Gangguan Hanyalah Sebuah Alasan

Fakhrotun Nisa'
I am a journalism student at State Polytechnic of Jakarta.
Konten dari Pengguna
19 Juni 2022 18:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fakhrotun Nisa' tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto ilustrasi ketika mahasiswa belum menyelesaikan tugas di akhir tenggat waktu. | Foto: Pexels/Andrea Piacquadio
zoom-in-whitePerbesar
Foto ilustrasi ketika mahasiswa belum menyelesaikan tugas di akhir tenggat waktu. | Foto: Pexels/Andrea Piacquadio
ADVERTISEMENT
Para mahasiswa seharusnya mematenkan mantra ini untuk mendukung studinya, gangguan hanyalah alasan.
ADVERTISEMENT
Ada istilah yang sangat populer di kalangan mahasiswa “The power of kepepet”. Itu berarti ada kekuatan saat mepet, merupakan skill tersembunyi yang dimiliki oleh sebagian mahasiswa. Pengaktifan kekuatan tersebut hanya dimunculkan saat detik-detik terakhir tenggat waktu yang telah diberikan. Jika memaksakan penggunaan kekuatan itu ketika batas waktu masih lama, secara otomatis kekuatan tersebut tidak akan muncul.
Bukan... Bukan... Bukan kesalahan dari sistem kekuatan itu. Melainkan cara pikir para mahasiswa tersebut. Adanya kekuatan super tersebut membuat mahasiswa ketergantungan dan berpikir bahwa mereka akan baik-baik saja di hari esoknya.
Dari kekuatan tersebut muncullah kata-kata ajaib dari mahasiswa. “Jika bisa besok, kenapa harus sekarang?” ucapan yang kerap kali terdengar ketika mahasiswa mendapatkan tugas. Entah tenggat waktunya masih lama atau bahkan sudah di depan mata. Para mahasiswa tetap tak tergoyahkan pola pikirnya. Mereka percaya bahwa besok mereka akan menemukan sebuah keajaiban dunia yang menuntun untuk mengerjakan tugas. Terdengar sangat berhalusinasi.
ADVERTISEMENT
Semua akan terlihat baik-baik saja. Namun, tidak ketika bertemu musuh bebuyutan mahasiswa yaitu gangguan. Pertempuran gangguan dan tenggat waktu berlangsung ricuh. Semua sel-sel yang bekerja pada otak bagian serebrum, berlari ke sana ke mari, menjerit, dan mengalami stress. Serebrum merupakan bagian otak yang berfungsi mengatur gerakan tubuh, kemampuan bahasa, berpikir, dan menyimpan memori. Bahkan kericuhan menjalar ke bagian otak hipokampus, bagian pusat kendali reaksi emosional. Dampak yang dikeluarkan dari bagian hipokampus adalah overthinking (berpikir berlebihan).
Kebiasaan tersebut membuat para mahasiswa menjadi seorang procrastinator, orang yang sering menunda-nunda.
Banyak faktor yang mempengaruhi itu, di antaranya media sosial, moody (kualitas berubahnya suasana hati), terlalu banyak mengikuti organisasi atau kepanitiaan, mager atau males gerak, terlalu santai, dan tidak punya ide sama sekali. Adapun dampak dari media sosial adalah mahasiswa lupa waktu saat menggulir akun media sosialnya seperti TikTok dan Instagram.
ADVERTISEMENT
Hal yang lebih menyeramkan saat menuju ke tenggat waktu, mahasiswa tidak bisa menyelesaikan tugasnya, melainkan mendapatkan panik, multi tasking, tidak bisa berpikir, dan kehilangan jaringan.
Procrastinating memang suatu perbuatan menunda sesuatu yang seharusnya dilakukan, biasanya disebabkan karena tidak ingin melakukannya. Seorang procrastinator bukan berarti seorang yang malas. Menjadi seorang procrastinator bukanlah hal yang selalu buruk. Procrastinator mempunyai banyak manfaat salah satunya bisa membangun wawasan diri dan bagian dari kesadaran diri.
Untuk menjadi procrastinator yang profesional, para mahasiswa harus menyusun prioritas, mengurangi gangguan, memaksa untuk mengerjakan tugas, dan jangan lupa menghirup udara segar.
Jika kamu suka dan ahli dalam melakukan penunda-nundaan, kenapa kamu tidak menunda sikap menunda itu untuk besok? Waktu terbaik untuk memulai adalah kemarin dan yang terbaik kedua adalah sekarang. Selamat mengerjakan tugas, Kawan Mahasiswa!
ADVERTISEMENT
(Fakhrotun Nisa’/Politeknik Negeri Jakarta)