Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Siswa Indonesia: Rendahnya Literasi Vs Realita Penggunaan Media Sosial Masa Kini
3 Juni 2024 8:36 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Fannia Dwi Septiana Putri Utomo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca. Data lain ditemukan menurut riset World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Padahal, dari segi penilaian infrastuktur untuk mendukung membaca, peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa. Riset yang dilakukan oleh PISA pada tahun 2018 ditunjukkan dalam bentuk persentase, kurang lebih hanya 25% siswa Indonesia yang memiliki kompetensi membaca tingkat minimum atau lebih, hanya 24% yang memiliki kompetensi matematika tingkat minimum atau lebih, dan sekitar 34% siswa Indonesia yang memiliki kompetensi sains tingkat minimum atau lebih (OECD, 2019a).
ADVERTISEMENT
Melalui data-data yang telah ditemukan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Indonesia sedang mengalami KRISIS MEMBACA! Hal ini dibuktikan pula melalui observasi yang telah penulis lakukan di salah satu sekolah yang ada di Kabupaten Malang. Dominan siswa/i mengatakan bahwa mereka tidak suka membaca. Sedikit dari mereka mengatakan lebih suka membaca cerita-cerita pendek dan komik. Observasi yang penulis lakukan mendukung data dari hasil riset yang telah dilakukan sejak tahun 2016-2018 bahkan hingga sekarang ini.
Penulis dan tim juga sudah berdiskusi dengan seorang guru dan memang benar faktanya bahwasannya dominan siswa/i di sekolah tersebut kurang suka membaca buku. Selain fakta memprihatinkan dari literasi siswa, fakta lapangan yang ditemukan juga cukup membuat penulis paham mengapa sekolah sulit untuk meningkatkan minat literasi siswa/i nya. Fakta bahwa sekolah tidak memiliki fasilitas yang memadai dan kurangnya tenaga pendidik yang mengajar. Sekolah menerima banyak peserta didik namun, fasilitas yang ada tidak mumpuni. Setelah ditelusuri, hal ini dikarenakan sekolah tersebut banyak dijadikan sebagai sekolah sementara atau sekolah yang dijadikan tempat singgah bagi orang tua yang tidak menetap lama didaerah tersebut.
ADVERTISEMENT
Budaya literasi di Indonesia memang cukup rendah. Dapat dilihat pula melalui laman-laman media sosial yang memperlihatkan banyaknya masyarakat yang sering salah paham mengenai suatu permasalahan karena tidak membaca keselurunan isi berita secara lengkap. Masyarakat sosmed atau biasa disebut netizen seringkali melontarkan hujatan lebih dulu dibandingkan membaca rangkaian kronologi. Penggunaan gadget yang seharusnya membantu meningkatkan literasi, malah menjadi sarang buruk dunia literasi Indonesia. Pemanfaatan media sosial yang seharusnya dapat membantu meningkatkan literasi cenderung memberikan sarang bagi mereka yang terus menerus menyebarkan hoax. Ditambah dengan tingkat literasi yang rendah mengakibatkan banyak orang salah kaprah terhdap suatu berita atau persoalan yang sedang menjadi topik perbincangan.
Minimnya budaya literasi oleh orang-orang dewasa juga berpengaruh terhadap budaya literasi anak-anak mereka. Anak-anak cenderung lebih suka bermain game daripada mencari bahan-bahan bacaan. Dilihat dari banyaknya siswa/i yang juga masih kesulitan menjawab sebuah persoalan berdasarkan bacaan. Penulis dan tim melakukan observasi dengan menyebarkan tiga bagian soal dengan model bahan bacaan yang berbeda-beda. Dua bagian soal dalam bentuk paragraf, satu bagian soal dalam bentuk dialog. Metode menjawab soal pun terdiri atas dua bagian soal dalam bentuk pilihan ganda dan satu lainnya dalam bentuk esai yang masing-masingnya terdiri dari lima soal.
ADVERTISEMENT
Siswa/i mengerjakan soal setelah mendengarkan intruksi yang diberikan oleh penulis dan tim. Mereka diberikan batasan waktu dalam menjawab soal, untuk soal esai diberikan waktu 6-7 menit, sementara itu soal pilihan ganda diberikan waktu 4-5 menit. Soal bagian pertama dalam bentuk esai dengan bahan bacaan dalam model paragraf. Jawaban mereka diharuskan sesuai dengan bacaan. Namun, dalam bentuk ini, siswa/i banyak yang salah dalam menjawabnya. Sebetulnya, apabila dipikirkan dengan logika, jawaban mereka tidak ada yang salah, namun observasi ini ditujukan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pemahaman siswa/i melalui literasi. Dominan siswa/i menjawab tidak berdasarkan bacaan.
