Konten dari Pengguna

Disparitas Kesehatan Suku Maori: Latar Belakang serta Upaya yang Dilakukan

fakhrunisa
Mahasiswi Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Airlangga
7 Juli 2022 13:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari fakhrunisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Suku Maori (Sumber: United Nations)
Maori merupakan suku bangsa New Zealand yang diperkirakan tiba sekitar 1000 tahun yang lalu dan berasal dari Polinesia bagian timur. Maori berasal di Aotearoa dan menempati 16.5% dari keseluruhan populasi di New Zealand (Statistics New Zealand, 2018). Meskipun berada pada posisi kedua sebagai etnis mayoritas di New Zealand setelah orang Eropa, tetapi suku Maori masih mengalami disparitas kesehatan yang besar dibandingkan dengan kelompok etnis lainnya.
ADVERTISEMENT
Disparitas kesehatan yang terjadi disebabkan oleh faktor-faktor sosio-ekonomi, gaya hidup, ketersediaan fasilitas kesehatan, dan diskriminasi. Selain itu, ada trauma historis yang diakibatkan dari masa kolonial yang pengaruhnya masih dirasakan hingga saat ini. Semenjak masuknya orang-orang Barat, orang-orang Maori telah mengalami penurunan secara ekonomi dan sosial yang mengarah pada rendahnya angka pendapatan, kualitas hidup, pendidikan, kesehatan, dan mendapatkan stigma negatif perihal higiene
Masa Kolonial
Interaksi antara suku Maori dan orang-orang Eropa untuk pertama kali tercatat pada tahun 1769 ketika kedatangan pasukan ekspedisi James Cook dari Inggris. Kemudian, pada tahun 1840 Perjanjian Waitangi menandai kesepakatan formal antara beberapa petinggi Kerajaan Ingris dengan beberapa kepala suku Maori atas kedudukan Inggris di New Zealand beserta jaminan perlindungan kepentingan Suku Maori.
ADVERTISEMENT
Sejak saat itu penjajahan telah mendegradasi populasi dan hak-hak suku Maori atas wilayah mereka melalui alienisasi tanah, pemiskinan tanah, masuknya migran Eropa dan pemukiman mereka di tanah Aotearoa, marginalisasi budaya, perang, pemaksaan perubahan sosial, dan rasisme hegemonik bertingkat. Hal tersebut juga berdampak pada fertilitas dan mortalitas masyarakat Maori yang mengakibatkan populasi mereka semakin menurun, sementara populasi orang Eropa naik secara drastis.
Sistem Kesehatan yang Berakar dari Masa Kolonial
Berdasarkan Graham & Masters-Awatere (2020), sistem kesehatan yang berlandaskan nilai-nilai dari sistem kolonial ini menyebabkan setidaknya tiga inti dari disparitas kesehatan yang melanda suku Maori. Pertama adalah struktur organisasi yang sering kali menjatuhkan stigma negatif kepada orang-orang Maori oleh tenaga medis, yaitu berupa rasisme dan diskriminasi baik itu secara eksplisit maupun implisit. Hal ini menyebabkan orang-orang Maori merasa teralienisasi secara budaya yang mengarah pada kondisi psikologis mereka yang gelisah ketika datang ke fasilitas kesehatan.
ADVERTISEMENT
Kedua adalah ketidakmampuan tenaga medis untuk membangun hubungan dengan pasien dan tidak adanya keramahan saat berlangsunya perawatan. Hal ini juga mengarah pada penyediaan informasi yang tidak memadai dan tidak tepat oleh tenaga medis sehingga menyebabkan orang-orang Maori mengalami kebingungan dan tidak adanya keberanian untuk mengonfirmasi kondisi kesehatannya sendiri.
Terakhir adalah adanya hambatan-hambatan praktis, misalnya kondisi finansial yang buruk sehingga menyebabkan minimnya kemampuan orang-orang Maori untuk mendapatkan akses dan perawatan medis. Selain itu, masalah transportasi juga menghambat mobilitas orang-orang Maori untuk datang ke pusat pelayanan kesehatan.
