Pandangan Realisme pada Konflik Rusia-Ukraina

Fakhrul Bayu Mardiko
Seorang Mahasiswa S1 Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Komunikasi, Universitas Kristen Satya Wacana. Penikmat ilmu filsafat
Konten dari Pengguna
13 Agustus 2023 14:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fakhrul Bayu Mardiko tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam konflik Rusia dan Ukraina ditinjau dari bentuk konflik keduanya yang saling beradu senjata dan juga dengan sistem internasional yang anarki, bahwa suatu negara ingin menjadi kuat dan kekuatan ini ingin bisa didapatkan dengan usaha sendiri atau dengan aliansi militer.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah konflik pula dapat diselesaikan melalui peperangan. Namun pada kali ini Rusia menggunakan kekerasan untuk dapat memenuhi tujuannya serta menunjukkan bahwa mereka mempunyai kekuatan yang besar.

Pandangan Realisme

Ilustrasi. Foto: Shutterstock
Realisme sendiri memiliki konsep teori yang sederhana karena bentuk penyelesainnya menggunakan hard power untuk mendapatkan kepentingan dengan cara mengerahkan pasukan militer dan mengerahkan senjata-senjata militer lainnya.
Selain itu terdapat proposi-proposisi teoritis pada realisme untuk kebijakan-kebijakan luar negeri sistem Balance of Power yang menciptakan perdamaian negatif serta mendapat dukungan fakta empiris yang kuat.
Mengapa negara yang menganut teori ini mengambil langkah berperang dalam meredakan ancaman dari sebuah negara, seperti yang dilakukan oleh Rusia kepada Ukraina?
Secara filosofis perspektif realisme terjadi karena adanya kekhawatiran pada salah satu pihak sehingga membuat pihak itu terancam dan berusaha untuk menunjukkan kekuatannya agar ancaman itu hilang.
ADVERTISEMENT
Selain itu juga karena manusia memiliki sifat anarkis yang cenderung untuk berlomba dan memiliki rasa untuk mengungguli yang lain dan bebas untuk berbuat sesuai kehendak masing-masing.

Awal Mula Konflik

Ilustrasi. Foto: Shutterstock
Konflik terjadi ketika presiden Ukraina pada saat itu Presiden Ukraina Victor Yanukovich menolak untuk menandatangani perjanjian kerja sama dengan Uni Eropa dan lebih memilih menerima bantuan dari federasi Rusia berupa potongan harga gas sebesar 30 persen.
Kebijakan dari presiden Ukraina menuai kontroversi besar oleh masyarakat Ukraina. Ketidakstabilan politik Ukraina Barat dan Ukraina Timur terjadi karena pemerintah tidak mampu untuk mengatasi ini.
Lalu Victor Yanukovich selaku Presiden Ukraina mengundurkan diri dari jabatannya dan digantikan sementara oleh Olexander Turchynov dan digantikan oleh Presiden Petro Poroshenco pada tahun 2015 yang pada kepemimpinan ini mereka pro pada Uni Eropa.
ADVERTISEMENT
Dengan menolaknya Viktor Yanukovich untuk bekerja sama dengan Uni Eropa dan lebih memilih bekerja sama dengan Rusia, maka konflik mulai bergejolak.

Rusia Merasa Tidak Aman

Ilustrasi. Foto: Shutterstock
Hal ini membuat Rusia merasa terancam karena keinginan Ukraina untuk bergabung ke NATO yang mana terdapat campur tangan antara Uni Eropa dan Amerika Serikat, lalu Rusia mengirimkan surat kepada NATO bahwa Ukraina harus ditolak untuk bergabung ke NATO.
Perang Rusia-Ukraina meletus pada 24 Februari 2022 dengan Presiden Rusia Vladimir Putin mendeklarasikan operasi militer terbatas untuk menyerang Ukraina ke beberapa wilayah di Ukraina.
Serangan Rusia dimulai dengan diluncurkan rudal-rudal dan diikuti oleh beberapa pasukan militer Rusia yang memasuki ke wilayah Luhansk, Kharkiv dan Chernihiv, selain itu Rusia juga mengerahkan pasukan Angkatan lautnya ke daerah Mariupol dan Odessa di bagian selatan.
ADVERTISEMENT
Konflik ini mempengaruhi ekonomi global dan efeknya sangat berarti ditambah dengan pandemi COVID-19 dan terjadi tekanan inflasi serta terganggunya jalan pemasokan (Yuliastuti, 2020).
Pengaruh dari konflik Rusia dan Ukraina adalah langkanya minyak bumi, harga pangan naik, dan juga pasokan mineral dan logam mempengaruhi pada sektor industri. Hal ini dapat terjadi karena Rusia merupakan pemasok minyak bumi terbesar selain itu negara-negara bergantung pada Rusia.

Kesimpulan

Langkah yang diambil Rusia dalam mempertahankan negaranya merupakan hal yang tepat karena dari segi historis Rusia memang memiliki hubungan yang tidak baik kepada blok barat seperti Amerika dan NATO dan negara-negara lain banyak yang bergantung ke Rusia dalam hal ini.
Ini merupakan bentuk Balance of Power yang dilakukan Rusia untuk menghilangkan kekhawatirannya terhadap ancaman dari Ukraina meskipun Ukraina tidak mendeklarasikan perang kepada Rusia.
ADVERTISEMENT