Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
Konten dari Pengguna
Dear Bunda, Begini Cara Hadapi Anak yang Baperan
14 Februari 2023 14:13 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Farah Anindya Kirana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Mudah tersinggung, pemalu, memiliki kepekaan yang tinggi terhadap sekitar, dan tentu saja sensitif. Apakah anak bunda termasuk salah satunya?
Bisa jadi, si kecil termasuk anak dengan HSP atau Highly Sensitive Person. Wah, seperti apa itu? Yuk kita bahas!
Mengenal Highly Sensitive Person
Bunda mungkin akrab dengan istilah baperan. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggunakan kata baper/terbawa perasaan kepada seseorang yang terlalu sensitif. Dalam psikologi orang yang baper ini disebut juga sebagai Highly Sensitive Person.
Istilah HSP pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Elaine Aron, seorang psikolog dari Stanford University, Amerika Serikat pada tahun 1991. Sesuai dengan namanya, orang-orang dengan HSP memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi, dimana mereka memproses informasi dari dunia sekitarnya secara mendalam ketimbang orang lain. Anak-anak dengan tipe kepribadian ini disebut sebagai Highly Sensitive Children.
ADVERTISEMENT
Perlu diketahui, seseorang dengan kepribadian HSP memang terlahir sensitif. Hal ini juga berkaitan dengan faktor genetik yang diturunkan orang tua. HSP bukanlah suatu jenis gangguan atau penyakit sehingga perlu diubah atau disembuhkan.
Untuk mengetahui apakah si kecil termasuk Highly Sensitive Children (HSC) Dr. Elaine Aron menyematkan tes mandiri yang tersedia dalam blognya.
Karakteristik Highly Sensitive Children
Secara umum, seseorang dengan kepribadian HSP digambarkan sebagai sosok pemalu, rapuh, dan reaktif terhadap hal-hal di sekitarnya. Mereka melihat perubahan kecil yang mungkin tidak disadari banyak orang dan cenderung berpikir sebelum bertindak. Karena kepekaannya inilah, menyebabkan mereka mudah stres.
Pernahkah si kecil merengek karena makanan yang disajikan padanya memiliki bau yang kuat? Atau suara mesin blender yang biasa bunda gunakan membuatnya takut untuk pergi ke dapur?
ADVERTISEMENT
Anak HSP cenderung lebih sensitif terhadap masukan sensorik yang menyebabkan mereka memproses inderanya dengan lebih intens. Stimulus berlebih seperti pencahayaan yang teramat terang, suara gaduh, aroma yang tajam, perubahan mendadak, bahkan keramaian pun membuat mereka cukup lelah dan butuh waktu menyendiri untuk mengisi energi.
Anak-anak HSP juga memiliki kehidupan batin yang sangat reflektif. Karena itulah, si kecil cenderung kreatif dan intuitif. Lebih lagi, karena memproses segala sesuatunya dengan lebih dalam, anak-anak HSP lebih empatik terhadap sekitarnya. Namun di sisi lain, mereka juga dapat dengan mudah terpengaruh perasaan orang lain, termasuk emosi-emosi negatif.
Hal-Hal yang Perlu Dilakukan oleh Orang Tua
Punya anak yang sensitif tentunya memiliki tantangan tersendiri. Namun tak perlu khawatir. Dr. Ann Louise-Lockhart, seorang psikolog dan ahli pediatri sekaligus owner dari New Day Pediatric Psychology membagikan beberapa tips yang dapat bunda terapkan untuk mengasuh anak yang sensitif.
ADVERTISEMENT
1. Kenali anak-anak mengenai apa yang mereka rasakan
Yakinkan si kecil bahwa emosi yang mereka rasakan pun bisa jadi kekuatan super mereka. Jika anak-anak mampu mengidentifikasi serta memahami perasaannya sendiri, mereka akan memiliki kepercayaan diri ketika dewasa nanti.
Diskusi juga bisa jadi lebih menyenangkan lewat penyampaian cerita, atau media lain seperti flashcards.
2. Temukan support system
Lewat dukungan dari orang lain, termasuk keluarga hingga profesional akan sangat membantu bunda dalam mengasuh si buah hati yang berhati lembut ini. Terlebih jika bunda bukan HSP, mungkin akan merasa kesulitan untuk memahami perspektif mereka.
3. Kegiatan yang meaningful
Anak-anak HSP menyukai kegiatan yang ‘dalam’ dan bermakna. Libatkan si kecil dalam berbagai aktivitas yang disukai olehnya, khususnya yang mengaktifkan sisi kreatif mereka.
4. Ciptakan save place bagi si kecil
Karena memiliki otak dan tubuh yang sangat selaras dengan lingkungannya, mereka sering merasa kewalahan jika terlalu banyak aktivitas. Menciptakan waktu untuk bersantai dari kesibukan mereka serta hadirnya ruang yang tenang untuk membaca, bermain, dan mengerjakan pekerjaan rumah memungkinkan otak anak-anak untuk memulihkan energi.
ADVERTISEMENT
Memiliki buah hati yang sensitif mungkin tak semudah yang dibayangkan. Namun di sisi lain, banyak pula kelebihan yang mereka miliki seperti empati, introspektif, hingga kreatif. Untuk memaksimalkan potensinya, bangun rasa aman serta dukungan bagi si kecil lewat perhatian dan kasih sayang yang melimpah. Dengan begitu, ketika beranjak dewasa, ia akan mampu tumbuh menjadi orang dewasa yang bahagia.