Konten dari Pengguna

Strategi Pendidikan di Era Disrupsi Teknologi

Fakhrurrozi Azzukhruf
Berstatus sebagai mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
18 Juli 2024 9:30 WIB
·
waktu baca 10 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fakhrurrozi Azzukhruf tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Photo by Pixabay: https://www.pexels.com/photo/silver-ipad-on-white-book-page-289737/
zoom-in-whitePerbesar
Photo by Pixabay: https://www.pexels.com/photo/silver-ipad-on-white-book-page-289737/
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa tahun terakhir, istilah "disruptif" sering kali kita dengar dalam dunia industri dan bisnis. Fenomena ini mirip dengan gerakan mutu yang awalnya muncul dari pabrik dan industri. Namun, apakah sektor pendidikan akan tetap tidak tersentuh oleh disrupsi? Saat ini, disrupsi telah menyebabkan digitalisasi merambah berbagai aspek kehidupan manusia, memaksa setiap individu untuk siap menghadapi perubahan tersebut. Ini adalah tantangan yang harus diubah menjadi peluang di era ini. Tidak semua orang melihat disrupsi sebagai kesempatan; sebagian menganggapnya sebagai ancaman. Disrupsi menggambarkan fenomena di mana masyarakat mulai menggantikan aktivitas yang biasanya dilakukan secara langsung di dunia nyata dengan aktivitas yang dilakukan secara tidak langsung di dunia maya (Ainun et al., 2019).
ADVERTISEMENT
Menurut Riorini, dunia pendidikan sangat mungkin menjadi korban disrupsi jika tidak segera melakukan pembenahan. Jika pendidikan tidak beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan teknologi dan tuntutan zaman, ia akan tertinggal dan kehilangan relevansi. Transformasi diperlukan untuk menghadapi tantangan baru dan memastikan pendidikan tetap mampu memenuhi kebutuhan generasi masa depan. Tanpa pembenahan yang tepat, sistem pendidikan tradisional berisiko terdisrupsi, mengakibatkan penurunan kualitas dan relevansi pendidikan itu sendiri (Riorini, 2019).
Di era digital yang semakin maju, pendidikan mengalami transformasi besar yang tak terelakkan. Teknologi, sebagai penggerak utama perubahan ini, telah mengubah cara kita belajar dan mengajar. Generasi masa depan, yang dipersiapkan untuk tumbuh bersama perkembangan pesat teknologi, menunjukkan perlunya perubahan signifikan dalam menumbuhkan minat dan cara belajar mereka. Generasi masa depan adalah generasi milenial yang dibekali dengan keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS). Milenial yang memiliki kemampuan penalaran yang tinggi akan lebih adaptif terhadap perubahan zaman. Mengingat era disrupsi adalah era yang penuh dengan perubahan, diperlukan generasi yang memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi untuk menghadapi tantangan tersebut (Hermanda et al., 2019).
ADVERTISEMENT
Alih-alih membangun generasi masa depan yang baik dalam menghadapi era disrupsi, kita harus meninjau ulang bagaimana karakter generasi pada zaman ini dalam lingkup minat belajar mereka. Minat belajar merupakan esensi dan tujuan penting yang perlu ditingkatkan dan dijaga dalam proses pendidikan yang berjalan di setiap zaman. Menurut Slameto, minat belajar dapat diukur melalui empat indikator utama, yaitu ketertarikan untuk belajar, perhatian dalam belajar, motivasi belajar, dan pengetahuan (Nurhasanah & Sobandi, 2016).
Ketertarikan untuk belajar dapat diartikan sebagai minat seseorang terhadap suatu mata pelajaran, yang membuatnya merasa tertarik dan bersemangat. Orang yang tertarik pada suatu pelajaran akan rajin mempelajarinya dan berusaha memahami semua pengetahuan yang berkaitan dengan bidang tersebut. Mereka akan mengikuti pelajaran dengan penuh semangat dan tanpa merasa terbebani. Perhatian adalah konsentrasi atau aktivitas mental seseorang terhadap pengamatan, pemahaman, atau hal lainnya dengan mengabaikan hal-hal lain. Oleh karena itu, siswa akan memiliki perhatian dalam belajar jika pikiran dan perhatiannya terfokus pada apa yang sedang dipelajari. Motivasi merupakan suatu usaha atau pendorong yang dilakukan secara sadar untuk melakukan tindakan belajar dan mewujudkan perilaku yang terarah demi pencapaian tujuan yang diharapkan dalam situasi interaksi belajar. Pengetahuan diartikan bahwa jika seseorang yang berminat terhadap suatu pelajaran maka akan mempunyai pengetahuan yang luas tentang pelajaran tersebut serta bagaimana manfaat belajar dalam kehidupan sehari-hari (Nurhasanah & Sobandi, 2016).
