Konten dari Pengguna

Kisah dan Pesan Tersembunyi Mahasiswa Seni Rupa UNNES dalam Pameran Lukisan

Fanny Marizka
Seorang mahasiswi semester 6 di Program Studi Sastra Inggris, Universitas Negeri Semarang, yang selalu meluangkan waktunya menulis fiksi dan nonfiksi, serta ketertarikannya menjadi penerjemah bahasa Inggris untuk menjelajahi setiap ruang dunia
3 Mei 2025 18:32 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fanny Marizka tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Galeri Collecting Pieces Exhibition di Gedung B9, Fakultas Bahasa dan Seni, UNNES. Diselenggarakan sejak Senin hingga Jum’at (25/4/2025). Dok. Fanny Marizka
zoom-in-whitePerbesar
Galeri Collecting Pieces Exhibition di Gedung B9, Fakultas Bahasa dan Seni, UNNES. Diselenggarakan sejak Senin hingga Jum’at (25/4/2025). Dok. Fanny Marizka
ADVERTISEMENT
Semarang – Perasaan yang dialami dengan berbagai kisah selalu membawa kehidupan semakin ekspresif dan memiliki makna tersendiri. Namun, seringkali banyak dari mereka yang memilih diam karena ragu dalam mengungkapkan apa yang dialami, merasa suara mereka dianggap angin lalu. Sehingga media bereskpresi didukung oleh lukisan yang bukan hanya sebagai hiasan dinding. Tetapi juga sebagai tempat untuk mengeluarkan perasaan dan pesan yang sulit dikeluarkan.
ADVERTISEMENT
Pada Senin (21/4/2025), mahasiswa Pendidikan Seni Rupa angkatan 2023 asal UNNES menggelar pameran dalam Collecting Pieces Exhibition selama 5 hari dimulai dari tanggal 21 hingga 25 April. Mereka menghadirkan beragam pesan tersimpan di balik karya-karya, dimulai dari portret seseorang, bentuk atau benda tertentu, hingga abstrak yang menyimpan makna. Berbagai lukisan dengan gaya masing-masing semakin menguatkan pesan, dan tujuan sang pelukis agar tersampaikan dengan baik kepada pengunjung. Hal ini juga tersimpan harapan yang dapat merasakan emosi atau perasaan setiap pelukis melalui karya-karya yang dipamerkan. Selain itu, pemilihan warna semakin menyelami makna lukisan terhadap pencarian arti kehidupan dan harapan yang tersembunyi, seakan mereka sedang berdialog menenangkan setiap mata yang melihat.
Makna dan kisah tersembunyi dari pameran lukisan
ADVERTISEMENT
Menuang ekspresi ke dalam sebuah karya bukanlah hal mudah, terdapat proses mengungkapkan perasaan yang terkadang ragu untuk diceritakan. Melalui pemahaman apa yang dilihat dan dirasakan, beberapa dari mereka bertarung dengan berbagai tekanan hati atau pengalaman yang melibatkan perdamaian kepada diri sendiri. Sementara itu, ada yang menemukan sebuah makna dan pesan dari kehidupan seseorang yang memilki juang semangat tak disadari orang banyak. Seperti seorang mahasiswa semester 4 ini memberikan pesan dibalik portret nenek penjual sate yang akrab bersapa dengannya.
Lukisan portret seorang nenek penjual sate di Pringapus, Semarang. Bertemakan “Hiburan” oleh Wanto Susilo Rahayu dalam Collecting Pieces Exhibition, B9, FBS (25/4/2025). Dok. Fanny Marizka
Wanto Susilo Rahayu, mengungkapkan tema “Hiburan” sebagai pengingat tentang menghargai setiap kerja keras atau tidak mengeluh terhadap pekerjaan apapun, di mana kebahagian akan dapat dirasakan dari ketulusan yang diberikan. Ia juga menekankan untuk mencintai apa yang kita miliki, baik dari pekerjaan ataupun kegiatan yang mungkin mengundang rasa bosan. Karena menjadi sebuah langkah mendapatkan ketenangan sejati dan kebahagiaan tanpa harus berharap dan bergantung pada orang lain. Bahkan, apabila dijalani dengan keyakinan dalam mencari makna kehidupan yang kebanyakan orang mengalami kebosanan dan putus asa, kebahagiaan dan makna dari apa yang sudah dilakukan akan muncul dari arah yang tak terduga, walaupun melalui cara yang paling sederhana.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pemilihan warna sederhana dari cat minyak ini memberikan simbol kesederhanaan yang semakin menguatkan pesan dibalik lukisannya. Ia menyampaikan pesan bahwa kebahagian dapat ditemukan dari berbagai sumber dan mengajak kita untuk meluangkan waktu di tengah padatnya jadwal. Menikmati setiap proses dengan fokus kepada diri sendiri, seperti kupu-kupu yang tidak pernah lepas dari tujuannya mencari bunga, dibandingkan huru-hara masyarakat yang selalu terpusat pada tingginya ekspektasi sosial.
