Konten dari Pengguna

Globalisasi dan Terorisme: Hubungan dan Dampaknya

Fara
International Relations enthusiast.
25 Desember 2020 14:40 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
image source: https://unsplash.com/photos/A32DH4B0FBY
zoom-in-whitePerbesar
image source: https://unsplash.com/photos/A32DH4B0FBY
Di era digital di mana teknologi semakin berkembang pesat seperti saat ini, kita dapat dengan mudah mengakses berbagai macam informasi dan berita dari seluruh penjuru dunia hanya dengan sentuhan jari. Apa yang terjadi pada suatu tempat dapat diketahui bahkan memengaruhi orang-orang di tempat lain. Fenomena berkembang pesat dan meluasnya teknologi informasi dan komunikasi ini biasa kita sebut dengan globalisasi. Namun, globalisasi tentu tidak hanya sebatas itu, menurut peneliti Ruiz Estrada (2009) globalisasi memiliki 3 karakteristik yaitu reformasi kelembagaan dan politik, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, dan liberalisasi perdagangan. Globalisasi sendiri, didefinisikan oleh McGrew (1992) dalam pengertian penggabungan berbagai masyarakat dan negara nasional yang berbeda untuk membuat sistem dunia modern, ia lebih jauh lagi menjelaskan bahwa globalisasi adalah proses di mana berbagai aktivitas, fungsi, peristiwa, dan keputusan di satu bagian dunia telah menyebabkan konsekuensi yang signifikan bagi orang dan masyarakat di bagian dunia yang lain. Sementara menurut Joseph Nye, globalisasi adalah pertumbuhan jaringan saling ketergantungan di seluruh dunia. Ia mencatat bahwa globalisasi “hampir setua sejarah manusia,” tetapi menunjukkan bahwa versi sekarang ini adalah versi yang baru di mana jaringannya lebih tebal dan kompleks, melibatkan orang-orang dari lebih banyak wilayah dan kelas sosial.
ADVERTISEMENT
Seperti halnya dengan globalisasi, terdapat berbagai definisi terorisme yang telah dipaparkan oleh banyak ahli. Pemerintahan Amerika Serikat (AS) mendefinisikan terorisme dengan membaginya menjadi 3 istilah yaitu ‘terorisme internasional’ berarti terorisme yang melibatkan warga negara atau wilayah lebih dari satu negara; ‘terorisme’ berarti kekerasan yang direncanakan dan bermotif politik yang dilakukan terhadap target non-kombatan oleh kelompok subnasional atau agen rahasia; dan ‘kelompok teroris’ yang berarti setiap kelompok yang melakukan, atau yang memiliki subkelompok penting yang melakukan, terorisme internasional. Sementara itu, James Lutz dan Brenda Lutz (2011) memaparkan dalam tulisannya bahwa terorisme dirancang untuk menimbulkan rasa takut bahkan bagi orang-orang yang bukan merupakan korban langsung dari kekerasannya, dan bahwa tindak kekerasan tersebut dirancang untuk menciptakan kekuasaan dalam situasi di mana sebelumnya hal itu dirasakan kurang. Dalam kata lain, upaya kekerasan itu dilakukan untuk meningkatkan basis kekuatan organisasi yang melakukan terorisme tersebut.
