Tradisi 'Nyorog' Suku Betawi sebagai Sedekah

Farah Nur Fakhriyah
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Konten dari Pengguna
14 Desember 2020 6:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Farah Nur Fakhriyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ilustrasi: Google
Hari raya idulfitri yang jatuh pada 1 Syawal adalah hari kemenangan yang ditunggu-tunggu umat Islam setelah sebulan lamanya berpuasa di bulan suci Ramadan (bulan penuh rahmat). Pada hari kemenangan ini, segala dosa dan kekhilafan umat muslim dimaafkan oleh Allah Swt.
ADVERTISEMENT
Umat Islam suci seperti lahir kembali. Di hari kemanangan umat muslim juga berlomba-lomba untuk menuai kebaikan, sama seperti pada bulan Ramadan. Berbagi dan bersedekah tentunya menjadi pilihan untuk berbuat baik dan mencari pahala dari Allah Swt. di bulan Ramadan dan Syawal.
Setiap daerah biasanya memiliki tradisi dan budaya yang berbeda-beda saat menyambut bulan suci Ramadan dan Syawal. Tradisi dan budaya setempat merupakan turunan dari nenek moyang yang harus dilestarikan. Seperti tradisi 'nyorog' yang dilakukan oleh Suku Betawi saat menyambut bulan Ramadan dan Syawal.
Ramadan dan Syawal
Bulan Ramadan dan Syawal adalah bulan penuh keberkahan yang dinantikan oleh umat Islam. Pada bulan Ramadan, kebaikan yang dilakukan oleh umat Islam dilipatgandakan pahalanya.
ADVERTISEMENT
Suku Betawi turut memeriahkan datangnya bulan Ramadan dan bulan Syawal dengan melakukan tradisi 'nyorog' yang telah ada sejak dahulu. Tradisi 'nyorog' dilakukan dengan suka cita dan penuh kegembiraan dalam menyambut bulan yang penuh rahmat dan kebaikan. Sebagaimana bulan Ramadan adalah bulan yang ditunggu-tunggu untuk menanam pahala, Rasulullah Saw. bersabda:
"Telah datang kepada kalian bulan Ramadan, bulan yang penuh berkah. Allah Swt. mewajibkan kepada kalian puasa di bulan ini. Di bulan ini, akan dibukakan pintu-pintu langit, juga ditutup pintu-pintu neraka, serta setan-setan akan dibelenggu. Demi Allah, pada bulan ini terdapat satu malam yang lebih baik dari pada seribu bulan. Barang siapa yang terhalangi untuk mendulang banyak pahala pada malam itu, berarti dia terhalang mendapatkan kebaikan." (HR. Ahmad)
ADVERTISEMENT
Tradisi 'nyorog' dilakukan untuk mengajarkan kepada anak dan cucu Suku Betawi untuk berbagi kepada sesama atau kerabat, tetapi lebih diutamakan yang lebih tua dengan memberikan sebagian hartanya (dalam bentuk pangan) kepada sesama.
Makanan 'Nyorog'
'Nyorog' dalam tradisi Suku Betawi berarti membawakan hantaran makanan kepada sanak saudara, baik yang lebih tua ataupun yang lebih muda. Tetapi, biasanya tradisi 'nyorog' diberikan dari yang muda kepada yang tua dengan maksud menghormati yang lebih tua.
Tradisi 'nyorog' biasanya dilakukan dengan menggunakan wadah yang terdiri dari beberapa tumpuk dan nemiliki pegangan untuk membawanya, atau yang lebih dikenal dengan 'rantang'. Wadah atau rantang ini biasanya terbuat dari besi stainless atau kaleng dengan berbagai macam motif, tetapi dewasa ini sudah terdapat pula rantang dari bahan plastik.
ADVERTISEMENT
Makanan yang biasanya dimuat saat 'nyorog' untuk menyambut bulan Ramadan dan Syawal berbeda-beda. Di bulan Ramadan biasanya makanan yang diberikan saat 'nyorog' adalah makanan sehari-hari dan pelengkap untuk menjalani ibadah puasa Ramadan, yakni nasi, lauk-pauk, sirup, kurma, dan lain-lain.
Sedangkan, makanan yang dimuat saat 'nyorog' di bulan Syawal atau menyambut hari raya idulfitri biasanya adalah ikon dari hari raya idulfitri itu sendiri, yakni ketupat. Selain ketupat, terdapat pula makanan khas Betawi yang menjadi kewajiban saat hari raya idulfitri, yakni semur daging ataupun gabus pucung. Selain makanan pokok, terdapat pula makanan berupa kue yang diberikan saat 'nyorog'.
Kue yang menjadi bahan untuk 'nyorog' ada yang berupa kue basah dan kue kering, tentunya kue-kue tersebut juga merupakan kue khas Suku Betawi. Kue basah di antaranya, tapai uli, wajik, dodol, dan lain-lain. Sedangkan kue kering khas betawi di antaranya akar kelapa atau celorot, geplak, sagon, dan lain-lain. Makanan-makanan tersebut tentunya dibuat oleh orang Betawi itu sendiri. Sehingga soal rasa tidak perlu diragukan lagi.
ADVERTISEMENT
Bersedekah dengan 'Nyorog'
Tradisi 'nyorog' juga mengajarkan kita sebagai bentuk sedekah terdahap sesama manusia, baik yang lebih tua maupun yang lebih muda. Bersedekah hukumnya sunnah bagi umat muslim, meskipun ada yang berkata bahwa sedekah wajib.
Akan tetapi, sedekah sangat baik digunakan untuk mencuci harta yang kita miliki dan memberi keberkahan pada harta, Rasulullah Saw. bersabda: "Harta tidak akan berkurang dengan bersedekah, dan seorang hamba yang pemaaf pasti akan Allah Swt. tambahkan kewibawaan bagi dirinya." (HR. Muslim)
Sebagaimana ada yang berpendapat bahwa sebagian dari harta kita adalah hak orang lain, bisa saja rezeki orang lain datang melalui kita. Sedekah bisa berupa apapun, yakni uang, jasa, atau bahkan makanan. Dalam tradisi 'nyorog' sedekah ini termasuk sedekah makanan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Allah Swt. juga akan melipatgandakan pahala orang yang bersedekah, yang mana Allah Swt. berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, akan dilipatgandakan (balasannya) bagi mereka; dan mereka akan mendapat pahala yang mulia." (Q.S. Al-Hadid: 18)
Setiap tradisi dan budaya memiliki nilai spiritual yang diajarkan oleh leluhur kepada anak dan cucu mereka. Sehingga ajaran tersebut akan selalu dilestarikan dan diamalkan oleh turunannya, seperti tradisi 'nyorog' yang terjadi pada Suku Betawi. Tradisi atau budaya setempat harus dilestarikan agar tidak luntur dan tetap berkembang.