Waktu terus berputar mengikat pergerakan manusia, serta mimpi yang seringkali meninggalkan perasaan gelisah dan takut menghadapi langkah di depan sana. Annisa Amaliya dengan tema “Di Antara Waktu dan Rasa” bersama teknik mix media menarik perhatian seluruh individu merenungkan masa depan kembali. Seorang perempuan yang sedang merakit setiap bagian yang mengalun berkeliaran untuk masa depannya. Latar galaksi digambarkan sebagai alam semesta, memiliki ketidakpastian terhadap mudahnya meraih masa depan atau malah tersesat, seakan salah dalam mengambil langkah. Jam pasir dimaknai sebagai impian itu memiliki waktu dan masanya.
Lukisan seorang perempuan dengan tema “Di Antara Waktu dan Rasa” oleh Annisa Amaliya dalam Collecting Pieces Exhibition, Gedung B9, FBS, (25/4/2025). Dok. Fanny Marizka
Ia menegaskan jika proses meraih impian yang masih abu-abu membutuhkan dukungan dari berbagai pihak terdekat. Seperti perjalanan perempuan di lukisan ini memiliki momen bersama keluarga, teman, dan orang terdekat yang digambarkan di sekelilingnya. Sehingga memberikan pesan kepada pengunjung, menjalin hubungan dengan orang terkasih sangat membantu dalam meraih impian, dan menjadi fondasi yang lebih memiliki kemungkinan meraih masa depan ketika dijalani dengan orang yang dipercayai.
ADVERTISEMENT
Lukisan sudah menjadi teman bicara, menemani setiap cerita dari berbagai pengalaman sang pemilik kuas. Ruang aman yang menampung perasaan berkecamuk atau harapan tak terdengar, setiap kata-kata pun dipresentasikan oleh karya dari tangan-tangan berbakat. Menyimpan pesan penting yang harus digali dengan membentuk ruang diskusi bersama pelukis, dan memahami satu sama lain dari suara yang tersimpan di balik lukisan. Sesuai seperti lukisan milik Norma Aulia Rahma membawa tema “Cermin Jiwa yang Tenang,” menjelaskan tentang menerima diri sendiri dengan damai. Dua dunia terlihat dari cermin sebagai simbol perbatasan antara realitas dan jiwa, sosok perempuan di balik cermin retak dengan kupu-kupu dimaknai sebagai transformasi dan harapan.
Lukisan dengan tema “Cermin Jiwa yang Tenang” oleh Norma Aulia Rahma dalam Collecting Pieces Exhibition, Gedung B9, FBS, (25/4/2025). Dok. Fanny Marizka
Sedangkan mata-mata mekanik digambarkan sebagai dorongan yang menekan, dunia tidak mudah untuk mendapatkan semua yang diinginkan. Sehingga selalu mengintai kita dengan beragam rintangan, di mana cukup sulit untuk meraih apa yang diharapkan dari berbagai hiruk pikuk keadaan. Tetapi terdapat ruang untuk terus tumbuh dari sulur dan bunga merambat di sekeliling cermin. Cara Aulia menyampaikan pesan dapat terlihat jelas dari cermin yang memiliki refleksi diri, membawa kita untuk berdamai di tengah keterbatasan. Maka perjalanan menghadapi tantangan mencari harapan sebuah impian akan diawali bagaimana kita berani mengambil langkah. Di balik jalan yang tidak mudah, penerimaan dan keyakinan untuk masing-masing individu adalah kunci memperbaiki retakan tersebut, menjadi lebih utuh dan menyatu dengan berkembangnya kualitas diri dari kesempatan manapun.
