Konten dari Pengguna

Student Hidjo: Keresahan Anak Muda Zaman Dulu yang Masih Relevan Hari Ini

Farah Noorhayati  (Pendidikan Bahasa dan Sastra  Indonesia)
Mahasiswa-Universitas Negeri Islam Syarif Hidayatullah Jakarta
4 Mei 2025 14:48 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Farah Noorhayati (Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia) tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: https://fxbuku.blogspot.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: https://fxbuku.blogspot.com
ADVERTISEMENT
Kalau kamu pikir anak muda zaman dulu ngga galau soal identitas, coba baca student hidjo, novel ini ditulis lebih dari 100 tahun lalu oleh Mas Marco Kartodikromo, tapi isinya? masih sangat nyambung dengan kegelisahan anak muda zaman sekarang, tentang jati diri, sistem yang ga adil, dan keinginan untuk bebas berpikir.
ADVERTISEMENT
Cerita Tentang Hidjo, Anak Jawa yang Menempuh Pendidikan ke Belanda
Hidjo adalah pemuda Jawa yang mendapat kesempatan belajar di Negeri Belanda, kedengarannya keren kan? Tapi ternyata, hidup di negeri orang bukan cuma soal belajar dan jalan-jalan. Hidjo harus menjalani budaya yang sangat berbeda dari tempat asalnya yaitu Hindia. Hidjo merasa budaya barat sangat menyenangkan, ia mulai terbawa arus dan melupakan budaya-budaya tempat asalnya. Bermain kesana-kemari, melupakan buku-bukunya yang selalu ia baca dan juga melupakan Biroe, perempuan yang akan menjadi calon istri Hidjo kelak.
Hidjo dan Dilema Identitas
Salah satu hal yang paling kuat dalam novel ini ialah konflik batin Hidjo. Ia cinta tanah airnya, tapi juga sadar bahwa banyak hal dalam budayanya sendiri secara tersirat membatasi kebebasan. Di sisi lain Hidjo melihat bahwa budaya Barat begitu bebas tanpa adanya batasan yang ketat dan memiliki kebebasan berpikir, tapi Hidjo merasa awalnya budaya Barat merasa tidak cocok denganya, sangat berbeda dan bertolak belakang, kemudian lambat laun Hidjo pun tertarik dan terbawa arus oleh kebudayaan Barat. Maka, di dua dunia inilah Hidjo mulai merasa bukan seperti dirinya, bukanlah Hidjo yang dikenal seperti biasanya dan merasakan krisis identitas. Di gempuran ini Hidjo harus menemukan siapa dirinya sebernya dan apa yang harus ia lakukan.
ADVERTISEMENT
kegelisahan yang dirasakan pada Hidjo terasa sangat akrab banget dengan banyak anak muda zaman kini yang merantau ke daerah yang berbeda, apalagi di era global yang penuh akan digital.
Masih Relevan di Tahun 2025
Meski ditulis pada tahun 1918, Student Hidjo masih memiliki denyut kehidupan. Keresahan soal Pendidikan, posisi dalam masyarakat, dan keinginan untuk menentukan hidup sendiri masih jadi isu hari ini. Novel ini masih bisa menjadi semacam "Cermin waktu" untuk kita, sejauh mana kita sudah bebas dan merdeka dalam pikiran? dan apakah kita, seperti Hidjo berani bertanya-tanya dan menanyakan kepada diri kita sendiri, berpikir dengan kepala kita sendiri, disaat kita sedang merantau ke negeri orang? Apakah kita akan merenungkan siapa kita sebenarnya? Menyadari perebedaan pada diri kita? atau bahkan merasa bahwa kita sedang mengalami krisis identitas?
ADVERTISEMENT