Memaknai Antrean Panjang Pengisian BBM di SPBU Pertamina

Muhammad Farhan Azizi
Alumni Program Studi Pendidikan Bahasa Arab Universitas Muhammadiyah Malang dan Penulis Lepas Media Massa
Konten dari Pengguna
8 Desember 2022 11:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Farhan Azizi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Antrean SPBU Pertamina UMM/Muhammad Farhan Azizi
zoom-in-whitePerbesar
Antrean SPBU Pertamina UMM/Muhammad Farhan Azizi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pasar retail BBM (Bahan Bakar Minyak) terbesar di bawah naungan BUMN, yakni Pertamina sudah pasti menjadi pilihan utama masyarakat Indonesia untuk mengisi BBM kendaraan. Pasalnya di SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) Pertamina masyarakat membayar pengisian BBM yang sesuai dengan harga asli, sesuai keputusan Presiden Republik Indonesia.
ADVERTISEMENT
Tapi, masalah pelik sering terjadi di SPBU Pertamina. Salah satunya, riuh antrean menyerupai ekor ular naga yang terkadang tidak diketahui ujungnya. Berpuluh-puluh menit, bahkan berjam-jam musti kita lewati untuk mendapatkan BBM sebagai bekal kendaraan menyusuri lika-liku kehidupan, minimal mulai pagi hingga petang.
Sebagai bagian dari masyarakat yang menginginkan sesuatu serba cepat dan mengerjakan sesuatu demikian lambat. Masyarakat Indonesia mungkin akan melihat masalah antrean pengisian BBM di SPBU pertamina sebagai masalah serius.

Menghindari Antrean Pengisian BBM di SPBU

Di kos (tempat tinggal) antrean yang mengular itu kerap kali dibicarakan oleh kawan-kawan saya. Secara tidak langsung mereka menyusun strategi pengisian BBM di SPBU agar sebisa mungkin terhindar dari masalah antrean:
“Kalau kalian mau beli bensin (BBM maksudnya), tengah malam aja supaya nggak antre” celetuk satu kawan yang berhasil mengatasi masalah antrean setelah melaksanakan strategi mengisi BBM dini hari.
ADVERTISEMENT
Walhasil, di meja warkop itu saya dan kawan-kawan berkonsensus bahwa, malam adalah strategi menghindari masalah antre pengisian BBM.
Beberapa kali penerapan strategi ini berhasil. Tapi, lambat laun, strategi membeli di tengah malam tidak tajam lagi untuk mengupas masalah antre pengisian BBM di SPBU Pertamina.
Mungkin disebabkan antrean di pagi hari yang membeludak, sehingga para pegawai yang takut terlambat lantaran mengisi BBM juga menerapkan strategi yang sama dengan yang kawan-kawan dan saya pikirkan.
“Hei! Belakangan ini, ngisi bensin tengah malam sama aja, antreannya panjang banget.” Ujar satu kawan lain yang mulai merasa strategi pengisian BBM tengah malam tidak relevan lagi.
“Aku kemaren ngisi bensin subuh-subuh antreannya nggak terlalu panjang dibanding siang, sore, dan malam.” Kata kawan satunya lagi yang sudah mencoba berbagai strategi mulai dari mengisi di tengah malam, siang, sore, dan pagi. Beberapa kali strategi ini diterapkan dan berhasil.
ADVERTISEMENT
Tapi, lambat laun, seiring bumi berputar sesuai porosnya, strategi ke dua kami tidak relevan lagi. Lalu, kami menyusun strategi lagi. Beberapa kali berhasil, kemudian gagal. Setelahnya berhasil, namun gagal lagi, dan begitu seterusnya.

Surat untuk Petugas SPBU Pertamina

Pada akhirnya, ada satu berita dari media yang jatuh di meja kami pada hari Kamis (11/08): “Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan menduga, fenomena Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi jenis Pertalite kosong di sejumlah SPBU wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya pada beberapa waktu terakhir disebabkan oleh migrasi pengguna Pertamax dan BBM non subsidi lainnya. Hal ini disebabkan oleh disparitas harga yang cukup tinggi antara Pertalite dengan BBM non subsidi.” (Merdeka.com, 11/08)
Oke, penyataan Pak Dir Setiawan memang logis: akibat disparitas harga masyarakat Indonesia pengguna Pertamax atau BBM non subsidi lainnya berbondong-bondong migrasi menjadi pengguna Pertalite. Karena itu, antrean panjang terjadi demi mendapat BBM jenis Pertalite yang harganya lebih ramah dengan kantong masyarakat.
ADVERTISEMENT
Sekalipun demikian, di beberapa SPBU, misalnya (sebagai contoh) SPBU UMM (Universitas Muhammadiyah Malang), mahasiswa UMM, karyawan, dosen, dan semua masyarakat UMM, dan sekitarnya tentu sering melihat pemandangan yang sangat harmonis. Karyawan SPBU, khususnya yang bertugas mengisi atau yang secara langsung melayani pengisian BBM ke dalam tangki bensin kendaraan para pelanggannya tampaknya terlalu kolektif dalam bekerja.
Terlihat satu karyawan bertugas melayani pengisian BBM pelanggan, dan satunya lagi menyiapkan uang kembalian. Bahkan, tak jarang ada tiga petugas sekaligus di satu tempat pengisian, satu petugas melayani pengisian, satunya menyiapkan kembalian, dan satunya lagi berdiri (kadang-kadang duduk) di sebelah tempat pengisian.
Sementara dalam satu SPBU dengan kriteria yang relatif luas (mungkin) terdapat 6 buah tempat pengisian. Masing-masing sisi tempat pengisian itu diisi 2 selang yang dialirkan dari penyimpanan BBM di bawah tanah yang bisa digunakan untuk mengisi BBM pelanggan.
ADVERTISEMENT
Artinya pelanggan dapat memilih, atau menentukan 12 unit pilihan tempat mengisi BBM sesuai kebutuhannya, jenis BBM, panjang antrean, dan lain-lain. Tetapi, kenyataannya 12 unit itu acap kali menjadi hiasan yang sangat jarang digunakan. Karena, yang sering terjadi, hanya satu atau dua yang dioperasikan dengan baik.
Di sebelah tempat atau unit pengisian itu, sering dipalang oleh pagar khas pertamina tanpa keterangan, habis, misalnya. Intinya dipalang seperti gambar berikut:
SPBU Pertamina UMM hanya membuka dua tempat pengisian/Muhammad Farhan Azizi
Petugas seakan riang menyaksikan parade antrean pengisian BBM yang riuh dan sering terjadi ini. Entah maksud dan tujuannya apa, namun pikiran buruk saya adalah, bahwa petuga tidak menghendaki para pelanggan datang ke situ, sehingga terpaksa harus melayani.
Inilah sumber masalah pelik bagi masyarakat yang menginginkan sesuatu serba cepat di negara +62. Ini menjadi tanda tanya bagi saya yang awam tentang per-SPBU-an atau per-pertamina-an.
ADVERTISEMENT
Dari sini surat yang ingin disampaikan kepada para petugas pengisian BBM di SPBU adalah: andaikan petugas SPBU yang jumlahnya tidak satu itu bisa mengisi kekosongan tempat pengisian BBM yang dipalang itu, maka selesailah masalah antrean ini.