Konten dari Pengguna

Eksplorasi Pertumbuhan dan Perkembangan hingga Dewasa

Muhamad Fakhri Ardiansyah
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
10 Oktober 2024 15:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhamad Fakhri Ardiansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
,Gambar ilustrasi pertumbuhan. Sumber foto hasil edit sendiri di canva.
zoom-in-whitePerbesar
,Gambar ilustrasi pertumbuhan. Sumber foto hasil edit sendiri di canva.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perkembangan adalah proses perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu, sebagai fungsi dari kematangan dan interaksi dengan lingkungan (Libert, Paulus, dan Strauss dalam Bunarsa, 1990). Perkembangan melibatkan aspek-aspek fisik, kognitif, dan sosial-emosional. Sementara itu, menurut A.E. Sinolung (1997), pertumbuhan merujuk pada perubahan kuantitas, yaitu perubahan yang dapat diukur, seperti tinggi dan berat badan.
ADVERTISEMENT
Fase-Fase Pertumbuhan dan Perkembangan (Soedjiningsih):
1. Masa Prenatal atau Konsepsi-Lahir: Fase ini mencakup perkembangan fisik awal sejak pembuahan hingga kelahiran.
2. Masa Pascaprenatal: Periode ini dimulai dari kelahiran hingga perkembangan bayi awal.
3. Masa Prasekolah: Usia anak dari 2 hingga 6 tahun, di mana keterampilan motorik dan kognitif mulai berkembang dengan pesat.
4. Masa Sekolah: Usia anak 6 hingga 12 tahun yang diwarnai oleh penyesuaian sosial dan akademik.
5. Masa Remaja: Masa transisi dari kanak-kanak menuju dewasa, dengan perubahan fisik, kognitif, dan emosional yang signifikan.
Tugas Perkembangan Menurut Robert J. Havighurst:
1. Masa Bayi dan Kanak-Kanak: Fokus pada pengembangan kepercayaan dasar, keterikatan emosional, serta pembelajaran motorik.
2. Masa Anak-Anak: Membangun kemandirian, keterampilan sosial, dan pemahaman awal tentang aturan sosial.
ADVERTISEMENT
3. Masa Remaja: Mencari identitas diri, membangun hubungan yang lebih intim, serta persiapan untuk peran dewasa.
4. Masa Dewasa: Mempertahankan hubungan kerja, keluarga, serta penyesuaian diri terhadap perubahan kehidupan.
Teori Perkembangan Kognitif Menurut Lev Vygotsky: Vygotsky berpendapat bahwa perkembangan kognitif sangat bergantung pada interaksi sosial. Ia menekankan pentingnya pandangan individu yang terbentuk melalui proses sosial dan lingkungan.
1. Kemandirian: Individu secara bertahap mampu melakukan tugas-tugas tanpa bantuan.
2. Percakapan Pribadi (Private Speech): Anak-anak sering berbicara kepada diri sendiri, yang membantu proses berpikir dan memecahkan masalah.
3. Zona Perkembangan Proksimal (ZPD): Perbedaan antara apa yang dapat dilakukan anak sendiri dan apa yang dapat mereka capai dengan bantuan orang lain. Pembelajaran terjadi dalam zona ini.
ADVERTISEMENT
Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget: Jean Piaget mengembangkan teori yang menyatakan bahwa anak-anak membangun pemahaman mereka tentang dunia melalui interaksi aktif dengan lingkungan. Terdapat empat tahap perkembangan kognitif menurut Piaget:
1. Tahap Sensorimotor (0–2 tahun): Anak memahami dunia melalui tindakan fisik dan indera.
2. Tahap Praoperasional (2–7 tahun): Anak mulai menggunakan simbol (bahasa) untuk memahami dunia, tetapi berpikir mereka masih egosentris dan terbatas pada pemahaman logis.
3. Tahap Operasional Konkret (7–11 tahun): Anak mulai berpikir logis tentang kejadian konkret dan memahami konsep-konsep konservasi serta sebab-akibat.
4. Tahap Operasional Formal (11 tahun ke atas): Anak dan remaja mulai berpikir abstrak dan mempertimbangkan hipotesis serta berbagai kemungkinan dalam pemecahan masalah.
Materi Tambahan: Teori Perkembangan Psikososial Erik Erikson Erik Erikson mengembangkan teori perkembangan psikososial yang menekankan pentingnya interaksi sosial sepanjang hidup seseorang. Terdapat delapan tahap dalam teorinya, masing-masing dengan krisis yang harus dihadapi individu untuk pertumbuhan psikososial yang sehat:
ADVERTISEMENT
1. Kepercayaan vs Ketidakpercayaan (0–18 bulan)
2. Otonomi vs Rasa Malu dan Ragu (18 bulan–3 tahun)
3. Inisiatif vs Rasa Bersalah (3–5 tahun
4. Kerajinan vs Inferioritas (5–12 tahun)
5. Identitas vs Kebingungan Identitas (12–18 tahun)
6. Intimasi vs Isolasi (18–40 tahun)
7. Generativitas vs Stagnasi (40–65 tahun)
8. Integritas vs Keputusasaan (65 tahun ke atas)
Teori ini menekankan bahwa di setiap tahap, individu menghadapi tantangan yang harus diatasi untuk mencapai perkembangan psikologis yang optimal.