Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Negeri Sulap
12 Agustus 2022 15:51 WIB
Tulisan dari Muhammad Farhan Azizi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Yang Mengaku Salah
ADVERTISEMENT
Mencangkul tanah demi menghemat beban, di akhir bulan lalu, penyesalannya tak bisa ditiupkan udara agar terbang tidak kelihatan mata. Orang-orang biasa telah mengutuknya menjadi batu yang bisu.
ADVERTISEMENT
Kita menengok ranting pohon tanpa cabang. Lalu, di mana cabangnya? Tak disangka, akar dan ranting berpisah tanpa mengucapkan sayonara, sampai jumpa, dan berujung penjara.
Apa yang benar sebenarnya? Orang-orang biasa ditimpa tanya. "Hei! tak usah tanya, karena jawab sudah pergi mengudara, dia dibandrol harga, yang tak mungkin kalian membelinya." Begitu, kata kita—yang mengaku salah.
(Malang, 12 Agustus 2022)
Negeri Sulap
Tongkat kayu ditanam jadi masa lalu, tanah disiram jadi penyemangatmu. Kamu pernah berlari mengejar waktu. Padahal, dia tidak pernah jauh. Dia mengitarimu dan membisikkan, "sepele!"
Kambing adalah hewan yang menuntut kembang pergi dari rumah Sang Dukun. Tapi, kamu malah mengorbankan kambing, dan terus memperjuangkan kembang.
Negerimu itu berkembang. Kamu tak perlu mengembangkannya dengan kembang demi mengorbankan kambing.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, kembang pun layu dan mati karena tak lagi ditemani kumbang—yang takut karena akan menjadi korban.
Ah sudahlah!.. negerimu itu negeri sulap, batu yang tak sengaja jatuh dari kaca saja bisa tumbuh besar, berbuah dan berkembang meski terkena kotoran kambing.
(Malang, 12 Agustus 2022)