Konten dari Pengguna

Mengenal Kecerdasan IQ, EQ, dan SQ

Farah Noorhayati  (Pendidikan Bahasa dan Sastra  Indonesia)
Mahasiswa-Universitas Negeri Islam Syarif Hidayatullah Jakarta
21 Oktober 2024 10:54 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Farah Noorhayati (Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia) tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi: ibu mengajarkan anak.  Sumber: https://www.istockphoto.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi: ibu mengajarkan anak. Sumber: https://www.istockphoto.com
ADVERTISEMENT
Setiap individu memiliki kemampuan dan kecerdasan yang berbeda-beda. Banyak orang beranggapan jika salah satu individu memiliki intelektual tinggi, maka individu ini merupakan individu yang pintar dan sukses di kemudian hari kelak, anggapan seperti inilah yang salah. Masing-masing individu memiliki kecerdasan bukan hanya dari segi intelektual saja. Setiap individu pasti memiliki bakat dan potensi selain dari intelektual yang belum tentu individu lain miliki, hal tersebut juga bisa dikatakan individu tersebut memiliki kemampuan yang mumpuni walaupun bukan dari segi intelektualnya. Maka, sangatlah penting untuk mengetahui apa itu IQ, EQ, dan SQ yang berkaitan dengan kecerdasan seseorang. Simaklah lebih lanjut terkait artikel ini!
ADVERTISEMENT
Definisi Kecerdasan
Sebelum mengetahui definisi IQ, EQ, dan SQ, ada kalanya penting mengetahui apa itu kecerdasan. Kecerdasan tidak dapat diukur hanya melalui intelektual. sangtlah jelas, bahwa masing-masing individu juga memiliki kecerdasan dalam bidang yang berbeda-beda, kemudian setiap individu juga harus mempunyai potensi serta kecerdasan dalam setiap diri mereka untuk bekal perjalanan hidup mereka. Lalu, apakah kecerdasan itu?
Menurut ahli psikologi, kecerdasan memiliki kemampuan memecahkan masalah (problem solving), kemampuan menetapkan tujuan dan meraihnya (goal directed), serta kemampuan beradaptasi dan menempatkan diri dalam lingkungannya (adaption). Dengan demikian individu bisa dikatakan cerdas jika mampu berpikir dan memahami hal-hal bersifat konsep, memecahkan problematika hidupnya, memiliki kemampuan mempelajari hal-hal baru, dan juga menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Menurut banyak ahli psikologi kecerdasan merupakan sebuah konsep yang bisa diamati tetapi menjadi hal yang paling sulit untuk didefinisikan. Maka, kecerdasan tentu dapat terlihat dan dapat dirasakan oleh orang lain. Namun, untuk menjelaskan, menjabarkan, serta mendefinisikan kecerdasan tersebut sangat rumit serta banyak sekali pandangan yang berbeda-beda terkait kecerdasan.
Kesimpulannya adalah kecerdasan berlandasan tiga aspek, yaitu mampu memecahkan masalah, mampu menetapkan tujuan dan cara meraihnya, serta mampu beradaptasi terhadap lingkungan sekitar. ketiga landasan inilah yang dapat dilihat dan diamati, walaupun kecerdasan juga dapat dilihat dari sisi lainnya. Maka, kecerdasan sangat mudah diamati namun sulit didefinsikan, karena kecerdasan tidak hanya diukur melalui ketiga landasan tersebut.
Intelligence Quotient (IQ)
Intelligence Quotient atau yang lebih dikenal sebagai IQ, adalah istilah yang pertama kali diperkenalkan oleh psikolog asal Prancis, Alfred Binet, pada awal abad ke-20 untuk mengelompokkan tingkat kecerdasan manusia. Kemudian, Lewis Terman dari Universitas Stanford mengadaptasi tes IQ Binet dan menyusunnya dengan norma populasi, sehingga dikenal sebagai tes Stanford-Binet. Pada masanya, kecerdasan intelektual dipandang sebagai satu-satunya bentuk kecerdasan yang hanya berhubungan dengan aspek kognitif setiap individu.
ADVERTISEMENT
Beberapa teori menyatakan bahwa kecerdasan adalah kemampuan dasar yang berkaitan dengan orientasi kognitif, seperti menyelesaikan masalah matematika, memecahkan teka-teki, atau menulis puisi. Ketika dikaitkan dengan proses pembelajaran, kecerdasan merupakan kapasitas untuk belajar dari pengalaman, menggunakan proses metakognitif untuk meningkatkan pembelajaran, serta kemampuan beradaptasi dengan lingkungan.
