Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Indonesia di Era Politik Multipolar: Meneguhkan Peran sebagai Middle Power
30 April 2025 8:12 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Fani Azki Rizqiyani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Perkembangan politik global dalam dua dekade terakhir menunjukkan pergeseran dari dominasi unipolar pasca-Perang Dingin menuju konfigurasi multipolar yang kompleks. Amerika Serikat tidak lagi menjadi satu-satunya kekuatan dominan; Tiongkok, Uni Eropa, India, Rusia, dan berbagai aktor regional lainnya memainkan peran yang semakin besar dalam membentuk tatanan dunia. Dalam konstelasi ini, Indonesia, sebagai kekuatan menengah (middle power) dengan posisi strategis di kawasan Indo-Pasifik, menghadapi tantangan sekaligus peluang besar untuk meneguhkan peran globalnya.
ADVERTISEMENT
Politik Multipolar: Dinamika Baru Dunia
Multipolaritas menandai lahirnya distribusi kekuasaan yang lebih seimbang di antara sejumlah aktor besar dunia. Tidak ada satu negara pun yang mampu secara mutlak mendikte arah kebijakan global, seperti halnya dominasi Amerika Serikat di awal 1990-an. Sebaliknya, kekuasaan tersebar di antara berbagai kutub, dan kerja sama maupun persaingan berjalan simultan di berbagai bidang, mulai dari perdagangan, keamanan, teknologi, hingga perubahan iklim.
Konstelasi ini memperlihatkan bahwa politik global bukan lagi pertarungan hitam-putih antara dua blok besar seperti di era Perang Dingin. Hubungan antar negara kini lebih dinamis, fleksibel, dan pragmatis, membuka ruang manuver lebih luas bagi negara-negara middle power seperti Indonesia untuk memainkan peran sebagai penyeimbang, mediator, dan inovator dalam tata kelola global.
ADVERTISEMENT
Indonesia: Potensi dan Tantangan di Dunia Multipolar
Sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, anggota G20, serta pemimpin de facto ASEAN, Indonesia memiliki kredensial yang kuat untuk mengambil peran yang lebih signifikan dalam dunia multipolar. Dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa, ekonomi terbesar di Asia Tenggara, serta letak geografis strategis di jalur pelayaran internasional, Indonesia memiliki modal objektif untuk memperluas pengaruhnya.
Namun, potensi ini juga dihadapkan pada sejumlah tantangan. Fragmentasi geopolitik di Indo-Pasifik menempatkan Indonesia di tengah persaingan intensif antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Selain itu, munculnya isu-isu transnasional seperti perubahan iklim, ketahanan pangan, dan keamanan siber menuntut respons yang tidak bisa hanya mengandalkan pendekatan bilateral, melainkan memerlukan keterlibatan aktif dalam forum-forum multilateral baru.
ADVERTISEMENT
Diplomasi Bebas Aktif: Pilar Strategis Indonesia
Di tengah dunia multipolar, pendekatan diplomasi bebas aktif tetap relevan dan bahkan semakin strategis. Sejak dicanangkan pada masa awal kemerdekaan, prinsip ini telah mengukir jalur diplomatik Indonesia yang mengutamakan kemandirian dalam menentukan posisi, namun tetap berorientasi pada perdamaian dunia.
Dalam konteks multipolar saat ini, bebas aktif tidak berarti netral tanpa sikap, melainkan aktif membangun kerja sama strategis yang saling menguntungkan, tanpa terjebak dalam blok-blok kekuasaan besar. Indonesia harus memperkuat perannya sebagai honest broker dalam berbagai forum regional dan global, seperti dalam mediasi konflik di Afghanistan, penyelesaian sengketa di Laut Cina Selatan, serta upaya memperkuat arsitektur keamanan kawasan melalui ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP).
ADVERTISEMENT
Kebijakan ini juga harus dibarengi dengan penguatan diplomasi ekonomi, diplomasi digital, dan diplomasi hijau untuk memastikan bahwa Indonesia tetap relevan dalam berbagai domain baru yang kini menentukan peta kekuatan global.
Inovasi dalam Pendekatan Multilateralisme
Dalam menghadapi dinamika multipolaritas, Indonesia perlu mendorong multilateralisme yang lebih inklusif, adaptif, dan berbasis isu. Pendekatan ini mencakup pembentukan koalisi ad hoc lintas negara yang memiliki kepentingan bersama dalam isu-isu tertentu, seperti perubahan iklim, keamanan kesehatan global, atau transisi energi.
Partisipasi aktif Indonesia dalam forum seperti G20, BRICS Plus, IPEF (Indo-Pacific Economic Framework), dan forum perubahan iklim menunjukkan bahwa multilateralisme era baru tidak hanya terbatas pada struktur institusional formal seperti PBB, tetapi juga melibatkan berbagai inisiatif fleksibel berbasis isu. Ini memberikan ruang bagi Indonesia untuk tampil sebagai pemain kunci yang memperjuangkan tata kelola global berbasis keadilan, keseimbangan, dan kepentingan kolektif.
ADVERTISEMENT
Membangun Ketahanan Nasional sebagai Fondasi
Peran aktif Indonesia di kancah global tidak dapat dipisahkan dari upaya memperkuat ketahanan nasional. Stabilitas politik dalam negeri, reformasi ekonomi berkelanjutan, inovasi teknologi, pembangunan sumber daya manusia, serta penguatan diplomasi publik menjadi fondasi utama agar Indonesia mampu berbicara dengan suara yang dihormati di panggung internasional.
Ketahanan ini juga harus mencakup kemampuan adaptif terhadap dinamika global, termasuk pengelolaan risiko geopolitik, diversifikasi mitra kerja sama, dan pengembangan strategi soft power untuk memperkuat citra positif Indonesia di mata dunia.
Kesimpulan
Di tengah dunia multipolar yang penuh dinamika, Indonesia memiliki peluang strategis untuk memperkuat peran globalnya sebagai middle power yang kredibel dan berpengaruh. Melalui diplomasi bebas aktif yang inovatif, komitmen terhadap multilateralisme inklusif, serta penguatan ketahanan nasional, Indonesia dapat memainkan peran sebagai penyeimbang kekuatan besar dan pembawa aspirasi negara-negara berkembang.
ADVERTISEMENT
Era multipolar bukan hanya era kompetisi kekuasaan, tetapi juga era peluang untuk membentuk tatanan dunia yang lebih adil dan berkelanjutan. Indonesia, dengan modal sejarah, geopolitik, dan visinya, berada dalam posisi strategis untuk menjadi aktor utama dalam perjalanan global tersebut.