-teman yang lain.
Komunitas ini, didirikan oleh Rysky Firmansyah, yang merupakan salah satu mahasiswa Sastra Indonesia di Universitas Pekalongan dan sekaligus menjadi ketua dari komunitas tersebut. Sanggar sinau dalam bahasa Indonesia diartikan dengan tempat belajar. Sanggar ini didirikan pada 17 Januari 2019.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hasil wawancara langsung (27/10), Rysky sapaan akrab dari ketua Sanggar Sinau Permata Masa menceritakan alasan didirikanya sanggar ini, “Berdirinya komunitas ini berawal dari keresahan saya pribadi, terkait lingkungan saya (Dusun Tajur) yang masih banyak anak-anak putus sekolah”.
Rysky mengatakan bahwa, Minimnya kesadaran masyarakat sekitar akan pendidikan yang nantinya akan berdampak pada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dikampungnya sehingga hatinya terdorong untuk membentuk sanggar ini. Memang benar apa yang dikatakannya pendidikan memang diperlukan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Sehingga, untuk masyarakat sekitar Desa Tajur bisa menggunakan sanggar ini untuk kegiatan belajar dan tanpa dipungut biaya sepeserpun.
“Setidaknya dengan ini kita anak-anak dipelosok kabupaten (Kabupaten Pekalongan) bisa tetap belajar walaupun bukan dari pendidikan formal yang seringkali berbenturan dengan masalah ekonomi yang menjadi masalah terberat masyarakat kita,” jelas Rysky dalam wawancara langsung pada (27/10).
ADVERTISEMENT
Untuk mendirikan sanggar ini, Rysky memperlukan perjuangan yang luar biasa. “Butuh proses panjang dalam merancang sanggar ini. Saya sedikit demi sedikit memberi pemahaman kepada kawan-kawan saya, agar mereka dapat menerima gagasan yang saya buat”, ujar Rysky. Untuk mendirikan sanggar ini, ia bangun dengan semangat kepedulian untuk meningkatkan pendidikan di Desa Tajur dan ia mendirikan Sanggar Sinau Permata Masa secara kolektif.
prestasi yang diperoleh Sanggar Sinau Permata Masa.
Perjuangan Rysky untuk mendirikna sanggar ini terbayar dengan prestasi-prestasi yang diperoleh Sanggar Permata Masa. Seperti, meraih juara 2 Lomba Film Pendek Pekalongan Art Festival 2019. Dan memiliki rencana untuk menerbitkan sebuah cerpen yang berjudul Hilang Terbawa Angin.