ADVERTISEMENT
Lalu, apakah hubungan antara globalisasi dan terorisme? Jika berbicara tentang apakah terorisme merupakan bagian dari globalisasi atau tidak, terdapat dua pandangan yang berbeda. Penulis Lim (2002) berpendapat bahwa terorisme bukan merupakan bagian dari globalisasi karena kasus-kasus terorisme seperti Uighur di Tiongkok, Macan Tamil di Sri Lanka, dan Basque di Spanyol semuanya terjadi bukan karena globalisasi tetapi karena masalah dalam negeri itu sendiri. Selain itu, pemimpin Al-Qaeda (jaringan teroris yang menyebabkan tragedi 9/11), Osama bin Laden, mengatakan bahwa hal itu disebabkan oleh ketidaksukaan terhadap kehadiran militer AS di Arab Saudi, dan tidak menyebutkan apa-apa tentang globalisasi. Terlebih lagi, Annan (2000), mantan Sekretaris Jenderal PBB, mengatakan bahwa lebih dari satu milyar orang hidup dalam kemiskinan. Kemiskinan itu dapat memberi ruang bagi kekuatan rasa iri, putus asa, dan teror untuk tumbuh. Ia berpendapat bahwa mereka bukanlah korban dari globalisasi, masalah mereka bukanlah karena mereka terlibat dalam pasar global tetapi justru karena mereka tidak dilibatkan di dalamnya. Namun, beberapa studi menunjukkan bahwa globalisasi dan terorisme memiliki hubungan yang erat. Studi Bockenforde (2003) menunjukkan adanya gelombang besar globalisasi sosial yang terjadi dalam beberapa dekade terakhir. Perpaduan orang-orang, budaya, dan ide telah menciptakan cakupan baru globalisasi militer, terorisme, dan isu-isu kemanusiaan. Sebuah contoh yang paling menonjol dari globalisasi sosial yang menimbulkan globalisasi militer teroris adalah perluasan jaringan Al-Qaeda. Jaringan teroris yang besar ini dipercayai telah beroperasi di lebih dari 60 negara. Jaringan global ini sangat berguna bagi Al-Qaeda untuk mendanai kegiatan mereka, merekrut pemberontak, penyiaran, dan pemalsuan dokumen seperti paspor dan visa. Kemajuan teknologi yang meluas telah membantu kelompok-kelompok teroris seperti Al-Qaeda dan yang lainnya dalam melangsungkan aktivitas mereka. Penggunaan teknologi superior oleh Al-Qaeda untuk membajak pesawat yang digunakan dalam aksi 9/11 menimbulkan kekhawatiran bahwa teroris dapat menggunakan teknologi katastropik seperti senjata pemusnah massal dalam melakukan serangan mereka. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa globalisasi memang telah meningkatkan risiko penyebaran senjata nuklir, kimia, dan biologi di seluruh dunia (Khan & Estrada, 2017).
ADVERTISEMENT
Globalisasi tidak hanya memengaruhi terorisme, tetapi terorisme juga dapat memengaruhi globalisasi. Seperti yang kita ketahui bahwa globalisasi tidak hanya seputar perkembangan teknologi, namun juga mencakup bidang ekonomi seperti perdagangan bebas. Sebagai contohnya, tragedi 9/11 pada 2001 lalu telah membawa beberapa dampak dalam bidang ini. The Economist mencatat bahwa integrasi global bisa gagal jika risiko dan biaya untuk melakukan bisnis di luar negeri meningkat, hal ini disebabkan karena adanya ketakutan yang tinggi dalam bidang keamanan, dan atau jika pemerintahan sekali lagi berpaling dari perdagangan bebas dan arus modal. Telah terbukti bahwa ada peningkatan dalam biaya untuk melakukan bisnis di luar negeri, premi asuransi komersial untuk perusahaan Amerika diperkirakan naik dari $148 miliar pada tahun 2000 menjadi antara $210 miliar dan $240 miliar pada tahun 2002. Tidak hanya itu, World Bank melaporkan bahwa biaya pengiriman udara juga telah meningkat sekitar 15 persen sejak kejadian 9/11. Namun, The Economist juga mencatat bahwa kebanyakan barang yang diperjualbelikan dalam perdagangan internasional bergerak melalui laut, di mana tidak ada peningkatan biaya pengiriman untuk impor Amerika sejak 11 September. Selain itu, baik pemerintahan maupun perusahaan swasta tidak berpaling dari perdagangan bebas dan arus modal. Sebaliknya, mereka malah semakin bergerak menuju perdagangan yang lebih bebas. Di Doha, Qatar pada bulan November 2001, sebanyak 142 negara telah setuju untuk memulai putaran baru pembicaraan perdagangan untuk menurunkan hambatan perdagangan. Kesepakatan ini timbul sebagian karena adanya kekhawatiran atas kemungkinan adanya dampak tragedi 9/11 pada arus perdagangan. Perusahaan-perusahaan multinasional AS juga dilaporkan menjadi lebih berkomitmen dalam ekspansi internasional setelah kejadian 9/11 (Murphy, 2002).
