Berjalan Terus

Fakhrotun Nisa'
I am a journalism student at State Polytechnic of Jakarta.
Konten dari Pengguna
28 Oktober 2022 12:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fakhrotun Nisa' tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tika Nuristiana melewati jalur setapak menuju ke Curug Lawe | Foto: Fakhrotun Nisa'
zoom-in-whitePerbesar
Tika Nuristiana melewati jalur setapak menuju ke Curug Lawe | Foto: Fakhrotun Nisa'
ADVERTISEMENT
Banyak Jalan Menuju Roma namun kamu hanya memiliki satu jalan menuju destinasi. Jalanan itu setapak, sempit, lembab dan licin. Itu dikelilingi hutan dan lereng di Gunung Ungaran, Jawa Tengah. Begitulah perjalanan kecilmu kali ini. Satu jalan akan mengantarmu ke tempat yang kamu inginkan. Rintangan dan proses menjadi bagian dari perjalananmu.
ADVERTISEMENT
Namamu Tika Nuristiana, Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN). Petualanganmu kali ini ditemani Fakhrotun Nisa’, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta.
Berada di satu ruangan di depan laptop hampir setiap hari membuatmu bosan dengan sistem perkuliahan jarak jauh di masa pandemi. Akhirnya, kamu memutuskan untuk mencari udara segar di CLBK, bukan Cinta Lama Bersemi Kembali namun Curug Lawe Benowo Kalisidi. Dari namanya sudah bisa menebak lokasi curug berada di Desa Kalisidi, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang. Jarak 61 km harus ditempuh dari Kabupaten Demak, tempat kalian tinggal dengan motor.
Hari Minggu itu cerah meskipun dari arah barat langit terlihat abu-abu. Kamu mengecek prakirakan cuaca di google. Hasil mengatakan bahwa cuaca Kota Semarang berawan dan berpotensi hujan di beberapa wilayah. Berbekal jas hujan membuat kalian tak tergoyahkan. Masih ada kemungkinan wilayah curug hanya berawan.
ADVERTISEMENT
Ketika melewati gapura “Selamat Jalan Demak Kota Wali” hingga SMP 4 Ungaran udara menjadi sejuk. Perubahan angin yang kamu lewati. Apalagi Ungaran adalah wilayah dataran tinggi. Temanmu, Nisa’ mencium aroma tanah lembap tanda akan terjadinya turun hujan.
Pemandangan kota langsung berubah menjadi pemandangan asri hijau. Gunung Ungaran tampak dari arah jarum 12. Makin lama jalanan semakin menanjak. Perkebunan teh menjadi hiasan sepanjang perjalanan. Jalanan rata beraspal berubah menjadi jalan aspal bebatuan. Jalanan hanya berukuran satu mobil saja. Jika ada yang berpapasan. Salah satu pihak harus menepi sejenak.
Terlihat tempat parkir sebelah kiri jalan. Berbelok dan Nisa’ memarkirkan motor. Kalian sampai jam 10.00 WIB. Kamu bergegas turun dan membeli tiket masuk Rp. 8000 dan tiket parkir Rp. 3000. Setelah membeli, kamu menghampiri Nisa’ di tempat parkir. Menata ulang barang-barang dibawa atau tidaknya agar mengurangi beban. Kalian ingat prakiraan cuaca hari itu. Jadi, barang yang wajib adalah jas hujan. Kantong plastik di sakumu agar memudahkan ketika mengambil sampah yang berceceran di alam.
ADVERTISEMENT
Semua sudah siap. Kalian berdoa terlebih dahulu. Lalu, Berpapasan dengan komunitas sepeda warga setempat. Kalian menyapa mereka dan berpamitan jalan terlebih dahulu. Perjalanan dimulai dengan jalan beton setapak dua arah. Pemandangan kanan-kiri masih dengan perkebunan milik warga.
Terlihat warung pertama artinya arah menuju CLBK di sebelah kiri. Kemudian bertemu Gapura kecil dari besi bertuliskan “We Love CLBK”. Rintanganmu sudah dimulai. Kalian harus menuruni anak tangga dari batu. Tangga itu pintu masuk ke hutan. Setelah ini, kalian sangat berhati-hati saat menapak. Kalian melewati beton atas sebuah parit. Pijakan sangat licin dan lembab. Jika tidak hati-hati, ada dua hal. Kiri jurang yang curam dan jatuh ke parit.
