Konten dari Pengguna

Menengok Potensi Wisata Pulau Buru

Farchan Noor Rachman
Travel Blogger, Writer, City Explorer, Local Culinary Hunter.
22 Maret 2017 13:14 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
Tulisan dari Farchan Noor Rachman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pulau Buru Selatan (Foto: riedm.blogspot.co.id)
zoom-in-whitePerbesar
Pulau Buru Selatan (Foto: riedm.blogspot.co.id)
Hingga dua dasawarsa silam, bicara Pulau Buru adalah bicara tentang hal-hal yang mencekam. Gulag-nya Indonesia, tempat musuh politik Orde Baru entah yang benar-benar bersalah atau yang hanya menjadi kambing hitam diisolasi dan dijauhkan dari masyarakat.
ADVERTISEMENT
Tapi tanpa Pulau Buru tak akan ada juga Tetralogi Pulau Buru karya Pramoedya Ananta Toer yang digadang-gadang sebagai karya terbesar sastrawan Indonesia.
Kerja menulis bertahun-tahun Pram dan usaha yang tabah menyembunyikan naskah membuat Pulau Buru yang menyeramkan menjadi terangkat berkat karya sastra kanon yang hingga kini belum ada tandingannya.
Tetralogi Buru (Foto: abighifari.files.wordpress.com)
zoom-in-whitePerbesar
Tetralogi Buru (Foto: abighifari.files.wordpress.com)
Setelah lepas dari Orde Baru, Pulau Buru menggeliat mencari identitas baru. Ada dua sisi yang lekat dengan Pulau Buru.
Sisi pertama adalah cerita tentang orang-orang buangan di masa lalu yang masih identik di ingatan orang-orang. Sementara sisi sebaliknya Pulau Buru adalah rahim tempat lahir tetralogi Pulau Buru lahir dan memahsyurkan Pramoedya Ananta Toer.
Ada satu solusi lain yang ditawarkan oleh pemerintah untuk identitas baru Pulau Buru: pariwisata.
ADVERTISEMENT
Dalam hal ini pemerintah tidak main-main. Setelah mengangkat Raja Ampat, menseriusi Jailolo, menaikkan Ambon, mempercantik Ternate-Tidore, kini pemerintah melirik Pulau Buru.
Pada tahun 2016 Pemerintah menggelar Festival Pesona Bupolo sebagai titik mula promosi wisata Pulau Buru. Dari Namlea tempat digelarnya festival, Pulau Buru dikenalkan kembali kepada khalayak ramai.
Salah satu yang dipromosikan dari festival ini adalah Danau Rana.
Tempat wisata ini tersembunyi dikungkung pegunungan dan menjadi salah satu tempat wisata unggulan di Pulau Buru. Packaging wisata danau ini dibuat serius, wisata berkeliling danau bisa dilakukan dengan menyewa kapal mesin. Wisatawan juga bisa mampir ke desa-desa adat yang ada di sekitar danau.
Persoalannya hanya satu, akses. Jangan dibayangkan jalan dengan aspal mulus seperti ke Bandung.
ADVERTISEMENT
Untuk menuju Danau Rana perjuangannya keras, harus menumpang truk perkebunan atau dengan speedboat berjam-jam lamanya. Persoalan akses ini sepertinya memang menjadi PR besar.
Seharusnya jika ingin mengangkat Danau Rana maka akses harus diperbaiki seiring dengan pembangunan infrastruktur pendukung seperti penginapan dan fasilitas umum.
Tak kalah penting juga edukasi kepada masyarakat di sekitar Danau Rana tentang pentingnya pariwisata agar pembangunan pariwisata itu sendiri tak hanya seremonial belaka, namun juga berkelanjutan.
Sesungguhnya wisata di Pulau Buru itu menarik, eksotisme alam di Indonesia bagian timur tentu tidak akan terbantahkan. Apalagi bicara pantai, Indonesia timur selalu identik dengan pantai pasir putih, di Pulau Buru pun demikian.
Pantai Lala, misalnya, pasirnya putih halus juga membentang panjang sekali. Di Namlea, kota terbesar di Pulau Buru, ada Pantai Merah Putih.
ADVERTISEMENT
Pantai ini cocok sekali untuk menikmati matahari tenggelam dan menjadi tempat orang-orang Namlea berkumpul menjemput malam. Pantai ini bisa dibilang versi Buru dari Losari, hingga malam pun pantai ini akan penuh ramai.
Jika suka menikmati matahari tenggelam yang kudus, pantai ini terkedal dengan pemandangan matahari tenggelam yang bulat sempurna, dengan merah yang merekah bertaut dengan hitam yang pekat. Lantas jika jeli melihat potensi wisata di Pulau Buru, ada satu hal yang bisa dikembangkan, yaitu wisata petualangan.
Kontur Pulau Buru yang bergunung-gunung bisa dirancang untuk wisata alam bebas, treking misalnya, atau susur sungai. Beberapa air terjun di Pulau Buru sungguh menarik untuk dijelajahi lebih jauh.
Hingga sekarang bisa dikatakan wisata Pulau Buru baru menggeliat. Pemerintah sudah mulai menggarap yang tentunya butuh waktu lama untuk memetik hasilnya.
ADVERTISEMENT
Setidaknya masyarakat Pulau Buru juga bisa berbenah sedikit demi sedikit dan belajar tentang pengelolaan pariwisata. Jangan hanya karena ingin dipromosikan lantas justru merugikan dan merusak Pulau Buru itu sendiri.
Saya sendiri justru membayangkan bahwa packaging wisata Pulau Buru bisa dibuat dengan jenis wisata yang lain: Wisata sastra.
Ketokohan Pramoedya Ananta Toer sangat kuat sekali, maka bisa dibuat napak tilas tentang bagaimana kehidupan Pram di Pulau Buru dan dijadikan wisata minat khusus. Jangan sampai ingatan tentang Pram dan naskah monumentalnya justru hilang seperti bekas kamp-kamp tapol yang sudah luruh ditelan zaman.
Farchan Noor Rachman (Foto: Herun Ricky/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Farchan Noor Rachman (Foto: Herun Ricky/kumparan)
Dari banyak hal dan tempat yang berpotensi wisata di Pulau Buru yang benar-benar dikelola memang maih sedikit. Pulau Buru hingga sekarang masih dianggap misterius dan belum banyak diketahui orang.
ADVERTISEMENT
Namun, saya yakin, di masa depan pariwisata Pulau Buru pelan-pelan akan menggeliat dan menjadi identitas baru Pulau Buru.