ADVERTISEMENT
Selain itu, globalisasi juga dapat memainkan peran penting dalam membasmi terorisme. Setelah tragedi 9/11, negara-negara di dunia bersatu menjadi koalisi untuk melawan terorisme. Pada 12 September 2001, Dewan Keamanan PBB mengadopsi resolusi yang secara garis besar berisi pengakuan eksplisit atas hak pembelaan diri individu dan kolektif, hal ini menjadi dukungan substansial pada kampanye bersenjata yang dilakukan oleh AS dan anggota pasukan koalisi lainnya. Lalu, pada 28 September 2001, Dewan Keamanan juga mengadopsi Resolusi 1373 yang di dalamnya memuat sejumlah besar langkah yang harus diambil negara-negara anggota untuk memerangi terorisme seperti pencegahan dan penekanan anggaran untuk aksi terorisme, pelarangan bagi negara-negara anggota untuk menyediakan tempat berlindung bagi para teroris, keharusan untuk saling memberi bantuan dalam penyelidikan kriminal terkait tindakan terorisme, dan untuk mencegah pergerakan teroris dengan kontrol perbatasan yang efektif dan kontrol atas penerbitan dokumen identitas dan dokumen perjalanan. Globalisasi yang didefinisikan Nye sebagai “jaringan saling ketergantungan di seluruh dunia” jelas telah tumbuh dan menjadi jauh lebih tebal dan kompleks sejak peristiwa 9/11. Negara-negara di dunia telah mengangkat sejumlah isu mengenai cara terbaik untuk memerangi terorisme, topiknya berupa perjanjian internasional, kebijakan imigrasi dan pengungsi, hak asasi manusia, Perserikatan Bangsa-Bangsa, pengadilan untuk mengadili teroris, pendanaan terorisme, penggunaan kekuatan, atau prospek tuntutan tanggung jawab sipil terhadap teroris, organisasi teroris dan sponsor negara teroris (Murphy, 2002).
ADVERTISEMENT
Globalisasi dan terorisme jelas memiliki hubungan yang erat. Keduanya jelas dapat memberikan pengaruh bagi satu sama lain. Meskipun ada beberapa studi yang mengatakan bahwa terorisme bukan merupakan bagian dari globalisasi jika dilihat dari penyebab terjadinya, tidak dapat dipungkiri bahwa globalisasi dapat memberi pengaruh yang besar dalam terorisme untuk memperluas jaringannya. Tidak hanya itu, dengan adanya globalisasi berupa kemajuan teknologi yang cepat dan meluas juga berperan penting dalam aksi-aksi terorisme seperti penggunaannya dalam perakitan bom atau pembajakan pesawat. Namun, globalisasi juga dapat menjadi alat untuk memerangi terorisme. Jaringan saling ketergantungan antara negara-negara di dunia dapat memudahkan mereka untuk mencapai tujuan bersamanya yaitu pembasmian terorisme. Jika globalisasi dimanfaatkan secara maksimal dalam membuat kebijakan dan tindakan-tindakan anti-terorisme, hal itu tentu akan menjadi salah satu cara yang efektif untuk membasmi terorisme.
ADVERTISEMENT
Referensi
Khan, A & Estrada, M.A.R. (2017). Globalization and terrorism: an overview. Quality and Quantity, 51(4). Retrieved from: https://www.researchgate.net/publication/303834488_Globalization_and_terrorism_an_overview
Lutz, J & Lutz, B. (2011). Terrorism: The basics. New York: Routledge.
Murphy, J.F. (2002). The Impact of Terrorism on Globalization and Vice-Versa. The International Lawyer, 36(1). Retrieved from: https://scholar.smu.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=2112&context=til