Konten dari Pengguna

Membaca Dinamika Diplomasi Indonesia di Tengah Konflik Laut China Selatan

Fani Azki Rizqiyani
Mahasiswa Politik Internasional, Program Magister Ilmu Politik Universitas Wahid Hasyim Semarang
20 Februari 2025 13:35 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fani Azki Rizqiyani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sengketa Wilayah di Laut China Selatan. Sumber: Kumparan.com
zoom-in-whitePerbesar
Sengketa Wilayah di Laut China Selatan. Sumber: Kumparan.com
ADVERTISEMENT
Di tengah arus gejolak geopolitik di kawasan Laut China Selatan, dinamika yang semakin kompleks menuntut adanya strategi diplomasi yang cermat. Konflik yang kian memanas, terutama di tengah rivalitas antara Amerika Serikat dan China serta tumpang tindih klaim wilayah oleh beberapa negara, menempatkan Indonesia pada posisi yang strategis. Meskipun tidak menjadi negara yang mengklaim wilayah sengketa secara langsung, Indonesia harus menavigasi persinggungan kepentingan, terutama karena garis klaim “nine-dash line” China menyentuh Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) di perairan Natuna.
ADVERTISEMENT
Posisi Unik Indonesia dan Tantangan Geopolitik
Indonesia memiliki posisi yang unik dalam perseteruan ini. Walaupun bukan claimant state di Laut China Selatan, adanya overlapping klaim dengan “nine-dash line” membuat perairan Natuna menjadi titik fokus. Situasi ini menuntut Indonesia untuk secara tegas melindungi kedaulatan dan kepentingan nasionalnya, sambil tetap memainkan peran konstruktif sebagai mediator di tingkat regional.
Strategi Diplomasi Multi-Jalur
Dalam menghadapi dinamika yang begitu kompleks, Indonesia menerapkan strategi diplomasi multi-jalur yang seimbang. Di satu sisi, pemerintah Indonesia menolak dengan tegas klaim “nine-dash line” yang dikemukakan oleh China. Langkah ini diimbangi dengan penguatan kehadiran militer di perairan Natuna, sebagai bentuk jaminan atas kedaulatan wilayah. Namun, di sisi lain, Jakarta juga membuka ruang bagi dialog dan kerja sama ekonomi dengan Beijing. Pendekatan dualistik ini sejalan dengan prinsip politik luar negeri bebas aktif yang telah lama dijunjung tinggi oleh Indonesia.
ADVERTISEMENT
Peran Sentral dalam Forum Regional dan Internasional
Salah satu bukti nyata dari kapabilitas diplomatik Indonesia adalah peran aktifnya sebagai koordinator dalam perundingan Code of Conduct (CoC) antara ASEAN dan China. Meskipun negosiasi masih berjalan lambat, upaya untuk mencapai kesepakatan yang mengikat merupakan langkah krusial untuk mencegah eskalasi konflik di kawasan. Selain itu, Indonesia juga berperan dalam mempromosikan ASEAN Outlook on Indo-Pacific (AOIP), sebuah inisiatif yang menekankan inklusivitas dan kerja sama strategis di tengah persaingan geopolitik global.
Tantangan di Tengah Persaingan Strategis
Meski strategi diplomasi Indonesia telah dirancang secara matang, tantangan ke depan tidaklah mudah. Peningkatan aktivitas militer China, khususnya di sekitar wilayah Natuna, mengharuskan Indonesia untuk selalu siap dengan respons yang proporsional dan terukur. Di sisi lain, persaingan yang kian intens antara Amerika Serikat dan China memberikan tekanan tambahan bagi negara-negara ASEAN untuk berpihak pada salah satu kubu. Dalam konteks ini, konsistensi dan keteguhan prinsip bebas aktif Indonesia menjadi sangat relevan, sebagai upaya menjaga netralitas dan mendorong dialog yang konstruktif.
ADVERTISEMENT
Langkah Strategis untuk Masa Depan
Indonesia perlu memperkuat kehadiran serta meningkatkan patroli di perairan Natuna guna mengantisipasi potensi pelanggaran wilayah. Langkah ini melibatkan peningkatan fasilitas pengawasan dan penggunaan teknologi canggih, sehingga setiap aktivitas di zona tersebut dapat dipantau secara real-time. Pendekatan ini tidak hanya akan menegaskan kedaulatan negara, tetapi juga menjadi pencegah terhadap tindakan agresif dari pihak asing yang berpotensi mengganggu keamanan regional.
Penguatan kerja sama dan koordinasi di antara negara-negara ASEAN menjadi kunci untuk menghadapi tantangan keamanan maritim. Dengan memperkokoh hubungan antar negara anggota, ASEAN dapat menyatukan posisi dalam merespons ancaman dan memastikan keberlangsungan stabilitas kawasan. Langkah ini mendorong pembentukan mekanisme bersama yang efektif serta sinergi dalam melaksanakan patroli dan berbagi intelijen guna menjaga integritas wilayah maritim bersama.
ADVERTISEMENT
Memperkuat inisiatif dialog melalui forum-forum regional dan internasional merupakan langkah strategis untuk mencari solusi damai atas sengketa yang ada. Indonesia perlu mengintensifkan pertemuan bilateral dengan negara-negara terkait serta memperkuat partisipasi dalam forum multilateral. Melalui diskusi terbuka dan negosiasi yang konstruktif, diharapkan dapat tercapai kesepakatan yang adil dan mengikat, sehingga potensi eskalasi konflik dapat diminimalisir secara efektif.
Menyelaraskan kebijakan ekonomi dengan kepentingan geopolitik merupakan strategi penting untuk mengurangi potensi konflik sekaligus meningkatkan kesejahteraan regional. Integrasi ekonomi tidak hanya memperkuat hubungan antar negara, tetapi juga menciptakan insentif bagi semua pihak untuk menjaga stabilitas kawasan demi manfaat bersama. Langkah ini mencakup pengembangan infrastruktur, perdagangan, dan investasi strategis yang mendukung pertumbuhan ekonomi sekaligus memperkokoh kerjasama lintas batas.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Diplomasi Indonesia di tengah konflik Laut China Selatan mencerminkan kematangan strategi nasional dalam menghadapi kompleksitas geopolitik global. Dengan menyeimbangkan penegasan kedaulatan melalui kekuatan militer dan diplomasi dialogis melalui kerjasama regional, Indonesia tidak hanya melindungi kepentingan nasionalnya, tetapi juga berkontribusi pada stabilitas kawasan. Di era persaingan strategis yang semakin tajam, peran Indonesia sebagai mediator dan penjaga perdamaian di kawasan menjadi semakin penting, sekaligus menegaskan kembali prinsip bebas aktif yang telah lama menjadi ciri khas politik luar negeri Indonesia.