Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Membuang-buang Makanan #KaryaUntukPerubahan
14 Juli 2017 7:22 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:19 WIB
Tulisan dari Karya untuk Perubahan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Beberapa hari yang lalu saya membaca berita tentang tingginya angka bunuh diri petani di India karena gagal panen akibat perubahan cuaca sehingga mereka tidak dapat membayar hutang pembelian tanah, pupuk, dan bibit. Meskipun tidak seekstrim ini, permasalahan petani (dan peternak) di Indonesia pun tidak jauh berbeda. Mereka butuh biaya untuk mengelola sawah, ladang, kebun, dan ternak. Sementara itu mereka juga bergantung pada iklim yang tidak dapat diprediksi.
ADVERTISEMENT
Orang-orang inilah yang menyediakan pangan untuk kita makan, bekerja keras dalam jangka waktu tidak pendek, dengan hasil yang tidak seberapa.
Lalu bayangkan ketika kerja keras tersebut, bukannya dihargai dengan cara menghabiskan makanan yang disediakan, malah dibuang-buang.
Menurut data survei Economist Intelligence Unit tahun lalu, di Indonesia, satu orang pertahun membuang/menyisakan 300 kg makanan. Selain persoalan distribusi dan mafia, salah satu sumber masalahnya juga karena individu seperti kita ini, mengambil makanan lebih dari kebutuhan lalu tidak menghabiskannya.
Jika saja kita menyadari bahwa dalam setiap butir nasi, setiap kerat daging, setiap helai daun lalapan itu ada kerja keras manusia, ada pengorbanan hidup makhluk, ada sumbangan energi dari matahari dan sumbangan nutrisi dari bumi, tentu kita akan lebih menghargai makanan dan tidak akan membuang-buangnya.
ADVERTISEMENT
Mari mulai menghargai makanan kita.
#karyauntukperubahan
#art4humanity