Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Tradisi Tebu Manten Pabrik Gula Kedawoeng
2 Juni 2022 16:17 WIB
Tulisan dari Fara Fadiah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Pabrik Gula Kedawoeng terletak di desa Kedawung Kulon, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan. Desa Kedawung Kulon mayoritas penduduknya sebagai petani dan pekerja pabrik. Mendekati musim giling para petani di sekitar Desa Kedawung Kulon banyak yang beralih dari menanam padi ke tebu.
ADVERTISEMENT
Pabrik Gula Kedawoeng memiliki tradisi unik saat pertama kali melakukan giling tebu. Tradisi tersebut yakni Tebu Manten merupakan upacara adat tahunan yang dilaksanakan di Pabrik Gula Kedawoeng sebagai pertanda awal musim giling tebu. Arti Tebu Manten dalam bahasa Indonesia berarti 'Pengantin Tebu' sehingga Tebu Manten adalah tanaman tebu yang dinikahkan layakanya sepasang pengantin pada umumnya. Tebu laki-laki atau orang Jawa menyebutnya tebu lanang dan tebu perempuan atau biasa disebut tebu wadon kedua tebu tersebut kemudian dinikahkan dan dilakukan upacara tradisi Tebu Manten. Tradisi tersebut digelar sebagai ungkapan rasa syukur atas akan dilaksanakannya penggilingan gula setiap tahun sekali.
Tradisi ini sudah dilakukan sejak lama dan diturunkan secara turun menurun oleh penduduk Desa Kedawung Kulon, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan. Tradisi ini tidak hanya ditemukan di Kabupaten Pasuruan, tetapi juga ada di beberapa daerah yang terdapat Pabrik Gula dan masih melestarikan tradisi tersebut. Namun, setiap masing-masing daerah memiliki nama dan karakteristik pelaksanaan serta latar belakang dari Tebu Manten yang berbeda-beda.
ADVERTISEMENT
Tradisi Tebu Manten di Pabrik Gula Kedawoeng tersebut, ada satu pasang tebu manten lanang (pria) dan tebu wadon (perempuan) yang diarak dari ladang tebu di Desa Plososari menuju Pabrik Gula Kedawoeng. Setelah diarak, kedua tebu tersebut dibersihkan untuk kemudian dipotong dan digiling bersama-sama dengan tebu lainnya. Tebu yang digiling sebagian besar adalah tebu rakyat dan sedikit dari tebu yang dibudidayakan.
Selama acara Tebu Manten masyarakat di sekitar Pabrik Gula Kedawoeng berbondong-bondong untuk melihat acara tradisi tersebut. Selama arak-arakan tebu tersebut diiringi dengan drumband. Selain ada arak-arakan ada juga acara tari-tarian dari para pegawai dan anak-anak TK yang ada di sekitar Pabrik Gula Kedawoeng, serta pertunjukan jaran kepang.
Pada hari berikutnya sebelum buka giling ada selamatan giling, yaitu melakukan pengajian yang mengundang ulama atau kyai di daerah sekitar Pabrik Gula Kedawoeng dan dihadiri oleh pegawai Pabrik Gula Kedawoeng serta para warga sekitar Pabrik Gula Kedawoeng. Tujuan adanya pengajian yaitu untuk memberikan doa untuk para pegawai serta harapan agar menghasilkan gilingan yang melimpah Untuk memeriahkan acara giling diadakan berbagai macam hiburan, ada Wayang Kulit yang mendatangkan dari luar Kota Pasuruan. Ada juga pasar malam, yang berjualan orang-orang di sekitar Pabrik Gula Kedawung. Pasar malam ini biasannya dilaksanakan selama 3 hari, dan untuk tradisi Tebu Manten dilaksanakan selama satu minggu.
ADVERTISEMENT
Semoga dengan serangkaian kegiatan selamatan buka giling Pabrik Gula Kedawoeng, dengan tradisi setiap tahunnya acara tebu manten serta sederetan kegiatan lainnya, diharapkan untuk memohon keselamatan, kelancaran, keberkahan dan hasil yang maksimal di masa penggilingan. Dengan adanya Tradisi Tebu Manten dapat dijadikan kebudayaan daerah dan ikon warga Kedawung Kulon, Kabupaten Pasuruan.
Referensi:
Aulia, R. A., & Mardikantoro, H. B. (2021). Satuan Lingual pada Tradisi Manten Tebu di Pabrik Gula Pangkah Kabupaten Tegal: Kajian Etnolinguistik. Jurnal Sastra Indonesia, 10(2), 102-107.