Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Digiring Opini oleh FYP
6 Januari 2025 11:40 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Fania Nur tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mulai tahun 2020, aplikasi TikTok diminati banyak kalangan, setelah sebelumnya dianggap sebagai aplikasi yang tidak berfaedah. Hal itu disebabkan oleh adanya pembatasan kegiatan efek dari pandemi Covid-19. Banyak orang bosan dan tidak memiliki kegiatan yang akhirnya dihabiskan dengan berselancar di media sosial. Dilansir dari Statita, per Juli 2024 terdapat 157.600.000 pengguna TikTok dari Indonesia. Angka tersebut tidak hanya diisi oleh kawula muda, tetapi juga dari usia 30 tahun ke atas.
ADVERTISEMENT
Maraknya penggunaan aplikasi ini membuat isi atau konten yang ada di sana pun juga beragam, dari yang bermanfaat hingga yang menyesatkan atau misleading. Beberapa kali terlihat orang-orang yang ahli pada bidangnya mengunggah video edukasi yang menarik. Ada juga video lelucon yang mengocok perut para penontonnya. Tidak ketinggalan pula video dance yang sudah menjadi ciri khas dari TikTok. Namun, di antara berbagai konten tersebut, terdapat konten yang bersifat negatif.
Berkali-kali ditemukan konten yang berisikan ujaran kebencian, penggiringan opini, hingga isi konten yang tidak memiliki sumber valid. Konten tersebut biasanya bertujuan untuk memberikan citra tidak baik pada seseorang maupun suatu golongan atau memang hanya ingin viral dan memiliki banyak penonton saja. Konten-konten tersebut dapat dengan mudah ditelan mentah-mentah oleh para penonton dan menimbulkan kegaduhan.
ADVERTISEMENT
Beberapa konten ujaran kebencian dinaikkan sebagai ladang penghakiman netizen kepada orang tersebut dan sering kali orang yang ikut menghujat atau menghakimi tidak mengecek terlebih dahulu kebenaran maupun akar masalahnya. Tidak jarang pula, komentar dari netizen lah yang memperkeruh masalah. Orang-orang hanya ingin ada samsak kebencian dan validasi bahwa ada orang yang lebih buruk dari mereka tanpa melihat kebenaran. Konten dengan sumber yang tidak pasti juga sering berseliweran di FYP (For Your Page) TikTok. Mulai dari isi konten yang absurd hingga yang ditanggapi serius oleh netizen karena terlihat "ilmiah". Tidak jarang pula isi konten itu dijadikan sumber yang dipercayai hingga ke kehidupan nyata.
Pengguna TikTok yang memang ingin hiburan cepat tidak peduli dengan semua kenyataan dan kebenaran. Baru ketika ternyata konten yang mereka percayai dan anggap benar terbukti menyesatkan mereka berpura-pura seolah-olah bukan orang yang ikut menghujat dan percaya akan isinya. Begitu mudahnya menggiring opini melalui video pendek saja. Begitu mudahnya mendapatkan massa untuk membenci seseorang dengan tayangan berdurasi satu menit saja. Tidak jarang komentar yang ingin meluruskan kenyataannya malah mendapat balasan berupa hinaan dan hujatan hanya karena memiliki pendapat yang tidak sesuai dengan pengguna yang lain.
ADVERTISEMENT
Ini bukanlah salah dari aplikasinya. Penggunanya lah yang seharusnya bertanggung jawab. Apalagi banyak pengguna yang masih di bawah umur dan belum bisa mengetahui mana yang baik dan buruk. Pengguna di bawah umur inilah yang akan meneruskan negeri ini. Hal ini akan sangat mengkhawatirkan jika mereka nantinya tidak memiliki pendirian atas suatu peristiwa atau masalah dan dengan mudahnya mengikuti apa yang banyak didukung atau dipercaya oleh khalayak ramai. Edukasi dan penyaringan informasi serta kesadaran dari para pengguna lah yang dapat meminimalisir kenegatifan ini.