ADVERTISEMENT
Setelah memahami esensi dari minat belajar siswa, kita perlu menyadari bahwa proses pembelajaran dalam era disrupsi telah mengalami transformasi yang sangat signifikan. Kemunculan teknologi canggih yang mendukung proses pembelajaran yang lebih adaptif, interaktif, dan fleksibel memberikan dampak positif bagi banyak siswa dan guru. Namun, perlu diingat kembali, kemudahan dalam mengakses berbagai hal dalam dunia pendidikan tidak hanya mengubah cara atau model pembelajaran yang berlangsung, tetapi juga dapat mengubah sudut pandang siswa dan guru dalam menjalani proses pembelajaran. Hal ini memberikan implikasi langsung terhadap karakteristik yang akan terbentuk.
Digitalisasi pembelajaran menjadi transformasi model pendidikan yang terpampang nyata dan kita rasakan saat ini. Pembelajaran berbasis teknologi informasi dengan berbagai platform yang mampu mewadahi proses pembelajaran menjadi inovasi pendidikan di era disrupsi teknologi yang tengah kita rasakan saat ini. Berikut beberapa metode pembelajaran berbasis teknologi yang sudah teraktualisasikan secara umum di berbagai instansi pendidikan:
ADVERTISEMENT
1. Metode Pembelajaran Flipped Learning
Model flipped learning dapat diartikan sebagai metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara melaksanakan pembelajaran secara mandiri di luar kelas dan kemudian dilanjutkan dengan sistem pembelajaran secara tatap muka. Beberapa teknologi untuk mendukung flipped learning di antaranya adalah video sebagai sumber belajar dari guru atau siswa, aplikasi game edukatif seperti Kahoot untuk pembelajaran yang interaktif, dan platform komunikasi seperti Zoom dan Google Meet untuk pembelajaran virtual.
2. Metode Pembelajaran Blended Learning
Blended learning adalah metode pembelajaran inovatif yang menggabungkan pembelajaran tatap muka dan online, menggunakan aplikasi seperti WhatsApp, Zoom, dan Google Meet. Metode ini memudahkan pendidik dalam menyampaikan materi dan model pembelajaran. Blended learning menuntun peserta didik untuk berkembang sesuai tuntutan zaman dan memberi pendidik kesempatan untuk lebih kreatif. Selain itu, saat kelas tatap muka, peserta didik dapat melatih kemampuan komunikasi, aktif dalam pembelajaran, serta menghargai pendapat orang lain dan menambah wawasan.
ADVERTISEMENT
3. Metode Pembelajaran E-Learning
Pembelajaran e-learning adalah metode kreatif yang menggunakan teknologi dan komunikasi dalam proses pembelajaran. Dengan e-learning, peserta didik tidak perlu selalu berada di kelas, dan guru tidak harus menjadi sumber utama pembelajaran. E-learning mendorong peserta didik untuk lebih aktif, meningkatkan motivasi belajar, dan membuat pembelajaran lebih menyenangkan, yang pada akhirnya dapat menunjang hasil belajar yang lebih baik (Hasriadi, 2022).
Dari berbagai model pembelajaran di atas, proses pembelajaran yang berlangsung tak luput dari berbagai tantangan dan hambatan. Apalagi, dalam implementasinya metode di atas menggunakan atau menyerap penggunaan berbagai teknologi informasi. Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi penyelenggara pendidikan, yaitu instansi pendidikan dan juga stakeholder yang tercakup di dalamnya yang meliputi guru, tenaga administratif, dan siswa. Berikut beberapa tantangan yang perlu ditinjau dalam digitalisasi pembelajaran:
ADVERTISEMENT
1. Literasi Digital
Literasi digital harus diintegrasikan ke dalam kurikulum sebagai mekanisme pembelajaran. Pendidik perlu meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan kreativitas dalam mengajarkan literasi digital. Literasi digital membawa perubahan besar dalam dunia pendidikan, terutama bagi pendidik yang harus memanfaatkan informasi dengan baik. Oleh karena itu, guru perlu membiasakan para siswa untuk mencari, mengakses, dan menggunakan literasi digital dengan baik. Selain itu, penting bagi setiap guru untuk menekankan pendidikan karakter dalam pemanfaatan teknologi digital dalam pembelajaran (Putri et al., 2022).
