Konten dari Pengguna

Menyoal Pemimpin Bijaksana dan Demagog

Fakhriyane Bella Dina
Manusia biasa yang haus ilmu dan menyukai dunia literasi. Lulusan S1 jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Di STKIP Setia Budhi Rangkasbitung. Mantan Wakil Ketua BEM STKIP.
4 Juli 2024 6:50 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fakhriyane Bella Dina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menjadi pemimpin bukan perkara mudah. Ada skill yang harus dikuasai dan terus diasah. Setidaknya kita mengetahui, di dalam Ajaran agama islam, ada empat kriteria pemimpin. Siddiq (benar) Amanah (dapat dipercaya) Tabligh (menyampaikan) dan Fathonah (cerdas).
ADVERTISEMENT
Hal ini selaras dengan penutura para ahli mengenai kriteria pemimpin yang didasarkan dengan Pendekatan Psikologi. Teori ini menjelaskan bahwa pempinan dipengaruhi oleh faktor psikologis seperti kepribadian, motivasi, emosi, dan persepsi.
Teori Pendekatan Psikologi ini mengutarakan setidaknya menjadi pemimpin harus memiliki kepribadian positif, motivasi yang tinggi, emosi yang stabil dan persepsi yang baik. Hal ini memudahkan para pemimpin menjalankan efektifitas perannya. Salah satunya sikap Bijaksana.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kebijaksanaan berarti Kepandaian menggunakan akal budinya (pengalaman dan pengetahuannya) atau kecakapan bertindak apabila mengadapi kesulitan dan sebagainya. Menurut Etimologi, sikap bijaksana adalah sikap tepat dalam menyikapi setiap keadaan dan peristiwa sehingga memancarlah keadilan, ketawadluan dan kebeningan hati.
Teori di atas menyuratkan kepada kita pelbagai situasi aman, kondusif, tentram, nyaman sehingga menghasilkan etos kerja yang bagus dan terciptalah misi yang terwujud. Harmonis! Satu rasa! Seorang pemimpin yang bijaksana juga mampu mengerti individu secara personal baik itu karakter dan watak tanpa melupakan SOP yang sudah ditetapkan. Artinya, meskipun pemimpin mencoba memahami karakter masing-masing anggota, tetapi anggota tersebut diberi paham agar bekerja sesuai SOP yang sudah diberlakukan. Harmonisasi terjadi, tujuan terlaksana. Tercipta lingkungan yang positif dan hangat.
ADVERTISEMENT
Situasi tersebut akan berbeda jika suatu organisasi/perkumpulan baik di lingkungan bekerja atau di lingkungan sosial kemasyarakatan, dipimpin oleh tipe manusia Demagog.
Dilansir dari https://polkam.go.id/demagog-provokator-dan-motivator/ (Selasa, 2/72024) Seorang demagog mempunyai ciri khas yaitu :
a. Selalu mencari kambing hitam atas setiap permasalahan, sehingga kebencian terhadap kelompok tertentu selalu ditumbuhkan, dipelihara bahkan diperdasyat identitasnya.
b. Argumen yang yang menjadi senjata dalam demagog biasanya ad hominem (Menyerang prbadi orang).
c. Seorang Demagog lihai membuat skematisasi dengan menyederhanakan gagasan/pemikiran agar bisa memiliki efektivitas social sehingga menjadi opini dan keyakinan. Demagogi inilah yang kemudian memunculkan wacana kebencian terhadap pihak-pihak tertentu.
Demagog berasal dari kata dua kata yunani yakni “demos” berarti rakyat dan “ago” berarti pemimpin. Demagog pada mulanya adalah seorang pemimpin yang mendukung perjuangan rakyat kecil namun gaya kepemimpinan yang dilakukan didasarkan pada ketakutan dan fanatisme sehingga menjadikannya sangat berbahaya. Orang Demagog memasukkan informasi-informasi dan memaksa anggotanya mepercayai informasi yang disampaikan ada atau tanpa data akurat.
Foto : Credit Canva
Seorang demagog mencapai kekuasaan akibat dari fanatisme dari suatu masyarakat dan mencari kesetiaan buta dan tidak segan-segan menyerang orang-orang yang melemahkan kesetiaan buta tersebut.
ADVERTISEMENT
Tidak jarang, seoarang Demagog menggunakan taktik illegal dalam kepemimpinannya. Salah satu contoh pemimpin yang merupakan seoarang Demagog adalah Hitler.
Maudy Ayunda/Artis peran dan penyanyi telah lulus dari Stanford University, Stanford, California, AS. Foto : Dok : Tangkapan layar YouTube Greatmind
Dari penuturan di atas, sudah bisa dirasakan, bukan, perbedaan seorang pemimpin yang bijaksana dan seorang Demagog. Jika kita mempunyai pikiran yang lurus dan hati yang bersih, tentu kita akan memilih dipimpin oleh orang yang mempunya tingkat pemahaman agama dan dikomplikasikan pada ilmu psikolog. Akan tetapi pada praktiknya, masyarakat dewasa ini terkadang termakan fanatisme buta entah dengan cara kotor seperti penyuapan atau pemikiran seorang Demagog yang bersifat independen.
Kesimpulannya, menjadi pemimpin itu merupakan skill yang harus dilatih sehingga terciptanya sikap pemimpin yang bijaksana dan tidak merugikan anggotanya baik secara psikologis maupun finansial. Tidak membuat kegaduhan dan perpecahan sehingga menghasilkan siatuasi buruk dan terbentuk narasi kebencian terhadap suatu golongan. Yang paling terpenting, kriteria pemimpin patut menjadi contoh bagi anggotanya. Sidiq, amanah, tabligh dan fathonah.
ADVERTISEMENT