Aspek Kultural dalam Memandang Kesehatan
Sebagai suku yang masih memegang teguh unsur-unsur adat dan istiadatnya, suku Maori masih minim ilmu pengetahuan mengenai kesehatan dan masih bergantung pada identitas suku. Menurut Durie (1985) suku Maori memandang kesehatan berdasarkan empat konsep yang meliputi prinsip-prinsip dasar kehidupan, yaitu komponen spiritual (te taha wairua), fisik (te taha tinana), mental (te taha hinengaro), dan keluarga (te taha whānau). Sementara itu, definisi kesehatan dalam sistem Barat hanya menekankan pada aspek kesejahteraan fisik, mental, dan kesehatan yang utuh.
ADVERTISEMENT
Kedua pandangan tersebut menghasilkan kekhawatiran yang berbeda, yaitu Barat yang menekankan pada disfungsi pribadi dan kesejangan sosial-ekonomi, sedangkan Maori menekankan pada faktor budaya yang lebih luas. Oleh karena perbedaan pandangan terhadap determinan kesehatan sosial, orang-orang Maori merasa dipetakan dalam faktor-faktor berbeda, termasuk perihal keyakinan kesehatan, ketidakselarasan budaya, biaya perawatan klinis, dan kesalahan internal.
Titik Balik bagi Kehidupan Suku Maori
Perjanjian Waitangi merupakan mekanisme utama yang membuat suku Maori memperjuangkan hak-haknya sebagai penduduk asli New Zealand. Tujuan dari perjanjian tersebut adalah untuk melindungi dan mempertahankan kelangsungan hidup seluruh penduduk, serta bagaimana implikasi kesehatan yang berkaitan dengan jalannya sistem pemerintahan dan keadilan. Namun, perjanjian ini tidak efektif karena belum dapat memerangi masalah disparitas kesehatan hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
Ketidakefektifan tersebut mendatangkan 205 klaim tingkat pertama pada WAI 2575 di hadapatan Pengadilan Waitangi atas sejumlah kebijakan dan pelayanan kesehatan yang justru semakin memperparah kondisi yang terjadi. Pada dewasa ini, Perjanjian tersebut menjadi fondasi untuk mengakui eksistensi dan menjamin hak-hak suku Maori. Namun, perjanjian tersebut tidak pernah dimasukkan dalam kebijakan sosial dan masih memiliki celah dalam realita pengimplikasiannya.
Upaya Mengatasi Disparitas Kesehatan
Berangkat dari aspek-aspek kebudayaan dan trauma kolonialisme, banyak tenaga ahli yang membentuk mekanisme kesehatan melalui penyatuan ideologis dan fisiologis. Inisiatif-inisiatif pada tingkat lokal dan nasional telah dibuat untuk meningkatkan kesehatan orang-orang Maori melalui pembentukan layanan kesehatan, pelatihan kultural, program yang dipimpin masyarakat, dan fokus literasi kesehatan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, inisiatif Whānau Ora telah diluncurkan, yaitu sebuah pendekatan lintas pemerintah yang berakar pada kebudayaan. Hal ini mungkin terlihat berhasil sebagaimana angka penyedia layanan kesehatan Maori meningkat dari 13 pada tahun 1993 menjadi 240 pada tahun 2004. Namun, layanan kesehatan ini juga masih memiliki kesulitan yang fundamental, seperti kurangnya data-data kesehatan, pemahaman kebudayaan, dan fasilitas yang memadai.
Sejumlah kerangka kerja lainnya telah dibuat oleh pemerintah ataupun pihak-pihak lain yang berkepentingan untuk mengurangi disparitas kesehatan dengan meningkatkan hasil akhir dari pelayanan kesehatan. Dalam hal ini, District Health Boards (DHB) merupakan tim kesehatan yang bertugas untuk menyediakan dan melayani konsultasi kesehatan dan memastikan hubungan yang baik antara masyarakat dan penyedia fasilitas kesehatan.
ADVERTISEMENT
Referensi:
Durie, M. H. 1985. “A Mori Perspectibe of Health”, dalam Social Science & Medicine, 20(5): 483-486.
Graham, R. & Masters-Awatere, B. 2020. “Experiences of Māori of Aotearoa New Zealand’s public health system: a systematic review of two decades of published qualitative research”, dalam Australian and New Zealand Journal of Public Health.
Statistics New Zealand. 2014. Census – Major Ethnic Groups in New Zealand. Wellington, NZ: Statistics New Zealand