2. Tantangan Infrastruktur
Keterbatasan dana dan anggaran menghambat akuisisi dan pemeliharaan teknologi modern di banyak lembaga pendidikan, terutama di daerah pedesaan dan terpencil. Sekolah-sekolah ini menghadapi tantangan dalam menyediakan konektivitas internet yang memadai dan akses ke perangkat digital, yang menyebabkan kesenjangan teknologi dengan sekolah di perkotaan. Pemerintah dan pemangku kepentingan perlu memberikan perhatian khusus dan investasi yang tepat untuk memastikan semua siswa memiliki kesempatan yang sama dalam memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran (Subroto et al., 2023).
ADVERTISEMENT
3. Minat Belajar Siswa
Kemudahan dalam mengakses segala informasi melalui teknologi yang memadai menjadikan siswa lebih leluasa dalam menjalani proses pembelajaran yang berlangsung. Namun, kemudahan mengakses teknologi juga memberikan implikasi secara langsung terhadap karakteristik siswa, terutama dalam menumbuhkan minat belajar dan rasa tanggung jawab terhadap pengetahuan yang mereka miliki.
Dari beberapa pembahasan secara umum terkait tantangan pembelajaran berbasis digital di atas, tentunya seluruh sumber daya yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan perlu memiliki strategi yang tepat dalam membangun efektivitas pembelajaran yang inklusif dalam era transformasi model pembelajaran saat ini. Penulis akan terfokus terhadap tantangan yang berkaitan dengan minat belajar siswa. Minat belajar siswa menjadi indikator utama yang perlu dikembangkan dan dijaga dalam proses pendidikan yang berlangsung baik di dalam maupun di luar sekolah.
ADVERTISEMENT
Sebelum terfokus pada strategi yang berhubungan dengan minat belajar siswa, kita perlu meninjau strategi pembelajaran berbasis digital secara umum. Berikut strategi pembelajaran berbasis digital yang dapat diterapkan:
1. Pembelajaran Melalui Praktik
Peserta belajar dengan melakukan tindakan yang ingin dipelajari, seperti simulator penerbangan yang memungkinkan latihan penerbangan tanpa harus menggunakan pesawat sebenarnya.
2. Pembelajaran Insidental
Pengetahuan diperoleh secara tidak langsung melalui aktivitas yang menarik, memungkinkan informasi untuk diserap tanpa perlu pembelajaran langsung.
3. Pembelajaran Melalui Refleksi
Ide dan gagasan dikembangkan dengan mempertimbangkan informasi awal dan mengaplikasikannya ke dalam konteks yang relevan.
4. Pembelajaran Berbasis Kasus
Penggunaan skenario yang diambil dari kehidupan nyata memungkinkan peserta didik untuk memahami konsep melalui contoh konkret yang relevan.
ADVERTISEMENT
5. Pembelajaran Melalui Eksplorasi
Peserta didik diajak untuk menjelajahi materi pelajaran secara mandiri, dengan menyediakan sumber informasi yang memadai untuk mendukung eksplorasi mereka.
6. Pembelajaran Berbasis Tujuan
Peserta didik menetapkan tujuan belajar mereka sendiri dan mengembangkan strategi untuk mencapainya, dengan aplikasi menyediakan dukungan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut (Hasnussaadah, 2021).
Setelah membahas model, tantangan, dan strategi pembelajaran digitalisasi secara umum, penulis ingin menuangkan gagasan yang terfokus pada bagaimana meningkatkan minat belajar siswa dalam era disrupsi teknologi yang tengah berlangsung saat ini. Penulis lebih cenderung menjadikan pembahasan ini sebagai langkah-langkah yang perlu diperhatikan oleh guru dan orang tua dalam mengayomi proses pendidikan siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah.