Alfred Binet (1857-1911) adalah orang pertama yang memperkenalkan IQ sebagai ukuran kecerdasan dan ia melihat kecerdasan berdasarkan tiga elemen utama, yakni arah, adaptasi, dan kekritisan. Lewis Terman dari Stanford kemudian mengembangkan konsep Binet dan membagi kecerdasan menjadi empat kategori diantara ialah: 1) penalaran verbal, 2) kuantitaif, 3) figural/abstrak, dan 4) memori.
Hasil tes kecerdasan biasanya dinyatakan dalam bentuk IQ yang merupakan angka yang dihasilkan setelah jawaban dari tes kecerdasan diolah. Angka tersebut menunjukkan tingkat intelegensi. Semakin tinggi angkanya, diasumsikan semakin tinggi pula tingkat intelegensi individu yang mengikuti tes.
ADVERTISEMENT
Emotional Quotient (EQ)
EQ merupakan jenis kecerdasan kedua yang dimiliki oleh manusia yang merupakan kepanjangan dari emotional quotient atau kecerdasan emosional. Berbeda dengan IQ, EQ berfokus pada pengelolaan emosi dan bekerja di wilayah hati. Secara sederhana, EQ adalah kemampuan untuk memahami, menilai, mengelola, dan mengendalikan emosi diri.
EQ berhubungan dengan perasaan, seseorang dengan EQ tinggi cenderung lebih mengutamakan perasaan daripada logika. Beberapa karakteristik orang yang memiliki EQ dominan meliputi kemampuan berempati, mudah mengekspresikan dan memahami perasaan, mampu mengendalikan amarah, pandai bersosialisasi dan beradaptasi, cerdas dalam menyelesaikan masalah, serta bersikap hormat, ramah, setia, dan tekun.
Kecerdasan Emosi (EQ) adalah kemampuan mengelola perasaan serta potensi diri, dan memotivasi diri dalam belajar dan bekerja untuk mencapai kesuksesan dan prestasi. Kemampuan ini memungkinkan seseorang untuk tetap stabil meskipun menghadapi tekanan dari luar, serta menjadi pribadi yang menyenangkan dan memberikan pengaruh positif kepada orang lain.
ADVERTISEMENT
Setiap orang belum tentu bisa mengelola emosi dengan baik, namun orng yang memiliki kecerdasan emosi jangan diragukan lagi tempramen emosinya. Mengendalikan emosi merupakan bagian sulit. Orang dengan IQ tinggi belum tentu dapat mengendalikan emosi seperti orang yang memiliki EQ yang tinggi.
Spiritual Qoutient (SQ)
Spiritual quotient (SQ) atau kecerdasan spiritual berasal dari kata spiritual dan quotient. Spiritual berarti batin, Rohani, keagamaan. Sedangkan, quotient atau kecerdasan berarti sempurnanya perkembangan akal budi, kepandaian, ketajaman pikiran. 28 Spiritual quotient (SQ) adalah landasan yang diperlukan untuk menjalankan Intelligence Quotient (IQ) dan Emotional Quotient (EQ) secara efektif. Kecerdasan spiritual dianggap sebagai jenis kecerdasan yang paling penting dibandingkan dengan kecerdasan lainnya karena hubungannya dengan keyakinan atau agama. Namun, SQ tidak selalu terkait dengan agama secara langsung.
ADVERTISEMENT
Namun, SQ tidak selalu terkait dengan agama secara langsung. Ada aspek di luar agama yang juga termasuk dalam ranah SQ, yaitu jiwa. Oleh karena itu, SQ juga dikenal sebagai kecerdasan jiwa, yang berfungsi untuk membantu kita membangun diri secara menyeluruh. SQ berasal dari intuisi atau perasaan hati. kecerdasan spiritual sangat bermanfaat untuk membimbing seseorang menuju kebahagiaan sejati. Ketika seseorang rutin membersihkan jiwanya, seperti melalui ibadah, mereka akan lebih menghargai hidup dan menyadari potensi diri. Saat jiwa seseorang sudah terjaga dengan baik, setiap tindakan dalam hidupnya akan berorientasi pada pengabdian kepada Tuhan.
Kecerdasan spiritual memang biasanya berkaitan dengan agama, namun dalam kecerdasan spiritual tidak secara langsung tentang agama. Spiritual ini biasanya berfokus utama terkait kejiwaan. Mengelola jiwa agar tidak menjadi kotor atau negatif adalah dengan beribadah sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Membersihkan jiwa sangtlah penting untuk menjalankan hidup dengan tenang, maksud tenang disini bukanlah individu tidak memililki kerumitan dalam hidup. Arti tenang di sini maksudnya ialah agar individu dapat menjalankan hidup yang memiliki problematik dapat melewati semua rintangan tersebut dengan jiwa bersih atau positif, maka akan tenang pula jalan rintangan tersebut.
ADVERTISEMENT