Konten dari Pengguna

Antara Hereditas dan Lingkungan Dalam Proses Perkembangan Anak

Muhamad Fakhri Ardiansyah
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
9 Oktober 2024 13:26 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhamad Fakhri Ardiansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Potret anak sedang menggambar. Sumber ini di ambil sendiri saat mengajar
zoom-in-whitePerbesar
Potret anak sedang menggambar. Sumber ini di ambil sendiri saat mengajar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seorang anak dikatakan berkembang ketika bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang kompleks dalam kemampuan gerak dasar, halus, bicara, bahasa, serta kemandirian. Secara istilah “perkembangan” dalam ilmu psikologi di maknai sebagai konsep yang rumit dan kompleks, sebab harus terlebih dahulu memahami konsep-konsep pertumbuhan, kematangan, serta perubahan. Sebagaimana pendapat F. J. Monks, dkk., (2001) bahwa perkembangan mengarahkan pada suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak dapat terulang kembali, bermakna memiliki sifat yang kekal atau tetap. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perkembangan seorang anak merupakan bentuk kemampuan yang berlandaskan pertumbuhan sejak dilahirkan hingga mempunyai suatu perubahan yang terus-menerus berkembang mencapai titik kematangan dalam belajar.
ADVERTISEMENT
Hereditas dan lingkungan sangat berpengaruh dalam proses perkembangan anak. Hereditas bermakna proses pewarisan karakteristik anak dari orang tuanya, disebabkan oleh proses penurunan genetik. Proses genetik bermula dari bertemunya sel kromosom sang ayah dan sang ibu yang masing-masing terdiri dari 24 kromosom yang bergabung dan bercampur membentuk pasangan baru yang disebut sebagai “genes”. Setiap pasangan kromosom memiliki sifat yang berbeda-beda, dari itulah terbentuknya sebuah hereditas individual yang mengakibatkan terjadinya perubahan sifat “genes”. Perubahan yang terjadi pada anak seperti, bentuk fisik, karakteristik, minat bakat serta penyakit genetik.
Misalnya, seorang anak yang terlahir dari golongan darah sang ayah A, sedangkan golongan darah sang ibu B, maka anak tersebut terwarisi golongan darah yang sama dari keduanya ataupun memiliki perubahan dari kedua orang tuanya, kemungkinan memiliki golongan darah dominan A atau B. Sedangkan dalam bentuk fisik, jika sang ayah memiliki warna mata coklat dan sang ibu berwarna biru, maka anak-anaknya memiliki warna mata yang sama ataupun kemungkinan bervariasi.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, faktor lingkungan yang juga berpengaruh dalam pembentukan karakteristik pada anak. Lingkungan yang sebenarnya yaitu, tidak hanya yang dipandang di alam sekitar saja, melainkan segala aspek material dan stimuli di dalam dan luar kendali manusia. Menurut Waty Soemanto dalam buku “Psikologi Pendidikan; Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan” (1990), menerangkan bahwa lingkungan terbagi menjadi tiga sifat tersendiri yaitu;
1. Berdasarkan sifat fisiologi
Dalam sifat fisiologi, lingkungan meliputi segala kondisi dan material jasmaniah di dalam tubuh seperti, air, gizi, zat asam, sistem saraf, pernafasan, peredaran darah, dan vitamin.
2. Berdasarkan sifat psikologi
Dalam sifat psikologi, secara keseluruhan mencakup stimulasi yang diterima saat kelahiran individu ke dunia hingga kematian mendatang. Stimulasi bermaksud seluruh sifat-sifat, rasa keinginan, emosi, kemauan, minat, dan kebutuhan.
ADVERTISEMENT
3. Berdasarkan sifat sosial-kultural
Sosial-kultural berarti mencakup lingkungan yang kondisi, stimulasi, dan interaksi yang berhubungan dengan faktor sosial budaya masyarakat seperti, pola hidup keluarga, masyarakat, pengajaran, bimbingan, dan penyuluhan.
Proses perkembangan anak tidak lepas dari kedua aspek penting berupa hereditas dan lingkungan, kedua aspek ini sangat berhubungan dalam proses pembentukan dan pertumbuhan pada anak. Herditas mencakup segala faktor-faktor genetik yang diwariskan oleh orang tua seperti, bentuk fisik dan karakteristik. Sedangkan lingkungan terbangun dari segenap pengalaman, interaksi sosial, dan kondisi fisik yang mempengaruhi. Dalam konteks ini perpaduan antara hereditas dan lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan anak secara optimal, baik dari segi kognitif, emosional serta sosial.