Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Mengusut Asal Utsul, Etnis Muslim Tiongkok di Hainan
19 Maret 2021 22:57 WIB
Tulisan dari Faramela Azania tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dengan ditetapkannya Hainan sebagai pulau pariwisata internasional pada tahun 2008 oleh pemerintah Tiongkok, wilayah ini menjadi salah satu destinasi wisata yang pesat perkembangannya.
Oleh karena itu, yang terbayang di benak penulis tentang Hainan hanyalah kehangatan iklim tropisnya, keelokan pantainya, serta kemodernan hotel internasionalnya. Makanya, terbayang kan betapa kagetnya penulis saat berkunjung ke Sanya , Hainan, dan menemukan adanya komunitas muslim di sana.
Di pagi dan sore hari, seperti di berbagai wilayah lainnya di Tiongkok, para manula berkumpul di pusat-pusat keramaian untuk menari. Namun yang membuat saya terpantik adalah sebagian dari kelompok manula ini menari dengan lagu-lagu bernada Timur Tengah.
Tiongkok bukan negara yang asing dengan Islam. Berdasarkan Sensus Nasional Tiongkok tahun 2010, terdapat 1,7% atau sekitar 23 juta penduduk yang beragama muslim. Dari 56 etnis di Tiongkok, 10 di antaranya merupakan etnis beragama muslim. Dengan dominasi dua etnis muslim terbanyak yaitu Hui di Ningxia dan Uighur di Xinjiang.
Tiongkok mengkategorikan Utsul/Utsat, sebagai etnis Hui, atau lebih tepatnya Hainan Hui. Menurut sejarah, Hui merupakan etnis muslim keturunan para pendatang atau pedagang dari Asia Tengah dan Timur Tengah yang menikah dengan wanita setempat. Namun, ternyata terdapat setidaknya tiga teori atas asal etnis Utsul.
1. Jejak Pedagang Arab-Persia Beragama Muslim
ADVERTISEMENT
Sejak Dinasti Tang (618-907), Hainan telah menjadi salah satu titik persinggahan Jalur Sutra Maritim yang dilalui kapal pedagang Arab-Persia menuju Tiongkok, dengan melalui Asia Tenggara. Sebagian dari mereka akhirnya ada yang menetap di pulau Hainan. Konon para pedagang ini merupakan kelompok kaum muslim pertama yang menghuni Hainan.
Hal ini didukung dengan keberadaan enam kuburan kuno dengan nisan yang bergaya seni Arab-Persia (sumber: The Analysis on Double-gravestones Phenomenon of Ancient Moslem Cemeteries in Hainan oleh Wu Huanyu).
Selain itu, kunjungan H. Stubel, etnologis Jerman tahun 1931 dan Kotsuna Aisho, antropologis Jepang tahun 1942, menghasilkan kesimpulan yang serupa. Mereka mengamati adanya ciri-ciri fisik yang mengindikasikan keturunan genetis Arab, pada sebagian kelompok muslim di Sanya. Seperti hidung yang mancung dan bengkok.
ADVERTISEMENT
2. Migrasi Etnis Muslim dari Champa
Pada masa Dinasti Song (960-1279), delegasi kerajaan Champa sering singgah di Hainan sebelum menuju ke Tiongkok daratan (Sumber: A View from the Sea: Perspectives on the Northern and Central Vietnamese Coast oleh Li Tana). Seiring dengan berlalunya waktu, sebagian orang Champa tersebut mengungsi ke Hainan untuk menyelamatkan diri dari perang dan topan (sumber: Economic Change in Hui Community, Sanya, Hainan oleh Ma J.).
Inilah yang mendasari perkiraan bahwa etnis Utsul berasal dari Kerajaan muslim di Asia Tenggara, Champa . Di dunia modern, Champa terletak di wilayah Vietnam bagian tengah dan selatan. Hainan sendiri merupakan pulau terselatan Tiongkok. Dengan lokasi yang cukup terdekat dengan Champa di masa lalu, teori perkiraan asal etnis Utsul tersebut cukup masuk akal.
Indikasi lainnya adalah digunakannya bahasa Tsat (juga dikenal sebagai Utsat, Utset, Hui, atau Hainan Cham) oleh etnis Utsul. Tsat merupakan rumpun bahasa Chamic, anggota kelompok Malayo-Polynesian di dalam bahasa Austronesian. Namun, tidak seperti bahasa Malayo-Polynesian umumnya, Tsat memiliki tonal atau nada. Hal ini diperkirakan terjadi akibat pengaruh bahasa Hlai dan Min di Hainan yang bernada.
ADVERTISEMENT
Terdapat juga penelitian yang menemukan bahwa secara genetis, etnis Utsul lebih mirip dengan kelompok etnis setempat lainnya di Hainan, dibandingkan Champa. Ini menunjukkan adanya proses asimilasi oleh etnis Utsul dengan etnis setempat (sumber: Substitution of Hainan indigenous genetic lineage in the Utsat people, exiles of the Champa kingdom oleh Li Dong‐Na et. all).
3. Keterhubungan dengan Muslim Daratan Tiongkok
Posisi Hainan yang terbilang dekat dengan Guangdong dan Fujian, juga membawa migrasi penduduk dari kedua daerah tersebut. Dengan puncak perpindahan pada masa Dinasti Ming (1368-1644) dan Dinasti Qing (1644-1912). Migrasi ini turut membawa perpindahan masyarakat muslim daratan dari dua wilayah dimaksud ke Hainan.
Dari kelompok muslim daratan yang bermigrasi, klan Pu dan Hai paling sering disebut (Sumber: Islam, Tourism, and Changing Foodways among the Utsat of Hainan Island oleh Wu Huanyu). Tidak hanya karena tingginya persentase etnis Utsul yang bermarga Pu dan Hai, tapi juga karena adanya tokoh terkenal dari kedua klan tersebut dalam sejarah Tiongkok. Pu Shougeng merupakan pejabat pada masa Dinasti Song dan Dinasti Yuan (1271-1368), sedangkan Hai Rui adalah pejabat di masa Dinasti Ming.
Bagaimana? Kira-kira kalau menurut pembaca teori mana yang paling tepat untuk asal etnis Utsul? Kalau masih penasaran, silakan kunjungi langsung komunitas Utsul di Sanya. Mereka terkonsentrasi di dua wilayah yang saling berdekatan, yaitu Huixin dan Huihui.
Jaraknya hanya setengah jam dari Bandara Internasional Sanya Phoenix , maupun pusat kota Sanya. Di sekitar wilayah komunitas tersebut, juga terdapat dua wilayah wisata pantai yang terkenal, Tianya Haijiao dan Sanya Bay . Untuk makanan tentunya tidak perlu pusing, karena banyak restoran halal di sekitar wilayah ini.
Sebelum Pandemi COVID-19, terdapat berbagai paket tur wisata ke Hainan dari Indonesia. Dengan kisaran harga paket sekitar 4-5 juta per orang untuk kunjungan selama 5 hari 4 malam. Wisata ini kiranya dapat menjadi salah satu destinasi yang layak dipertimbangkan kelak setelah Pandemi COVID-19 berlalu.
ADVERTISEMENT