Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten dari Pengguna
Kesenian Laras Madya di Dusun Jurang sebagai Wadah Kegiatan Positif Warga
24 Januari 2025 18:00 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Fanni Calista tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada malam Rabu yang dingin, tabuhan gendang dan nyanyian dari sebuah rumah mengoyak kesunyian. Tujuh warga berkumpul selepas Isya, melantunkan tembang dengan melodi indah yang konstan dan tempo yang bervariasi. Dengan untaian kata bak puisi indah dalam bahasa Jawa Krama, tujuh anggota kesenian Laras Madya membawakan pesan-pesan positif dalam lantunan bait-baitnya.
ADVERTISEMENT
Kelompok kesenian Laras Madya ini berasal dari Dusun Jurang, Desa Kemloko, Kecamatan Kranggan, Temanggung. Salah satu anggotanya adalah Yono yang menceritakan terbentuknya kelompok kesenian tersebut. Berawal dari perkumpulan pemasang saluran televisi parabola sekitar akhir tahun 90-an, beberapa warga Dusun Jurang akhirnya membentuk kelompok tani dan kesenian. “Daripada hanya sekadar bertemu, maka mencari kegiatan dengan nembang,” ucap Yono.
Kelompok tani dari perkumpulan tersebut diberi nama Mardi Lestari, sedangkan kelompok kesenian Laras Madya dinamai Mardi Utomo. Berdasarkan penuturan Yono, pemberian nama tersebut memiliki makna tersendiri. “Mardi” berarti pendidikan atau pengajaran, sementara “Utomo” berarti bagus. Mardi Utomo memiliki makna memberikan pembelajaran yang bagus melalui tembang.
Pembelajaran yang dimaksud terealisasikan melalui bait-bait tembang yang telah disusun. Pesan yang dibawa mencakup ranah yang cukup luas, seperti agama, negara, desa, kesehatan, dan lain sebagainya. “Kebanyakan tembang itu wulang [artinya] memberi pendidikan, ngajari. Sosialisasi [hal-hal baik] dengan tembang,” jelas Yono.
ADVERTISEMENT
Keputusan untuk memilih Laras Madya sebagai kegiatan pengisi waktu tak datang begitu saja. Para anggota memilah-milih beberapa jenis kesenian untuk dijadikan kegiatan bersama. Akhirnya, Laras Madya yang berasal dari kasunan Surakarta menjadi pilihan yang dirasa paling tepat. Untuk memulai perjalanannya, Laras Madya Mardi Utomo mendatangkan dua guru dari Temanggung Kota. Hingga saat ini, para anggota sudah lihai menabuh dan menembang, tak lagi memerlukan arahan dari seorang guru. “Kalau sekarang sudah banyak gurunya,” gurau Yono.
Laras Madya Mardi Utomo juga sudah sempat mendaftarkan diri kepada Dinas Pendidikan dan Pengajaran pada tahun 2002. Bukti fisik berupa piagam pengesahan dari Dinas Pendidikan dan Pengajaran dipajang di dinding rumah tempat mereka biasanya melaksanakan latihan. “Itu sertifikatnya [di dinding], nanti liat aja. peresmiannya ya ke dinas,” jelas Yono.
ADVERTISEMENT
Sejak terbentuknya hingga sekarang, anggota Laras Madya Mardi Utomo telah mengalami penyusutan, banyak yang telah pergi meninggalkan dunia. Saat ini, para anggota yang tersisa akan berkumpul di sebuah rumah setiap hari Selasa malam, selepas Isya. “Walaupun sudah lama, kalau namanya nembang ini kita tetap latihan,” ucap Yono.