ADVERTISEMENT
Lukisan tidak hanya sebuah bentuk pasti, terdapat goresan yang juga memberikan pesan pelukis. Abstrak juga menjadi cara untuk bercerita mengeluarkan seluruh perasaan yang tertahan, tidak terbatas melalui teknik atau warna-warna yang dipilih. Rynt (Paskah) menghidupkan kisah manusia yang merupakan makhluk sosial dilengkapi oleh pesan dari lukisan abstrak, dengan tema “Cinta dan Kasih” yang menggunakan cat akrilik dan semen. Beberapa goresan dari warna yang dipilih tersimpan makna dibaliknya, goresan emas mendeskripsikan tujuan dan harapan. Warna hitam sebagai dorongan dan harapan orang tua, serta dominasi merah sebagai rasa cinta dan kasih sayang.
Lukisan abstrak dengan tema “Cinta dan Kasih” oleh Rynt (Paskah) dalam Collecting Pieces Exhibition, Gedung B9, FBS, (25/4/2025). Dok. Fanny Marizka
Lika-liku perjalanan manusia akan merasakan kasih sayang, bercampur dengan pelajaran yang didapatkan dari luka dan masa terpuruk. Walaupun melewati banyak rintangan, tentunya sebanding dengan pengorbanan dari orang terdekat dan terkasih yang mendukung untuk terus mencapai impian. Goresan yang digambarkan di dalam abstrak ini mengarah pada bangkitnya semangat. Percaya jika setiap rasa sakit dari luka, dan hal yang membuat jatuh akan kalah dari semangat yang diciptakan warna merah, sebagai teman pendukung dan berjuang. Ia meneriakan untuk selalu berjuang dan kembali bangkit melangkah menuju harapan.
ADVERTISEMENT
Antusiasme pengunjung menghidupkan ruang pameran
Masih banyak pesan dan kisah menarik memikat pengunjung, di mana berhubungan dengan masa-masa saat ini sehingga mahasiswa yang bukan dari jurusan seni ikut memenuhi ruang. Pecinta seni atau bukan, antusiasme tinggi larut mengulik makna setiap lukisan. Jumlah kedatangan yang tinggi menandakan jika seni masih menarik sebagai tempat berdiskusi, menerka arti, dan berbagi cerita. Dari jumlah 571 orang di hari pertama, disusul hari kedua dengan 1.031 orang, dan penutupan di hari kelima jauh lebih tinggi mencapai 2.011 orang. Tercatat total sebanyak 6.690 pengunjung dengan mengalami peningkatan secara signifikan, terutama pada hari Jum’at yang diisi oleh sesi bincang santai bersama pelukis.
Dinding yang dipenuhi 63 lukisan ditemani berbagai tema berhasil memberikan setiap pesan, dan kisah hingga menghasilkan sudut pandang yang berbeda dari pengunjung. Penafsiran dari mencari informasi setiap lukisan semakin membangun kehangatan dan kebersamaan. Respon positif dari pengunjung mengatakan, jika kedekatan dengan pameran dan situasi saat ini seakan dunia memberikan jalan dan pelukan semangat. Tenggelam bersama kisah pelukis mendorong perasaan yang lebih peka terhadap diri sendiri dan sekitar, menjadi pengingat untuk fokus mengembangkan diri serta saling menguatkan orang yang membutuhkan.
ADVERTISEMENT
Lukisan selalu memikat ruang diskusi dan ekspresi sebagai komunikasi. Selain itu, dapat menjadi pemicu kesadaran, keterikatan untuk refleksi diri, dan memperbaiki kembali emosi agar dapat mendukung proses meraih impian. Dengan demikian, Collecting Pieces Exhibition menjadi tali penghubung yang menyatukan suara dari para pelukis. Tentunya, pameran ini menjadi bukti jika lukisan masih kuat dalam menyuarakan pesan dan pengingat yang erat dengan keseharian manusia. Warna, goresan, dan simbol, menghidupkan ingatan dan perasaan bahkan menjadi kekuatan bagi orang yang merenungkan makna di balik setiap lukisan yang diciptakan.