Konten dari Pengguna

Area Tertutup dan Terbuka dalam Diri

Farhanah Fitria Mustari
Managing Director Yayasan Teman Saling Berbagi II Membuat hidup #MenjadiLebihBermakna bersama Yayasan Teman Saling Berbagi II Berbagi pesan kebaikan tentang hidup yang #SalingBukanSilang.
15 September 2022 21:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Farhanah Fitria Mustari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ditulis oleh: Farhanah Fitria Mustari (Managing Director of Yayasan Teman Saling Berbagi)
Sumber: Foto Pribadi Penulis
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Foto Pribadi Penulis
Coba tengok ke dalam palung hatimu yang paling terdalam.
ADVERTISEMENT
Adakah area yang sengaja kamu tutup rapat agar orang lain tak mengetahuinya selain dirimu sendiri?
Bagi saya, ini seperti kawasan tak berpenghuni yang hanya bisa disinggahi oleh saya sendiri. Namun, ada pula ruang di hati yang seperti terang dengan cahaya berkilau dan sengaja untuk diri kita pancarkan. Saya sering menganggap bagian hati ini seperti halaman terbuka dan boleh disinggahi oleh siapa pun.
Kedua kawasan tersebut bisa dikatakan sebagai daerah hidden (Tersembunyi) dan daerah open (Terbuka) jika kita merujuk pada Teori Johari Window. Selain keduanya, tentu saja kita punya titik buta sebagai daerah yang hanya mampu diakses oleh kunci orang lain. Namun, di artikel kali ini saya justru ingin merefleksikan peliknya area tersembunyi dan sederhananya area terbuka. Dimulai dari area yang berada dalam palung terdalam sanubari.
ADVERTISEMENT
Rasanya sulit untuk diakui bahwa hanya sebagian persen yang kita ketahui. Sering kali hanya sedikit. Kita boleh saja menghabiskan waktu bersama orang yang kita cintai, namun yang terbuka hanyalah arena yang boleh kita singgahi. Selebihnya, kita perlu menyelam lebih jauh dan seringkali tabung oksigen kita terbatas. Artinya, kita perlu siap menerima kenyataan bahwa arena tersembunyi bukan sekadar tertutup tapi menyimpan rahasia terdalam.
Tapi, saya ingin pembaca berempati pada diri sendiri dengan merefleksikan bahwa kita adalah orang tersebut. Seseorang yang tidak bisa dijangkau dengan paksaan. Saya membayangkan jika palung dalam diri ini terlalu gelap hingga tak ada satu pun yang berani menyelam ke dasar. Bagaimana kita akan hidup dengan sedikit lebih tidak tertekan? Terlalu dalam menutup arena tersembunyi tak selamanya baik. Meskipun, kita berhak memilih mana saja yang tidak boleh dipublikasikan. Saya seketika menyadari “Instagram” yang tidak memperlihatkan area tersembunyi.
ADVERTISEMENT
Saya paham untuk melebur batas area tersembunyi menjadi terbuka membutuhkan waktu panjang dan level kepercayaan yang terus ditingkatkan. Bahkan dibutuhkan tingkat pemahaman yang tak sekadar memahami, tetapi menuju pada penghayatan. Saya melihatnya seperti kerja sama antardua insan.
Pertama, tak semestinya hidup dengan porsi arena tersembunyi selalu mendominasi. Kedua, hidupkan indah ketika kita berbagi ketakutan, kekhawatiran, dan kebahagiaan. Jika dalam dasar palung menyimpan beragam hal kerapuhan, tak jadi masalah jika pelan-pelan kita perlihatkan ke permukaan. Ketiga, bisa jadi arena tersembunyi menyimpan potensi terbesar dalam hidup. Keraguan yang tercipta perlu divalidasi dengan kita jadikan arena terbuka. Tak ada yang mengetahui masa depan. In life, you only really know the road if you have traveled it.
ADVERTISEMENT
Boleh jadi arena terbuka dan tertutup hanya sebatas konsep. Tapi nyatanya, kecerdasan mengenal diri bergantung pada keduanya. Bahkan, hidup yang akan kita pilih membutuhkan kesempatan interaksi beragam dan tak terbatas. Oleh karena itu, ziarah batin perlu jadi kebiasaan positif. Sebab, dalam diri kita tersimpan setiap kejadian yang memiliki area abu-abu.