Konten dari Pengguna

Tenis Lapangan di Indonesia: Realita Olahraga Ekslusif bagi Masyarakat Elit

Fani Oktaviani
Mahasiswa Ilmu Sejarah Unnes
17 Oktober 2024 11:38 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fani Oktaviani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Lapangan Tenis Universitas Negeri Semarang
zoom-in-whitePerbesar
Lapangan Tenis Universitas Negeri Semarang
ADVERTISEMENT
Setiap orang tentu pernah melakukan olahraga, atau yang dapat diartikan sebagai aktivitas fisik yang terstruktur serta terencana yang melibatkan bagian tubuh dan dilakukan secara berulang. Tujuan setiap orang melakukan olahraga bermacam-macam, beberapa diantaranya adalah untuk meningkatkan kebugaran tubuh, sebagai sarana terapi pasca cidera, dan ada pula yang berolahraga untuk mengurangi tekanan psikologis dan menurunkan resiko gejala depresi. Salah satu cabang olahraga yang saat ini tengah digandrungi oleh anak muda di Indonesia adalah tenis lapangan. Sebagai cabang olahraga, tenis lapangan sangat sering diasosiasikan dengan keanggunan dan prestise, memiliki jangkauan yang terbatas di Indonesia. Walaupun Indonesia memiliki akar kecintaan terhadap olahraga yang sangat kaya, namun tenis lapangan kerap dilihat sebagai olahraga yang terbatas pada masyarakat kelas menengah dan kelas atas saja, sehingga banyak masyarakatnya yang belum pernah mencobanya. Dalam hal ini, ekslusivitas yang muncul terhadap olahraga tenis lapangan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk faktor infrastruktur yang terbatas, adanya kesenjangan ekonomi, serta kurangnya dukungan terhadap olahraga tenis lapangan dari pemerintah Indonesia.
ADVERTISEMENT
Salah satu hambatan utama mengapa tenis lapangan sangat berbanding jauh peminat serta partisipannya di Indonesia adalah karena terbatasnya infrastruktur yang memadai di Indonesia. Pembangunan infrastruktur dengan standar internasional ini hanya terkonsentrasi di daerah-daerah perkotaan, selain itu di daerah yang sering dikunjungi oleh wisatawan dari luar negeri. Dalam salah satu artikel yang ditulis oleh Fitra Riau juga disebutkan bahwa Pemerintah Provinsi Riau yang sebelumnya menganggarkan dana APBD sebesar Rp 9,6 Milyar untuk Pembangunan lapangan tenis ini harus dibatalkan karena keadaan masyarakat yang pada saat ini menghadapi inflasi dan seluruh harga bahan pangan melonjak tinggi. Pembatalan total anggaran pembangunan lapangan tenis ini pun diterima dan didukung oleh publik. Dukungan ini diberikan lantaran masyarakat merasa bahwa urgensinya membangun infrastruktur dan sarana olahraga yang jelas-jelas tidak banyak peminatnya adalah sia-sia, dan seharusnya pemerintah harus lebih melek terhadap realita pembangunan fasilitas olahraga, yang sebagian telah rusak dan tidak terawat.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut berhubungan dengan faktor penghambat kedua yang membuat tenis lapangan menjadi olahraga yang ekslusif untuk kaum elit di Indonesia, yaitu kesenjangan ekonomi. Saat kita mulai tertarik dengan suatu media atau hobi baru, tentu saja kita mau tidak mau harus mengeluarkan biaya untuk membeli kebutuhan penunjang hobi tersebut. Sama seperti tenis lapangan, agar dapat melakukannya kita pun harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk membeli peralatan-peralatan seperti raket, bola tenis, pakaian, sepatu, dan perlengkapan lainnya. Selain harga dari peralatannya yang tidak murah, orang yang hendak bergabung ke dalam komunitas tenis pun harus membayar untuk mendapatkan sesi latihan dengan atlet yang memang ahli di bidang tenis lapangan, yang juga tidak kalah mahal dari harga peralatannya. Adapun biaya yang harus dikeluarkan apabila kita hendak berpartisipasi dalam turnamen, inilah mengapa tenis lapangan menjadi olahraga yang ekslusif hanya untuk kalangan elit, karena hal-hal tersebut merupakan penghalang bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah untuk dapat menikmatinya. Meskipun pemerintah telah beberapa kali berupaya untuk menganggarkan APBN untuk olahraga tenis lapangan, tetapi pada akhirnya selalu tidak terwujud sebab meninjau kembali keberlanjutan dari olahraga ini yang sepi peminat dan aksesibilitasnya yang sulit. Distribusi sumber daya yang tidak adil ini akan terus menjadikan tenis sebagai olahraga yang hanya dapat dinikmati oleh kalangan elit di Indonesia, seperti kelas menengah dan kelas atas.
ADVERTISEMENT
Hambatan yang selanjutnya telah beberapa kali disebutkan dalam tulisan di atas, yaitu kurangnya dukungan pemerintah terhadap olahraga tenis lapangan di Indonesia, yang mana menghambat pertumbuhan serta popularitas dari olahraga ini sendiri. Apabila dibandingkan dengan olahraga lain, seperti sepakbola dan bulutangkis, terlihat kesenjangan yang besar dengan dukungan yang diberikan pemerintah terhadap tenis lapangan. Dari atensi yang diberikan tidak sebesar dua olahraga sebelumnya, ini menyebabkan kurangnya pendanaan dari pemerintah untuk program-program akar rumput, pengembangan bakat, dan kompetisi tenis lapangan di tingkat nasional dan internasional. Akibatnya, para petenis Indonesia pun kesulitan untuk bersaing di level tertinggi dan menyebabkan kurangnya berita atau artikel yang menulis tentang olahraga ini, yang mana membuatnya gagal untuk menarik minat masyarakat luas.
ADVERTISEMENT
Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa tenis lapangan di Indonesia merupakan olahraga yang masih sangat ekslusif dan hanya dapat diakses oleh masyarakat kelas menengah dan kelas atas. Eksklusivitas ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu keterbatas infrakstruktur tenis di Indonesia, adanya kesenjangan ekonomi yang kian melonjak, serta kurangnya dukungan dari pemerintah Indonesia terhadap olahraga tenis lapangan. Untuk menjadikan tenis lapangan sebagai olahraga yang lebih inklusif dan mudah diakses, penting bagi pemerintah untuk berinvestasi dalam program akar rumput, meningkatkan pembangunan infrastruktur, serta memberi bantuan baik berupa dukungan moral, maupun material terhadap pemain-pemain muda yang berbakat dalam bidang ini. dengan melakukan hal ini, Indonesia dapat menumbukan minat terhadap tenis yang dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sumber dan Referensi
Zulvid, F., & Arwandi, J. 2019. Latihan Footwork Berpengaruh Terhadap Kemampuan Groundstroke Tenis Lapangan. Jurnal Patriot, 1(3), 1344-1354.
Satriyo, Fajar. 2023. Menpora Dito Sebut Pemerintah Anggarkan Rp446 M untuk AWBG 2023. Diakses pada 16 Oktober 2024, https://www.antaranews.com/berita/3619548/menpora-dito-sebut-pemerintah-anggarkan-rp446-m-untuk-awbg-2023
Riau, Fitra. 2022. Gubri Harus Batalkan Anggaran lapangan Tenis Rp 9,6 Miliar. Diakses pada 16 Oktober 2024, https://fitrariau.org/pers-release/gubri-harus-batalkan-anggaran-lapangan-tenis-rp-96-miliar