Satu bale bengong dan pohon unik melingkar sudah kalian lewati. Saat perjalanan kalian melihat beberapa tempat sampah agar alam tetap terjaga. Rute selanjutnya adalah Jembatan Romantis. Tempat yang sering didatangi pasangan. Jembatan itu warna merah di atas ketinggian 40 m. Pemandangan sangat indah dari jembatan itu. Pohon-pohon besar, tumbuhan hijau, udara segar nan lembap, dan nyanyian burung kicau di hutan. Mengambil beberapa jepret foto sekalian mengumpulkan tenaga lebih banyak. Jalan yang sulit akan ditempuh setelah ini.
ADVERTISEMENT
Rute memutar jauh. Jalan lurus setelah jembatan tertutup karena longsor pada 31 Desember 2020. Suara khas air sungai sudah terdengar sangat dekat. Kalian turun pelan-pelan karena hanya mengandalkan pijakan batu dan ban yang sudah diisi tanah. Melewati aliran kecil air sungai. Lalu naik lagi dengan jalanan yang sama.
Kalian bertemu dengan pertigaan romantis di tengah hutan. Kanan ke arah Curug Lawe dan kiri ke arah Curug Benowo. Kalian memilih curug lawe terlebih dahulu.
Gerimis datang. Kalian tetap melanjutkan perjalanan. Kamera mulai dibawa dengan sangat hati-hati agar tidak kemasukan air. Kamu melihat air terjun mini yang tak lain merupakan sumber mata air. Kamu membuka tas, mengeluarkan botol yang habis dan mengisinya dengan air itu. Airnya terasa seperti diambil dari kulkas, segar dan dingin.
ADVERTISEMENT
Jalanan menjadi turun kembali. Kali ini kalian harus benar-benar hati-hati. Tanah sudah terasa licin karena gerimis. Melewati jembatan buatan dengan pijakan seperti pintu berbahan besi putih. Debit air di bawah jembatan itu deras.
Jalanan perlahan menanjak dan kembali ke rute yang terpotong oleh tanah longsor. Cukup memakan waktu dan tenaga. Kami berhenti sejenak di tepi jalan, meneguk air tadi, dan berfoto-foto karena mendapatkan sudut yang bagus.
Hujan semakin deras. Kalian bergegas memakai jas hujan yang sudah siap. Melanjutkan kembali. Kalian disusul dua orang pria rantauan asal Sumatera. Mereka bernama Angga dan Huda. Mereka menemani kalian. Lumayan sekali seperti pengawa tanpa digaji.
Berjalan cukup jauh sampai menemukan satu-satunya warung yang buka di Hutan. Biasanya cukup banyak warung buka saat hari libur. Penyebabnya yaitu masih dalam masa pandemi. Kalian mampir sejenak sekalian neduh dari hujan. Kalian cukup kedinginan. Pakaian kalian basah. Apalagi Angga dan Huda tidak membawa jas hujan. Kalian memesan minuman panas untuk menghangatkan suhu tubuh. Gorengan juga tidak ketinggalan untuk pengganjal perut. Disana kalian mengobrol dengan petugas yang merupakan masyarakat setempat.
ADVERTISEMENT
Insiden terjadi. Sepatu temanmu jebol. Temanmu memutar otak agar tetap memakai sepatu sebagai pengaman kaki. Temanmu membawa seutas tali untuk merekatkan sepatu dan kakinya. Lalu, perjalanan dilanjutkan tetap bersama Angga dan Huda.
Jalanannya bertipe trekking. Naik turun menjadi ciri khasnya. Batu-batuan licin, tanah yang lembek, ranting tajam di tanah merupakan pernak-pernik trekking. Tenaga sudah mulai berkurang walaupun sudah beristirahat di warung.
Tiba-tiba terdengar suara air terjun yang begitu deras. Sisi kiri kalian merupakan aliran sungai dari air terjun. Kalian hampir sampai. Hanya tersisa sekian puluh anak tangga naik-turun. Itu bukan masalah untuk kalian. Meskipun nafas sudah terengah-engah. Let’s go, girl!