Soal bagian kedua dalam bentuk pilihan ganda dengan bahan bacaan dalam model dialog singkat. Jawaban siswa/i dalam soal bagian kedua ini, cukup baik karena yang menjawab tidak sesuai bacaan hanya beberapa siswa/i saja. Dominan siswa/i mendapatkan nilai sempurna untuk soal bagian kedua ini.
ADVERTISEMENT
Soal bagian ketiga dalam bentuk pilihan ganda dengan bahan bacaan dalam model paragraf. Sama seperti soal bagian pertama, dominan siswa/i banyak yang menjawab dengan salah atau tidak sesuai dengan bahan bacaan. Padahal, kelima soal tersebut dibuat berdasarkan bacaan yang diberikan.
Jika dilihat dari hasil akhir yang didapatkan oleh siswa/i, model bahan bacaan yang diberikan berpengaruh terhadap jawaban mereka. Pada soal bagian pertama dan ketiga dengan bahan bacaan berupa paragraf, banyak siswa/i yang menjawab salah, tidak sesuai dengan bacaan. Hal ini menunjukkan kesan bahwa mereka tidak membaca bacaan dengan teliti. Sedangkan, pada soal bagian kedau dengan bahan bacaan berupa dialog singkat, dominan siswa/i mendapatkan skor sempurna dalam artian mereka sudah menjawab soal berdasarkan bahan bacaan.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data lapangan ini, dapat disimpulkan bahwa dominan siswa/i kurang suka membaca bacaan yang panjang. Mereka lebih suka membaca bacaan-bacaan pendek contohnya seperti komik yang berupa gambar berdialog. Literasi siswa Indonesia dari masa ke masa belum mengalami perubahan yang signifikan. Beberapa artikel juga sudah memuat mengenai upaya pemerintah dalam meningkatkan budaya literasi siswa, namun hal tersbeut masih kurang dalam membangkitkan minat literasi siswa/i di Indonesia.
Penulis dan tim membuat sebuah strategi peningkatan literasi untuk Sekolah yang telah bersedia menjadi objek observasi yaitu dengan melakukan tiga tahapan diantaranya, ‘Pembiasaan’ yang dimaksudkan untuk menerapkan/membiasakan siswa/i membaca selama 15 menit sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. Dilanjutkan dengan ‘Pengembangan’ yang merupakan kenaikan level dari pembiasaan seperti guru menentukan bacaan siswa dan memberikan pertanyaan berdasarkan bacaan tersebut. Kemudian tahapan terakhir yaitu ‘Pembelajaran’ di mana dalam tahapan ini, guru hanya perlu menciptakan suasana kelas yang menyenangkan karena siswa/i sudah terbiasa dengan literasi. Guru hanya perlu menjadikan kegiatan literasi menjadi jauh lebih menyegarkan hingga siswa/i semakin suka membaca.
ADVERTISEMENT
Terakhir, sedikit saran dan harapan dari penulis dan tim, sebaiknya sekolah perlu mempertimbangkan fasilitas sekolah dalam penerimaan peserta didik. Terlebih lagi sekolah juga kekurangan tenaga pendidik. Dengan fasilitas yang ada baiknya sekolah menerima peserta didik yang tidak terlalu banyak. Untuk masalah kekurangan tenaga pendidik, penulis dan tim menyarankan agar sekolah menjalin kerjasama dengan universitas-universitas di Malang yang memiliki program studi ‘Pendidikan’ agar mendapat jatah volunteer pengajar. Penulis dan tim juga berharap agar pemerintah dapat melakukan pemerataan pendidikan agar tidak ada lagi sekolah-sekolah yang mengalami kesulitan dan permasalahan dalam pengabdian dalam bidang pendidikan (mengajar).
REFERENSI
Evita Devega. 2017. TEKNOLOGI Masyarakat Indonesia: Malas Baca Tapi Cerewet di Medsos. KOMINFO: Kementerian Komunikasi dan Informatika. URL: https://www.kominfo.go.id/content/detail/10862/teknologi-masyarakatindonesia-malasbacatapicerewetdimedsos/0/sorotan_media.
ADVERTISEMENT
Ilham Sailar. 2023. Kondisi Literasi Indonesia yang sedang Tidak Baik-Baik Saja. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa: Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. URL: https://badanbahasa.kemdikbud.go.id/berita-detail/3917/kondisi-literasi-indonesia-yang-sedang-tidak-baik-baik-saja
Pusat Penelitian Kebijakan. 2021. Meningkatkan Kemampuan Literasi Dasar Siswa Indonesia Berdasarkan Analisis Data PISA 2018. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. URL: https://pskp.kemdikbud.go.id/assets_front/images/produk/1-gtk/kebijakan/Risalah_Kebijakan_Puslitjak_No__3,_April_2021_Analisis_Hasil_PISA_2018.pdf.