Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Mengembalikan Ingatan Wetonan, Tradisi Asli Suku Jawa
19 Juni 2022 22:50 WIB
Tulisan dari Fakhrotun Nisa' tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tradisi merayakan ulang tahun memang bukan tradisi asli Indonesia. Namun, Indonesia memiliki tradisi yang konsepnya mirip dengan ulang tahun tersebut, yaitu wetonan.
ADVERTISEMENT
Masyarakat Jawa sering kali menyebut tradisi wetonan sebagai wetonan atau bancaan weton. Weton adalah gabungan salah satu dari tujuh hari dalam seminggu dan hari pasaran Jawa yaitu legi, pahing, pon, wage, dan kliwon. Bancaan weton merupakan perayaan peringatan hari lahir berdasarkan perhitungan dari kalender Jawa yang berputar 35 hari sekali. Misalnya senin legi maka 35 hari kemudian akan ada bancaan weton lagi.
Terlahir dari keluarga Jawa, tinggal di perkampungan yang mayoritas warganya juga Jawa. Tradisi bancaan weton selalu dilakukan hingga sekarang. Biasanya ibu saya memasak makanan yang akan dibagikan kepada tetangga sekitar. Masakan untuk bancaan weton sangat beragam. Ada bubur merah putih, urapan atau sego janganan, sego kuning, dan sego krawon. Namun, mayoritas orang memasak bubur merah putih karena memasaknya cukup mudah dan rasanya enak. Bubur merah putih memiliki filosofi merah untuk keberanian dan putih untuk jiwa yang suci. Maknanya mirip dengan bendera kebangsaan kita, bendera Merah Putih.
ADVERTISEMENT
Saya sering membantu membagi-bagikan bancaan saat saya masih kecil. Datang dari rumah ke rumah kemudian berkata “Assalamualaikum, bancaan”. Lalu, tetangga saya menjawabnya “Wa'alaikumsalam... Bancaane sopo iki?” (terjemahan: bancakan punya siapa ini?) “Bancaane kulo, lek” (terjemahan: bancakan punya saya) sembari memberikan makanannya.
Adab masyarakat Jawa saat memberikan makanan kepada sesama adalah dengan piring yang dilapisi oleh daun pisang. Namun, zaman sekarang jarang menggunakan daun pisang melainkan sering menggunakan kertas minyak. Lalu, orang yang diberi diwajibkan untuk mengembalikan piring atau alternatifnya, saat memberikan makanan harus menunggu agar makanannya diganti ke piring yang lain. Hal tersebut memudahkan tetangga kita supaya tidak repot mengembalikan piring itu.
Bagi masyarakat Jawa bancaan weton adalah tradisi selamatan atau mendoakan bagi anak-anak dalam merayakan ulang tahun atau memperingati hari kelahiran disertai pembagian makanan kepada orang sekitar. Dipercaya bahwa mengadakan bancaan weton untuk mendoakan si anak agar jauh dari penyakit, banyak rezeki, membuat anak berani dan kuat, serta tetap berada di jalan yang lurus.
ADVERTISEMENT
Latar belakang bancaan weton didasari oleh kepercayaan masyarakat Jawa untuk menghormati sedulur papat (empat saudara) limo pancer. Sedulur papat ini terdiri dari: 1) air kawah (air ketuban) yang dianggap sebagai kakak, 2) plasenta (ari-ari) yang dianggap sebagai adik, 3) getih (darah), 4) puser (tali pusar), Sedangkan yang kelima pancer adalah diri manusia itu sendiri. Bagi orang Jawa semua sedulur tadi harus diruwat, dirawat dan dihormati dengan cara diselamati dengan bancaan weton.
Ibu saya selalu bilang dalam diri manusia terdapat dua sedulur, yaitu sedulur tua dan sedulur nom. Sedulur tua divisualisasikan plasenta atau ari-ari dan sedulur nom adalah wujud dari kebiasaan kita.
Bancaan weton juga bertujuan agar sedulur tua dan nom saling rukun sehingga jiwa dan raga akan menjadi kesatuan yang utuh dan mendapatkan jati dirinya yang asli.
ADVERTISEMENT
(Fakhrotun Nisa'/Politeknik Negeri Jakarta)