Bukan hanya suara lagi. Air terjun sudah di depan mata kalian. Kalian hanya cukup mendekat. Berhati-hati melewati batu-batuan yang tajam dan licin. Melewati jembatan dari pohon agar lebih cepat. Saat itu, hujan mulai reda.
ADVERTISEMENT
Curug lawe tersaji dengan megah. Debit airnya sangat kencang di musim hujan. Lereng curug berbentuk setengah lingkaran. Suara airnya sangat candu. Kalian Meletakkan tas dan melepas sepatu langsung. Kamu mengambil ponsel kemudian memotretnya. Terbilang susah. Percikan air dari atas mengenai layar ponsel. Temanmu mengabadikan dengan kamera. Hudan dan Angga mandi di pinggiran curug. Mereka tidak diperbolehkan mandi di dekat curug. Hal itu sangat bahaya.
Udara di kawasan curug sangat dingin ditambah baju basah. Jas hujan tidak bisa menutupi dengan baik. Air meresap ke dalam melalui cela-cela jas hujan. Hujan turun kembali. Kamu mengabadikan foto sedikit. Kesusahan mengambil gambar karena percikan air curug ditambah air hujan.
Petugas pengelola wisata datang ke curug. Meminta semua wisatawan untuk naik ke atas. Hujan yang tak kunjung henti membuat kawasan curug setengah lingkaran berpotensi banjir.
ADVERTISEMENT
Kalian buru-buru berkemas. Cuaca sedikit tidak mendukung. Angga dan Huda juga mencukupi kegiatan mereka. Mereka ikut kembali dengan kalian. Kalian memakai barang-barang. Memastikan tidak ada barang atau sampah yang tertinggal.
Perjalanan pulang menjadi perjalanan yang cukup berat. Kalian akan melewati rute yang sama saat perjalanan pergi. Badan sudah terasa capek dan pegal-pegal. Kalian tetap semangat agar sampai ke jalan beraspal kembali.
Perjalanan agak tersendat karena sepatu temanmu yang jebol tadi. Temanmu berulang kali memperbaiki sepatunya hingga alas kanannya benar-benar lepas. Temanmu memutuskan untuk bertelanjang kaki. Itu berbahaya. Banyak sekali ranting-ranting dan batu kerikil yang tajam.
Kamu dan temanmu berpisah. Ritme temanmu lama. Namun kamu tidak sendirian kamu ditemani oleh Huda. Sedangkan temanmu bersama Angga. Temanmu mampir ke warung tadi sejenak dan mencoba memasangkan paksa sapatu dan kaki dengan ikatan tali yang lebih kokoh. Awalnya kamu menunggu temanmu disitu juga. Tapi Huda mengajakmu untuk menunggu di depan saja karena warung semakin ramai. Kamu dan Huda tidak enak jika hanya duduk dan tidak memesan apa-apa.
ADVERTISEMENT
Kamu menunggu temanmu di bale bengong dekat jalan parit. Tak lama kemudian, temanmu datang. Tapi, temanmu terlihat sangat capek. Senyum temanmu masih tampak saat bertemu denganmu. Sedikit lagi kalian akan sampai ke atas setelah naik anak tangga dekat gapura masuk.
Sebelum beberes diri, kalian mengisi perut kosong kalian di warung atas. Memesan menu andalan mie rebus ekstra telur dan minuman hangat. Suasana masih hujan awet. Lalu menghabiskan menu yang dipesan. Angga dan Huda berpamitan setelah makan. Sedangkan kalian, setelah dari warung, kalian mandi berganti baju dan menunaikan ibadah sholat dzuhur.
Kamu melihat jam pukul satu siang lewat artinya perjalanan trekking curug lawe ditempuh selama 3 jam. Tidak terasa selama itu kalian berpetualang di hutan.
ADVERTISEMENT
Jika, kamu dan temanmu pergi ke alam. Kalian hanya perlu persiapan yang matang. Dari keamanan peralatan, logistik, kesehatan tubuh, dan untuk persiapan cuaca yang ekstrim. Jika perlu, kalian harus mengetahui rute yang akan ditempuh agar tidak tersesat di alam. Salam lestari.