ADVERTISEMENT
Berikut langkah-langkah yang perlu diperhatikan terutama bagi guru dan orang tua dalam mengayomi proses pendidikan siswa agar menumbuhkan minat belajar yang stabil dan meningkat baik di dalam dan di luar sekolah:
1. Pengarahan
Langkah pertama ini menjadi dasar penting bagi guru dan orang tua untuk dapat mengarahkan siswa agar bisa terarah ke dalam lingkup pendidikan atau lingkungan yang positif. Dengan mengarahkan siswa ke lingkungan yang positif maka minat belajar mereka akan tumbuh melalui proses pendidikan yang mereka rasakan di lingkungan yang mereka jalani.
2. Pemahaman
Setelah mengarahkan mereka untuk dapat masuk dan menjalani proses pendidikan di lingkungan yang dipilih, guru dan orang tua perlu memberi pemahaman kepada setiap siswa mengapa mereka diarahkan untuk belajar dan masuk ke dalam lingkup dunia pendidikan. Hal ini akan semakin memperkuat keinginan dan sudut pandang mereka terhadap proses pendidikan yang sedang dan akan mereka jalani.
ADVERTISEMENT
3. Menumbuhkan Kemauan / Minat
Setelah melalui pengarahan dan pemahaman secara holistik, siswa akan tumbuh rasa ingin tahu dan dari rasa ingin tahu tersebut maka akan muncul minat mereka dalam memperdalam ilmu pengetahuan yang terdapat dalam proses pendidikan yang sedang berlangsung.
4. Pengawasan
Rasa ingin tahu siswa dalam proses pendidikan yang sedang mereka jalani tentunya perlu dipayungi dengan pengawasan yang baik dari setiap guru dan orang tua. Hal ini akan berdampak terhadap keberlanjutan minat belajar siswa selama proses pembelajaran. Menjaga intensitas emosional setiap siswa juga menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan dalam proses pengawasan. Hal tersebut bertujuan agar pengaruh internal yaitu dari emosional mereka dan pengaruh eksternal yaitu dari lingkungan di luar sekolah tidak mempengaruhi kestabilan minat belajar setiap siswa.
ADVERTISEMENT
5. Tumbuh Tanggung Jawab
Langkah terakhir ini menjadi puncak daripada pembentukan karakter siswa dalam menjalani proses pendidikan atau bahkan kehidupan mereka secara umum. Setelah mereka melalui proses pengarahan, pemahaman, tumbuh keinginan, dan pengawasan yang baik, maka akan terbentuklah karakter memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap ilmu yang mereka raih di manapun mereka belajar. Jika setiap siswa sudah tertanam rasa tanggung jawab yang utuh maka mereka akan selalu merasa butuh dengan pendidikan, dan jika mereka selalu merasa butuh terhadap pendidikan, maka minat belajar mereka akan selalu meningkat dan terjaga sehingga proses pendidikan yang sedang berlangsung akan berjalan efektif dan sesuai pada tujuannya.
Benang merah yang penulis dapat tarik untuk menjadi solusi dari pembahasan yang telah dituangkan ke dalam tulisan artikel ini terkait dengan “Transformasi Pendidikan dan Disrupsi Teknologi dalam Membentuk Minat Belajar Generasi Milenial” adalah pentingnya literasi digital dan penguatan karakter siswa.
ADVERTISEMENT
Pengembangan dan penguatan karakter melalui literasi digital menjadi unsur penting dalam kemajuan sebuah negara di era globalisasi. Literasi digital mencakup kemampuan mengakses, mengolah, dan menggunakan informasi secara bijak dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, literasi digital harus diintegrasikan dalam kurikulum pendidikan untuk membentuk generasi yang cerdas digital dan memiliki karakter kuat. Selain itu, menumbuhkembangkan kompetensi seperti berpikir kritis, memecahkan masalah, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi juga esensial. Kompetensi ini saling terkait dan membentuk dasar keterampilan abad ke-21 yang diperlukan untuk sukses di dunia yang semakin kompleks (Ramdhayani, 2023).
Integrasi literasi digital dan kompetensi-kompetensi tersebut dalam pendidikan tidak hanya meningkatkan kualitas karakter peserta didik tetapi juga minat belajar mereka. Akses ke teknologi dan informasi yang relevan membuat pembelajaran lebih menarik dan relevan, meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Pengembangan kemampuan berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi membuat proses belajar menjadi dinamis dan interaktif, mendorong keterlibatan aktif siswa. Dengan demikian, literasi digital dan pengembangan kompetensi abad ke-21 tidak hanya mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan globalisasi tetapi juga mendorong mereka untuk terus belajar dan berkembang sepanjang hidup.
ADVERTISEMENT