Busur Kenyataan dan Puisi Lainnya

Muhammad Farhan Azizi
Alumni Program Studi Pendidikan Bahasa Arab Universitas Muhammadiyah Malang dan Penulis Lepas Media Massa
Konten dari Pengguna
26 September 2022 17:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Farhan Azizi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Anak Manusia Kelabu (sumber: dok. pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Anak Manusia Kelabu (sumber: dok. pribadi)

Anak Manusia Kelabu

ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Anak manusia kelabu menganggap kebenaran adalah duri tajam. Di mana kepalsuan akan mati ditusuknya. Kepalsuan itu: adalah banyaknya kiriman uang, rasa bangga dari orang tua, hingga kepercayaan, bahkan. Semua kan tertusuk dan hilang seketika.
ADVERTISEMENT
“Dunia pun mendukung kebencian, difasilitasinya tempat-tempat hiburan untuk menghamburkan." Itu hanyalah contoh satu dari banyaknya contoh lain yang tak berkesudahan, hingga perempuan menjadi korban.
“Mengapa dunia mendukung anak manusia kelabu, dan mendekam anak manusia lain yang berwarna?”
Malang, 26 September 2022

Merata?

Maksud hati memberi adil pada semua. Sesuatu dibuat merata. Tetapi, apakah bisa? Tentu saja, bila semua berangkat dari cinta. Namun, niscaya tak kan bisa jika terselebung maksud kuasa.
Malang, 26 September 2022

Serat-Serat Nihilis

Berani asa. Berani rugi. Berani sendiri. Berani jauh dan sepi. Berani pada wujud asli. Keberanian kepada resiko apapun, sekalipun mati adalah kunci aktualisasi!
Malang, 26 September 2022

Adat yang Mengikat

Tak dirasa bertahun-tahun tubuh ini saling berteman. Pada tangan kepalaku menyapa. “Apakah enak pekerjaanmu? Tidak, tentunya. Lebih enak kamu yang hanya berpikir.”
ADVERTISEMENT
Pikiranku meledak-meledak menghamburkan ide-ide tersembunyi yang tak pernah beroperasi selama ini karena nilai-nilai. Tapi, tak tahu, atau tak mau lepas dari yang mengikatnya.
Malang, 26 September 2022

Busur Kenyataan

Rasakan tembakan mematikan dari tarikan busur kenyataan. Seram, mematikan, dan tak berkesudahan. Ngeri.
Belok ke kiri kena, ke kanan kena. Tak terlihat garis finisnya di mana? Ah! Putus sudah badanku ini. Kepalaku di mana, badanku di mana, kakiku di mana? Ah! sudah, aku tak tahu bagian-bagian itu di mana.
Malang, 26 September 2022