Konten dari Pengguna

Apa Benar Generasi Milenial Tidak Lagi Suka Baca Buku Fisik?

Moch Abdullah Faqih
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya
24 Mei 2023 11:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Moch Abdullah Faqih tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar milik Penulis
zoom-in-whitePerbesar
Gambar milik Penulis
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dikutip dari CNBC Indonesia, Manajemen PT GRA Tiga Belas atau Toko Buku Gunung Agung mengonfirmasi kabar terkini kondisi perusahaan. Direksi memutuskan untuk menutup permanen seluruh outlet yang masih tersisa pada tahun ini. Jelas tentu ini suatu kabar buruk bagi pecinta buku di indonesia. Mengingat Toko Buku Gunung Agung sudah membersamai masyarakat sejak 1953. Banyak kisah dan cerita yang telah dibangun baik oleh toko buku maupun pengunjung. Tentu ini menjadi suatu topik yang perlu diperhatikan oleh pemerintah bagi keberlangsungan masa depan negara. Mengapa seperti itu, karena toko buku adalah salah satu fondasi suatu negara untuk mencerdaskan seluruh masyarakat Indonesia. Dengan ditutup nya toko buku Gunung Agung, timbul sebuah pertanyaan, apa benar generasi millenials tidak suka lagi baca buku fisik? Tentu untuk menjawab pertanyaan ini banyak berbagai jawaban yang bisa menjawabnya. Yang pertama dimulai dari di zaman sekarang ini, buku tidak lagi hanya buku fisik, ada e-book yang lebih ringkas dan simpel yang bisa dibawa dan dibaca dimanapun dan kapanpun. Di e-book kita bisa menyimpan ratusan bahkan ribuan buku hanya dengan membawa gadget. Tidak seperti halnya membawa buku fisik yang jika kita membawa ribuan buku fisik, kita harus menggotongnya kesana kemari.
ADVERTISEMENT
Penulis sedang membaca Buku
Dan yang kedua, kurang nya endorse untuk giat membaca buku. Tentu ini menjadi concern tersendiri bagi pemerintah. Seharusnya pemerintah mengendorse untuk giat membaca buku, dengan mengingatkan atau mencotohkan tokoh simbolik seperti artis, ustadz atau siapapun orang nya yang memiliki follower ratusan ribu hingga jutaan untuk ditaruh di setiap papan baliho yang ada di jalan-jalan menggantikan baliho caleg yang kurang menguntungkan masyarakat. Tentu hal ini masyarakat bisa teredukasi tidak langsung secara visual. Yang mana hal ini telah dijelaskan dibuku kepemimpinan politik karya alfan alfian, dijelaskan bahwasanya Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong yang menaruh setiap baliho dijalan-jalan singapura dengan tulisan dan gambar yang positif dan edukatif untuk merubah pola pikir masyarakat, yang mana sekarang sudah terbukti masyarakat singapura jauh lebih maju dibanding indonesia dari segi literasi.
Gambar milik Penulis
Tentu pemerintah indonesia bisa mencontoh apa yang dilakukan oleh pemerintah singapura untuk keberlangsungan membaca buku untuk kecerdasan bangsa menyongsong indonesia emas 2050. Dalam hal ini kita tidak bisa mengandalkan pemerintah sepenuhnya, karena bagaimanapun juga masyarakatlah yang berandil besar untuk kemajuan suatu bangsa. Mari kita mulai dengan membaca buku baik buku fisik maupun buku yang non fisik. Karena selera setiap orang berbeda-beda. Kita ngga harus langsung banyak halaman untuk membaca buku, cukup sedikit demi sedikit yang penting istiqomah. Cari genre buku yang buat kita nyaman. Seperti yang dikatakan mbak Najwa Shihab, Cuma perlu satu buku untuk jatuh cinta pada membaca. Cari buku itu. Mari jatuh cinta.
ADVERTISEMENT