Bahagia Belajar Bahasa Asing

Faqihah Husnul Khatimah
Mahasiswa Penerbitan (Jurnalistik) Politeknik Negeri Jakarta
Konten dari Pengguna
25 Mei 2022 15:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Faqihah Husnul Khatimah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi cinta dalam belajar. Photo by Tim Mossholder by Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cinta dalam belajar. Photo by Tim Mossholder by Unsplash
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Walau baru pertama kali bertemu, perempuan asal Bekasi ini bisa membuat waktu dua jam terasa singkat. Pemilik nama lengkap Raden Dinda Indah Lestari memang pandai membuka obrolan dengan orang baru. Apalagi kalau berbicara tentang caranya menguasai bahasa asing.
ADVERTISEMENT
Gue suka belajar bahasa awalnya karena menghilangkan gabut, hahaha, tapi bener sih ini kalau gabut jadi iseng aja penasaran sama kata atau kalimat gitu,” ucap Raden Dinda Indah Lestari, yang lebih akrab disapa Dinda.
Anak kelahiran 2001 ini merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Dinda merupakan perempuan satu-satunya. Kesibukannya saat ini mempelajari bahasa dan bekerja sebagai buruh pabrik printer di Cikarang. Setelah lulus SMA, dia sempat melanjutkan kuliah, tetapi cuti di tengah jalan karena diterima bekerja.
Kemampuan Dinda dalam berbahasa patut diacungi jempol. Sewaktu SMA, dia pernah mengikuti les bahasa Jepang hingga kemampuan bahasanya meningkat sampai lolos tes Japanese-Language Proficiency Test (JLPT) level N2. Dia juga mengikuti ekstrakulikuler Jepang dan berhasil mendapatkan prestasi juara satu lomba menyanyi lagu Jepang.
ADVERTISEMENT
“Iya, prestasi tertinggi di bidang bahasa, gue pernah menang juara satu lomba nyanyi lagu Jepang sama lolos tes JLPT level N2. Masih cetek sih, tapi itu udah kayak kebanggaan gue gitu. Terus bisa lancar ngobrol sama orang asing, bisa paham mereka ngomong apa tuh gue udah bangga banget,” ujarnya.
Rasa penasarannya bermula ketika cuti sekolah satu tahun karena masalah mental. Selama cuti, dia mengisi waktunya mempelajari bahasa Inggris dan memberanikan diri berbicara dengan orang asing. Sejak itu, Dinda semakin tertarik mempelajari bahasa asing. Bukan hanya bahasa Inggris dan Jepang, tetapi juga bahasa Korea.
Cikarang memiliki banyak orang Korea yang menetap untuk bekerja. Hal ini membuat rasa ingin tahu Dinda mencuat. Bisakah dia berbicara dengan mereka?
ADVERTISEMENT
Bermodal nekat dan penasaran, dia mencari kerja part time selama SMA. Dia bekerja sebagai pelayan di sebuah restoran Korea. Dari sana, dia memiliki banyak kenalan orang Korea yang merupakan atasan dari beberapa pabrik di Cikarang. Bahkan, salah satu dari mereka meminta Dinda menjadi guru bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Berkat mereka pula, dia bisa berbahasa Korea dengan lancar.
Namun, perjalanannya mempelajari berbagai bahasa tidak lepas dari berbagai kendala. Lingkungan yang tidak mendukung menjadi salah satu penyebabnya.
Dinda pun tidak serta merta langsung pandai berbahasa asing, terutama berbahasa Korea. Ada beberapa tahap sampai dia lancar seperti sekarang.
“Dulu tuh gue punya satu buku yang isinya gue tulisin huruf hangeul, Raden Dinda Indah Lestari, terus sampai satu buku penuh. Sampai suatu waktu mama tuh ngelihat, terus heran nanya kamu lagi ngapain? lagi nulis, hahaha,” katanya sebelum melanjutkan. “Gue juga pernah beli buku percakapan Korea gitu yang kecil, tapi waktu lihat itu malah blank gitu. Jadi beberapa bulan gue belajarnya nulis nama, apa kabar, gitu doang di buku.”
ADVERTISEMENT
Terakhir, dia mengungkapkan ingin melanjutkan kuliahnya di bidang bahasa. Dia memiliki mimpi besar untuk menjadi seorang penerjemah yang handal.
“Pengen banget, sih. Cuma kan kalau mau jadi penerjemah setidaknya harus ada gelar D3 atau S1 dulu. Sebenarnya bisa juga ambil sertifikasi. Kalau sekarang gue waktunya belum ada, mau fokus kerja yang sekarang dan nabung dulu. Nanti kalau waktunya tepat, misalnya jauh pun gue ambil kuliah lagi,” tuturnya. (fhk)