news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Surat untuk Masa Lalu

Farand Abyantara
Manusia biasa, yang terjebak dalam kerumunan manusia yang sibuk mempopulerkan dirinya lewat media sosial dan omongan manusia lain.
Konten dari Pengguna
28 Maret 2018 13:52 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Farand Abyantara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Aku sekarang merasa menjadi orang yang tidak bisa menghargai waktu. Waktu yang aku dapatkan dahulu, kini seperti angin yang hilang dengan cepat tanpa ada yang menanggapi seorang pun. Ya, aku termasuk orang yang tidak menanggapi angin tersebut. Angin tersebut kini sudah tergantikan dengan angin yang lain, dengan angin yang lebih dini. Pertanyaannya "Apakah angin yang sudah lewat itu akan kembali lagi?" jawabannya "Tidak". Angin yang ku anggap seperti waktu itu tidak akan kembali lagi. Berarti, waktu yang tidak aku tanggapi kemarin, nihil hasilnya bagi diriku, tidak ada yang kulakukan untuknya. Mungkin semua ini hanya karena kalimat sepele, seperti "nanti aja deh, besok juga masih bisa". Kalimat yang aku anggap remeh tapi besar petakanya. Namun, kini aku sudah sadar, betapa bodoh nya aku menganggap remeh kalimat tersebut. Dan ku harap, dulu aku bisa menghargai waktu itu, rajin menulis blog, menulis cerita dengan khayalan sendiri dan menyempatkan waktu untuk membaca novel karya penulis ternama. Mungkin sekarang aku sudah bisa melihat satu novel yang dijual di toko buku, dengan tulisan "karya Farand Abyantara".
ADVERTISEMENT