Konten dari Pengguna

Reformasi Kesehatan Indonesia: Apakah Sistem Politik Mendukung atau Menghambat?

Fania Layla Sabrina
Mahasiswa S1 Keperawatan, Universitas Airlangga
2 Juni 2024 17:14 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fania Layla Sabrina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Reformasi kesehatan di Indonesia telah menjadi agenda penting dalam upaya meningkatkan kualitas dan aksesibilitas layanan kesehatan bagi seluruh masyarakat. Sejak era reformasi pada akhir 1990-an, berbagai kebijakan dan program telah diperkenalkan untuk memperbaiki sistem kesehatan nasional. Namun, perjalanan menuju
sumber : Fania Layla Sabrina
zoom-in-whitePerbesar
sumber : Fania Layla Sabrina
sistem kesehatan yang ideal tidak selalu mulus dan seringkali dipengaruhi oleh dinamika politik. Artikel ini akan mengeksplorasi sejauh mana sistem politik di Indonesia mendukung atau menghambat upaya reformasi kesehatan.
ADVERTISEMENT
Latar Belakang Reformasi Kesehatan di Indonesia
Reformasi kesehatan di Indonesia dimulai dengan desentralisasi pada tahun 2001, yang memberikan kewenangan lebih besar kepada pemerintah daerah dalam mengelola layanan kesehatan. Selain itu, peluncuran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui BPJS Kesehatan pada tahun 2014 merupakan tonggak penting dalam reformasi ini, yang bertujuan untuk menyediakan akses kesehatan yang lebih merata dan terjangkau bagi seluruh warga negara. Lalu bagaimana dengan latar belakang dari BPJS sendiri?
Latar Belakang BPJS Kesehatan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah implementasi dari Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. BPJS Kesehatan bertujuan untuk memberikan jaminan kesehatan kepada seluruh rakyat Indonesia, dengan prinsip gotong royong dimana yang sehat membantu yang sakit. Namun, pelaksanaannya tidak selalu mulus dan penuh tantangan. Beberapa masalah utama yang sering muncul adalah defisit anggaran, ketidakpuasan terhadap kualitas layanan, dan kepatuhan masyarakat dalam membayar iuran.
ADVERTISEMENT
Dukungan Sistem Politik terhadap Reformasi Kesehatan
Komitmen Pemerintah
Pemerintah Indonesia, baik di tingkat pusat maupun daerah, telah menunjukkan komitmen yang signifikan dalam mendukung reformasi kesehatan. Peluncuran JKN merupakan bukti nyata komitmen tersebut, dengan tujuan mulia untuk memastikan bahwa setiap warga negara memiliki akses ke layanan kesehatan tanpa terkecuali. Dukungan politik dari berbagai partai dan pemimpin daerah juga memainkan peran penting dalam mengimplementasikan berbagai program kesehatan.
Alokasi Anggaran
Sistem politik Indonesia juga telah menunjukkan dukungan melalui alokasi anggaran yang signifikan untuk sektor kesehatan. Pemerintah telah meningkatkan anggaran kesehatan secara bertahap dalam beberapa tahun terakhir. Ini mencerminkan kesadaran politik terhadap pentingnya kesehatan sebagai salah satu pilar utama pembangunan nasional. Anggaran yang memadai memungkinkan pembangunan infrastruktur kesehatan, peningkatan gaji tenaga medis, dan pembelian obat-obatan serta peralatan medis yang diperlukan.
ADVERTISEMENT
Regulasi dan Kebijakan
Reformasi kesehatan didukung oleh berbagai regulasi dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan. Undang-Undang tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan berbagai peraturan pemerintah lainnya telah memberikan kerangka kerja yang jelas untuk pengembangan dan implementasi program-program kesehatan. Kebijakan ini mencakup standar pelayanan minimal, akreditasi fasilitas kesehatan, serta pengawasan dan evaluasi berkala untuk memastikan kepatuhan terhadap standar yang ditetapkan.
Hambatan Politik terhadap Reformasi Kesehatan
Korupsi dan Penyalahgunaan Anggaran
Salah satu hambatan terbesar dalam reformasi kesehatan di Indonesia adalah korupsi dan penyalahgunaan anggaran. Kasus-kasus korupsi di sektor kesehatan seringkali mencuat, mulai dari pengadaan alat kesehatan hingga distribusi dana JKN. Korupsi ini tidak hanya merugikan negara secara finansial, tetapi juga mengurangi kualitas layanan kesehatan yang diterima oleh masyarakat. Pemerintah perlu memperkuat pengawasan dan penegakan hukum untuk meminimalkan praktik korupsi di sektor ini.
ADVERTISEMENT
Ketidakstabilan Politik
Ketidakstabilan politik dapat mengganggu kelangsungan dan konsistensi program-program kesehatan. Perubahan kepemimpinan di tingkat pusat maupun daerah seringkali disertai dengan perubahan kebijakan yang bisa menghambat implementasi program kesehatan yang telah berjalan. Ketidakpastian politik juga dapat mempengaruhi alokasi anggaran dan prioritas pembangunan, termasuk di sektor kesehatan.
Desentralisasi yang Tidak Merata
Meskipun desentralisasi bertujuan untuk meningkatkan kemandirian daerah dalam mengelola layanan kesehatan, implementasinya seringkali tidak merata. Beberapa daerah memiliki kapasitas yang lebih baik dalam mengelola layanan kesehatan dibandingkan daerah lainnya. Ini menyebabkan kesenjangan dalam kualitas dan aksesibilitas layanan kesehatan antar daerah. Sistem politik yang efektif seharusnya mampu menyediakan mekanisme pendukung bagi daerah yang kurang mampu untuk memastikan kesetaraan dalam layanan kesehatan.
ADVERTISEMENT
Tumpang Tindih Kebijakan
Tumpang tindih kebijakan antara pemerintah pusat dan daerah sering menjadi hambatan dalam implementasi reformasi kesehatan. Kurangnya koordinasi dan sinkronisasi kebijakan dapat menyebabkan kebingungan dan ineffisiensi dalam pelaksanaan program kesehatan. Hal ini menunjukkan perlunya komunikasi dan kolaborasi yang lebih baik antara berbagai tingkat pemerintahan untuk mencapai tujuan reformasi kesehatan.
Reformasi kesehatan di Indonesia adalah upaya yang kompleks dan multidimensi, yang sangat dipengaruhi oleh dinamika politik. Di satu sisi, sistem politik telah memberikan dukungan melalui komitmen pemerintah, alokasi anggaran yang meningkat, dan regulasi yang memadai. Namun, di sisi lain, hambatan seperti korupsi, ketidakstabilan politik, desentralisasi yang tidak merata, dan tumpang tindih kebijakan masih menjadi tantangan besar.
Untuk memastikan reformasi kesehatan yang efektif dan berkelanjutan, diperlukan komitmen politik yang kuat, integritas dalam pengelolaan anggaran, stabilitas politik, dan koordinasi yang lebih baik antara pemerintah pusat dan daerah. Hanya dengan demikian, Indonesia dapat mencapai sistem kesehatan yang adil, merata, dan berkualitas bagi seluruh warganya. Reformasi kesehatan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga memerlukan partisipasi aktif dari masyarakat, profesional kesehatan, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya untuk mencapai tujuan bersama dalam meningkatkan kesehatan bangsa.
ADVERTISEMENT