Benang Relasi Kesejahteraan Guru dengan Kualitas Pendidikan di Indonesia

M Irfan Dwi Putra
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Konten dari Pengguna
23 Mei 2022 19:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari M Irfan Dwi Putra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi guru yang sedang mengajar. Foto: pixabay.com/14995841
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi guru yang sedang mengajar. Foto: pixabay.com/14995841
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Selama lebih dari tujuh dekade merdeka, kualitas pendidikan di Indonesia masih berada di level yang memprihatinkan. Dalam laporan PISA (Programme for International Student Assessment) yang dirilis oleh OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) pada tahun 2018, Indonesia berada di posisi yang sangat rendah, terutama dalam kemampuan literasi, sains, dan matematika.
ADVERTISEMENT
Dari 79 negara yang berpartisipasi, Indonesia berada di posisi 71 dalam kemampuan literasi, 70 dalam matematika, dan 69 dalam sains. Skor yang didapat Indonesia dalam survei tersebut bahkan terpaut jauh di bawah rata-rata skor negara-negara anggota OECD.
Angka tersebut tentu sangat memprihatinkan mengingat kualitas pendidikan sangat berkorelasi dengan kualitas sumber daya manusia di suatu negara. Kualitas pendidikan yang baik akan menghasilkan SDM yang unggul, begitu pula sebaliknya.
Ada banyak faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Misalnya sarana dan prasarana yang kurang memadai, tidak meratanya distribusi fasilitas pendidikan, kualitas tenaga pengajar yang masih rendah, metode belajar yang masih bersifat konvensional, hingga rendahnya kesejahteraan tenaga pengajar di Indonesia. Tulisan ini akan secara khusus membahas mengenai relasi rendahnya kesejahteraan tenaga pengajar dengan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Di dalam Alinea Keempat UUD 1945, salah satu cara yang dilakukan untuk mencapai konsep negara Indonesia yang ideal pascakemerdekaan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai tujuan ini, peran guru sebagai tenaga pengajar di lembaga pendidikan formal tentu sangat krusial. Mengingat perannya yang sangat krusial dalam mencapai tujuan tersebut, sudah seharusnya mereka mendapatkan penghargaan yang sesuai dengan kontribusi yang mereka berikan bagi bangsa.
Salah satu penghargaan yang berhak guru dapatkan adalah kesejahteraan yang terjamin. Hak atas kesejahteraan ini bahkan termuat di dalam Pasal 14 ayat (1) bagian a Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang menyebut bahwa guru berhak untuk memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial.
ADVERTISEMENT
Namun, realita yang terjadi tidak demikian. Guru di Indonesia dapat dikatakan masih jauh dari kata sejahtera, terutama guru-guru yang bertugas di daerah dan para guru honerer. Hal ini dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan di Kecamatan Kota Komba, Manggarai Timur. Penelitian tersebut menunjukkan rentang gaji guru di beberapa SMA di kecamatan tersebut yang berada di antara Rp300 ribu hingga Rp1,2 juta per bulan (Nande dan Amrin, 2018: 83).
Permasalahan yang dihadapi oleh guru honorer di Indonesia tidak hanya sebatas rendahnya gaji yang mereka dapatkan. Mereka juga kerap mengalami penundaan pembayaran gaji yang berlangsung selama berbulan-bulan seperti yang dialami oleh Wilfridus Kado, seorang guru honorer di Ende yang tujuh bulan belum menerima gaji (Nugraheny, 2021). Penundaan pembayaraan gaji tidak hanya dialami oleh Wilfridus saja, tetapi juga oleh banyak guru-guru honorer lain di seluruh Indonesia.
ADVERTISEMENT
Lalu, bagaimana korelasi antara rendahnya kesejahteraan guru dengan kualitas pendidikan di Indonesia? Berdasarkan equity theory of motivation, keseimbangan antara kontribusi yang diberikan oleh seorang pekerja dengan penghargaan yang ia dapatkan akan menghasilkan motivasi kerja yang tinggi.
Sebaliknya, ketika penghargaan yang didapatkan tidak seimbang dengan kontribusi yang diberikan, motivasi kerja akan menjadi rendah. Semakin tinggi penghargaan yang diterima oleh seorang pekerja, semakin termotivasi pula ia dalam melakukan pekerjaannya sehingga berkontribusi dalam peningkatan performa pekerja dan organisasi (Akintoye dan Ofobruku, 2022: 156-157).
Dalam konteks kesejahteraan guru di Indonesia, penghargaan yang mereka dapatkan sangatlah tidak sepadan dengan kontribusi yang mereka berikan. Bagaimana mungkin gaji di bawah rata-rata yang pembayarannya ditunda-tunda sepadan dengan tugas yang mereka emban untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Tingkat kesejahteraan yang rendah ini kemudian mempengaruhi rendahnya motivasi dan performa mereka dalam mengajar yang berdampak secara tidak langsung pada rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Berkaca dari negara-negara dengan tingkat kualitas pendidikan yang tinggi, mereka cenderung memperhatikan kesejahteraan tenaga pengajar dengan baik. Misalnya Kanada yang skor PISA-nya berada di peringkat ke-8 pada tahun 2018. Berdasarkan data OECD terkait gaji guru, pada tahun 2020 rata-rata guru pemula sekolah menengah atas di Kanada menerima gaji sekitar 590 juta per tahun.
Di Finlandia yang dikenal memiliki sistem pendidikan terbaik di dunia pun demikian. Berdasarkan data yang sama, gaji guru pemula sekolah menengah atas di negara tersebut adalah sekitar 600 juta per tahun. Terlepas dari faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingginya kualitas pendidikan kedua negara tersebut, kesejahteraan guru merupakan salah satu faktor yang patut untuk diperhitungkan.
Dari analisis di atas, dapat diketahui bahwa rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia salah satunya disebabkan oleh rendahnya tingkat kesejahteraan guru di Indonesia. Oleh karena itu, sudah seharusnya semua stakeholders terkait menyadari pentingnya kesejahteraan guru di Indonesia dan melakukan upaya-upaya seperti memberikan gaji yang layak dan sesuai dengan kontribusi mereka dan menjamin kesejahteraan guru di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sumber Referensi:
Akintoye, Emily Obaide dan Sylvester Abomeh Ofobruku. “Staff Welfare Package and Organizational Performance: A Theoritical Discourse.” European Journal of Business and Management Research 7, no. 2 (2022).
FactsMaps. “PISA 2018 Worldwide Ranking – average score of mathematics, science and reading.” https://factsmaps.com/pisa-2018-worldwide-ranking-average-score-of-mathematics-science-reading/. Diakses 23 Mei 2022.
Nande, Marsel dan Sayful Amrin. “Pengaruh Kesejahteraan Guru Komite Terhadap Semangat Mengajar Guru.” JOEAI (Journal of Education and Instruction) 1, no. 2 (2018).
Nugraheny, Dian Erika. “Cerita Guru Honorer di Ende yang 7 Bulan Belum Terima Gaji …” https://nasional.kompas.com/read/2021/11/27/17334211/cerita-guru-honorer-di-ende-yang-7-bulan-belum-terima-gaji?page=all. Diakses 23 Mei 2022.
OECD. “Indonesia: Student performance (PISA 2018).” https://gpseducation.oecd.org/CountryProfile?primaryCountry=IDN&treshold=10&topic=PI. Diakses 23 Mei 2022.
OECD. “Teacher’s salaries.” https://data.oecd.org/teachers/teachers-salaries.htm. Diakses 23 Mei 2022.
ADVERTISEMENT