Konten dari Pengguna

Mari Mengenal Suku Baduy, Suku yang Menolak Modernisasi

Fani Khoirunnisa
Mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Jember
24 April 2022 19:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fani Khoirunnisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Suku Baduy. Foto oleh Artem Beliaikain dari Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Suku Baduy. Foto oleh Artem Beliaikain dari Pexels
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Suku Baduy merupakan suku yang terkenal dengan tertutupnya budaya mereka dan menolak adanya modernisasi. Mereka mempunyai identitas yang sangat mencolok dengan keunikan budaya dan tradisi adat istiadatnya yang telah dipegang secara turun menurun. Menariknya, letak Suku Baduy dekat dengan kebisingan ibu kota, yakni terletak di wilayah Banten, Kabupaten Lebak. Meskipun begitu, mereka tetap memegang teguh kebudayaan leluhurnya menolak modernisasi budaya luar, dan mengisolasi diri dari dunia luar. Sehingga masyarakat suku ini terikat dengan aturan adat yang ketat dengan serba tradisional dan menolak kata modernitas. Mereka tidak ingin budayanya terkontaminasi dengan budaya luar untuk menjaga tradisi yang sudah menjadi pegangan turun menurun dalam kehidupan bermasyarakat.
ADVERTISEMENT
Menarik untuk diteliti, Suku Baduy memilik corak budaya yang menjadi ciri khas mereka dalam gaya hidup, religiuitas, pengetahuan dan kepedulian dalam menjaga lingkungan. Misalnya, mereka memilki kepercayaan untuk menjaga keseimbangan alam, mereka diciptakan untuk mengelola tanah suci, yang menurutnya 'taneuh titipan'. Dalam kepercayaan mereka empunya tugas untuk menjaga tanah supaya tidak rusak, gunung tidak boleh dilebur, hutan tidak boleh dirusak, aliran air tidak boleh diganggu dan lembah tidak boleh dirusak. Kepercayan-kepercayaan semacam ini membuat mereka dekat dnegan alam dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Dan harusnya menjadi contoh masyarakat zaman sekarang yang tengah menggembur-gemburkan climate change, dengan menjaga bumi.
Menjadi perhatian yang serius selain kepercayaan mereka, namun ada hal yang yang harus mereka bayar dalam menjaga alam ini. Mereka menolak dengan tegas dan menutup diri dari kemodernan dari dunia luar, termasuk diantaranya kemajuan dalam bidang teknologi. Aturan yang mereka miliki pun melarang anak anak masyarakat baduy untuk bersekolah, sehingga mereka benar-benar menutup mata dan telinga mengenai dunia luar dan hidup mandiri dalam suku mereka sendiri.
ADVERTISEMENT
Dalam segi kepercayaannya Suku Baduy Kanakes memiliki kepercayaan yang disebut Sunda Wiwitan yang berdasarkan pada pemujaan nenek moyang (animisme), namun semakin berkembang dan dipengaruhi oleh agama lainnya seperti Islam, Budha dan Hindu. Pengaruh agama Budha terlihat dari asala nama “Baduy” yang diungkapkan. Ada pendapat yang mengatakan bahwa “Baduy” berasal dari kata “Budha”. Perkembangannya sekarang, kepercayaan yang dianut masyarakat Baduy sudah dipengaruhi oleh agama Budha dan Hindu. Kepercayaan masyarakat Baduy disebut sunda wiwitan yang berakar pada pemujaan arwah nenek moyang (animisme). Namun, perkembangan sekarang kepercayaan sunda wiwitan sudah dipengaruhi oleh agama Islam. Banyak warga yang memeluk agama islam, namun masih tetap mempercayai kepercayaan sunda wiwitan.
Arca Domas merupakan objek kepercayaan terpenting bagi masyarakat Baduy, arca dianggap paling sakral. Masyarakat mengunjungi lokasi tersebut dan melakukan pemujaan setahun sekali pada bulan kalima. Di kompleks Arca Domas tersebut terdapat batu lumpang yang menyimpan air hujan. Masyarakat Baduy sangat taan pada Puun atau pimpinan tertinggi suku Baduy. Suku Baduy dalam kepercayaan sunda wiwitan mengakui adanya Alloh sebagai “Guriang Matua” yang merupakan pencitpa alam semesta. Kepercayaan sunda wiwitan berorientasi pada menjalankan kehidupan yang mengandung ibadah, perilaku, ucapan, dan berpola hidup sederhana.
ADVERTISEMENT