Konten dari Pengguna

Memahami Sikap Moderat: Teguh dalam Keyakinan, Terbuka dalam Perbedaan

Faqih Mufasirin
Mahasiswa yang masih menempuh S1 Pendidikan Agama Islam di Universitas Islam Negeri K.H Abdurrahman Wahid Pekalongan
14 April 2025 13:35 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Faqih Mufasirin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
kebersamaan dalam keberagaman menciptakan persatuan antar individu dan kelompok (Sumber: Foto Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
kebersamaan dalam keberagaman menciptakan persatuan antar individu dan kelompok (Sumber: Foto Pribadi)
ADVERTISEMENT
Di era globalisasi ini, kita telah mengalami berbagai kemajuan yang kian masif pada bidang teknologi informasi dan komunikasi. Kita seringkali merasakan betapa banyaknya informasi yang menyebar begitu cepat. Hanya dengan sekali klik di ponsel, berita dari berbagai sumber bisa langsung sampai ke genggaman kita. Namun dibalik kemudahan ini, tidak semua orang memiliki pemahaman yang cukup untuk menggunakannya dengan bijak.
ADVERTISEMENT
Misalnya dalam suatu platform media sosial, sering kita lihat banyak sekali isu-isu yang beredar di mana orang-orang saling menjatuhkan hanya karena perbedaan pandangan politik, keyakinan agama, atau perspektif hidup seseorang. Bahkan tak jarang beredar konten- konten yang bertujuan untuk memecah belah suatu kelompok. Begitu banyak konten-konten media sosial yang beredar, namun tidak semuanya bisa dipastikan kebenarannya. Maka tidak heran jika akhirnya banyak orang yang salah paham terhadap kelompok tertentu, dan menjadi konflik yang berkepanjangan.
Indonesia sebagai negara yang memiliki keragaman agama, suku, bahasa, budaya, ras seharusnya bisa menjadi contoh yang baik dalam menjaga keberagaman. Bukannya saling menjatuhkan, perbedaan ini seharusnya bisa menjadi perekat persatuan. Di sinilah pentingnya memahami sikap moderat. Sikap ini dapat membantu kita mengatasi konflik karena perbedaan ataupun salah paham.
ADVERTISEMENT
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), moderat berarti selalu menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrem; berkecenderungan ke arah dimensi atau jalan tengah. Seseorang yang bersikap moderat cenderung tidak berlebihan, tidak fanatik, berpikir seimbang, dan mengutamakan jalan tengah. Sikap moderat bukan berarti tidak mempunyai pendirian atau plin-plan. Justru sebaliknya, sikap moderat adalah sikap seseorang yang tetap teguh terhadap pendiriannya, namun Ia juga bersedia untuk menerima dan menghargai pandangan yang berbeda dengannya.
Sikap moderat ini bisa diibaratkan dengan pohon bambu yang tumbuh tinggi serta memiliki batang yang tegak lurus, namun ketika diterpa angin yang kencang, batangnya akan melengkung mengikuti arah angin yang melaluinya tanpa mematahkan batangnya. Jadi seseorang yang bersikap moderat akan tetap berpegang teguh pada apa yang diyakininya. Apabila ada seseorang yang berbeda keyakinan dengannya, Ia tetap menerima keyakinan tersebut tanpa harus mengikuti apa yang diyakini orang lain.
ADVERTISEMENT
Adapun dua prinsip utama dalam bersikap moderat, di antaranya:

1. Moderat dalam berpikir

Maksudnya adalah cara berpikir yang terbuka terhadap pandangan lain, proporsional, dan menghindari fanatisme. Orang yang moderat mampu menerima perbedaan keyakinan dan tidak menganggap bahwa pandangannya sebagai satu-satunya kebenaran. Mereka tidak langsung percaya pada satu sudut pandang, namun juga tidak menolak mentah-mentah sudut pandang tersebut.
Misalnya, ketika ada berita viral terkait isu politik, orang moderat tidak akan langsung menerima dan membagikan informasi tersebut. Sebaliknya, mereka akan bertanya “apakah ada sumber pendukungnya?”, atau “bagaimana dengan pandangan yang lain?”

2. Moderat dalam bertindak

Maksudnya adalah perilaku yang menghindari kekerasan, kerusakan, atau cara-cara yang radikal dalam menyelesaikan masalah. Orang yang moderat tidak akan bereaksi secara berlebihan terhadap suatu konflik dan lebih mempertimbangkan dampak sosial yang akan terjadi. Mereka juga akan mengambil cara damai dalam menyelesaikan masalah ketimbang dengan kekerasan. Misalnya, para warga lebih memilih untuk menyelesaikan masalah keagamaan bersama-sama dengan bermusyawarah.
ADVERTISEMENT
Sikap moderat membantu kita menghadapi konflik keberagaman dengan kepala dingin. Dengan bersikap moderat, kita bisa mengajak kedua kubu ekstrem (baik yang berpandangan terlalu kaku, ataupun terlalu longgar) untuk melangkahkan kaki bersama di jalan tengah. Kita belajar untuk tidak langsung percaya pada informasi yang beredar, namun juga tidak serta merta menuduh orang lain menyebar hoaks. Kita bisa tegas dalam memegang prinsip, namun tetap santun dalam cara menyampaikannya.
Dalam kehidupan masyarakat, sikap moderat mendorong kita untuk saling bergotong royong dengan orang-orang di sekitar tanpa memandang siapa, dan dari mana asal mereka. Dengan mementingkan kepentingan bersama, kita lebih mudah menemukan titik temu dan mencapai tujuan bersama. Dalam kehidupan beragama, sikap moderat mengajarkan kita untuk tetap teguh pada keyakinan agama yang dianut, namun pada saat yang sama menghormati pilihan dan keyakinan agama orang lain. Sikap moderat juga mengajarkan kita untuk menjalankan ajaran agama secara proporsional, artinya kita tetap seimbang dalam meraih kesuksesan di dunia dan di akhirat.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, negeri yang terbentang luas dengan ribuan pulau dan dihuni oleh ratusan suku bangsa dengan beragam budaya, bahasa, dan tradisi, sikap moderat telah menjadi perekat yang menjaga persatuan kita selama ini. Dari ujung barat di Sabang hingga pelosok timur di Merauke, meskipun kita berbeda-beda dalam banyak hal, semangat Bhinneka Tunggal Ika terus mengingatkan kita bahwa perbedaan bukanlah penghalang, melainkan kekuatan yang memperkaya bangsa ini.
Kini, di era sekarang yang serba cepat dan mudah, di mana penyebaran informasi semakin meluas, dan tantangan seperti berita hoaks, polarisasi, serta ujaran kebencian semakin mengemuka, kita justru perlu menguatkan kembali nilai-nilai dari sikap moderat yang selama ini menjadi pondasi kebersamaan kita.
Menghadapi zaman yang terus membawa perubahan bukan berarti kita harus menolak dan menutup diri dalam kelompok sendiri, melainkan justru dengan membuka hati dan pikiran seluas-luasnya, kita menjadi semakin sadar bahwa keberagaman itu merupakan suatu anugerah dari Tuhan yang patut kita syukuri. Dan perlu diketahui bahwa setiap agama, budaya, dan kepercayaan pada hakikatnya mengajarkan kebaikan, kasih sayang, dan penghormatan kepada sesama manusia, tanpa memandang latar belakangnya.
ADVERTISEMENT