Konten dari Pengguna

Sisi Tersembunyi Fans K-Pop: Resonansi Fanatisme dan Standar Ganda

Fanesa Oktavia
Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
3 Maret 2024 13:48 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fanesa Oktavia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
freepik.com
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini, budaya K-Pop memang sedang digemari oleh berbagai kalangan masyarakat di seluruh dunia. Sebagai salah satu budaya populer, penggemar K-Pop biasanya akan terbagi ke dalam beberapa fandom sesuai dengan Idol yang menjadi idolanya. Di balik gemerlapnya dunia industri musik, pembahasan seputar K-Pop tidak hanya berfokus pada performa dan bakat seorang idol saja. Sama seperti artis di negara lain, idol K-Pop juga tidak terlepas dari skandal ataupun pemberitaan yang mengikuti karirnya. Berbagai respon akan diberikan oleh publik termasuk penggemar dari idol tersebut. Beberapa penggemar biasanya cenderung mempunyai sikap fanatik terhadap idolanya dan menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, pembahasan tulisan ini bertujuan untuk membongkar sisi tersembunyi dari penggemar K-Pop, khususnya dalam menyikapi skandal yang melibatkan Idol yang digemari.
ADVERTISEMENT
Pertama-tama, mari kita gali lebih dalam mengenai gejala fanatisme yang melingkupi dunia K-Pop. Penggemar K-Pop, dikenal sebagai penggemar yang memiliki dedikasi tinggi terhadap idolanya, bukan hanya sekadar penonton atau pendengar saja. Bagi sebagian besar penggemar, idol tidak hanya sebagai figur idola. Melainkan menjadi bagian hidup yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini kemudian akan memunculkan pertanyaan, sejauh manakah sikap fanatik tersebut mempengaruhi respons mereka terhadap kontroversi, terutama dalam kasus skandal yang melibatkan Idol kesayangannya?
Skandal dalam industri K-Pop tidak hanya memicu perdebatan umum, tetapi juga menghadirkan perbincangan seputar fanatisme dan standar ganda (double standard) yang tidak selalu tampak di mata publik. Salah satu perbandingan yang paling terlihat adalah respon yang diberikan pada skandal yang melibatkan Idol pria dan wanita, terlebih jika skandal tersebut adalah skandal tentang hubungan percintaan. Dalam beberapa kasus, publik cenderung memberikan tanggapan yang lebih keras pada idol wanita. Ujaran kebencian dan kritik kerap kali menjadi bagian dari respon terhadap hubungan percintaan yang terungkap.
ADVERTISEMENT
Contohnya saja, skandal dating dua idol K-Pop ternama, Byun Baekhyun dan Kim Taeyeon yang berasal dari SM Entertainment. Ketika hubungan tersebut terkuak sorotan publik tidak hanya berfokus pada hubungan mereka saja, namun juga pada tanggapan yang diberikan oleh penggemar. Idol wanita sering kali mendapatkan komentar negatif, bahkan pada titik dimana skandal tersebut juga berdampak pada karir dan keberlanjutan hubungan mereka.
Fenomena ini, akan menimbulkan ruang perspektif baru terkait standar ganda dibalik terjadinya skandal pada Idol K-Pop. Dan menjadi bukti dari ketidakadilan gender dalam respon publik. Sehingga akhirnya memunculkan pertanyaan besar, mengapa idol wanita cenderung mendapatkan lebih banyak respon negatif dibandingkan idol pria dalam permasalahan semacam ini?
Namun sejalan dengan eksplorasi terhadap fanatisme dan standar ganda, kita juga perlu menyelami lebih dalam bagaimana logaritma skandal meresap di kalangan penggemar dan menciptakan resonansi yang kompleks terhadap skandal idol. Dan secara tidak langsung juga akan berdampak pada citra mereka di mata penggemar.
ADVERTISEMENT
Pembahasan seputar fanatisme di kalangan penggemar K-Pop, tidak hanya terbatas pada pemahaman mengenai perilaku saja. Namun juga pada pertanyaan kritis, sejauh manakah fanatisme tersebut mempengaruhi respon terhadap skandal yang menimpa idolanya. Terlebih dalam perbedaan pandangan dan sikap ketika menghadapi skandal yang melibatkan idol wanita dan pria yang masih berada dalam bayang-bayang standar ganda.
Sebagai penutup, tulisan ini tidak hanya akan terputus pada pengidentifikasian sisi tersembunyi dari penggemar K-Pop. Melainkan juga sebagai panggilan untuk tindakan serta refleksi yang lebih inklusif terhadap semua individu dan berupaya untuk menghilangkan sikap fanatisme dan ketidakadilan gender yang memunculkan standar ganda sehingga dapat terhindar dari perilaku ketidaksetaraan.