Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Pelajaran Kecil dan Peristiwa Besar
21 Agustus 2022 19:02 WIB
Tulisan dari Muhammad Farhan Azizi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dengan divonisnya Irjen Ferdy Sambo sebagai tersangka oleh Kabareskrim (Kepala Badan Reserse Kriminal) Komjen Agus Andrianto pada Sabtu (20/8) lalu, banyak pihak yang kagetnya luar biasa. Reaksi itu muncul karena seorang komandan yang diberi kemampuan, kepercayaan, serta hak untuk membuat keputusan dalam mengemban amanat yang besar masih juga terjerumus kemunafikan.
ADVERTISEMENT
Lalu, pasti banyak dari kita yang bertanya-tanya:
Rentetan pertanyaan itu tidak bisa mendapat jawaban begitu saja. Pikiran yang sehat, jernih, serta tidak dibuntuti birahi emosi belaka harus digunakan untuk menjawab pernyataan-pernyataan tersebut. Nafsu belaka niscaya hanya akan mencelakakan kita kepada jurang kemunifikan yang sama pula. Setan tak kenal harta, kasta, apalagi jabatan, semua makhluk bisa digoda.
Oleh karena itu, secara pidana, barang tentu tersangka FS telah melanggar UU yang berkenaan dengan pembunuhan, bahkan pembantaian. Setelah sekian lama, motif-motif demi motif semakin terungkap namun tak kunjung menemukan titik terang. Hal ini menjadikan kasus pembunuhan berencana yang direkayasa oleh tersangka FS dan kawan-kawan ini semakin menjadi pembicaraan publik.
ADVERTISEMENT
Banyak sekali argumen yang bekeliaran. Tak terhingga jumlanya, sebuah tanya atas apa di balik perkara ini? Yang ada, dugaan semakin meluas, kasus-kasus lain kian membuntuti. Judi online, dan dugaan kepolisian yang faktanya ditemukan sebagai petugas yang hanya suka menghaiskan waktunya untuk mengkonsumsi minuman keras. Hingaa, dugaan Ferdi 'otw' Kapolri, dan terus semakin menjadi-jadi. Ngeri!
Sebagai seorang mahasiswa yang tidak berkecimpung di dalam disiplin ilmu hukum, tentu saja tidak begitu mengetahui secara pasti, bagaimana kepastian dan keadilan hukum yang proporsional terhadap perkara ini. Namun sebagai manusia normal yang memiliki hati nurani, saya ingin berkata:
ADVERTISEMENT
Tersangaka FS jelas-jelas merangkai pembunuhan dan pembantaian, namun perlu diketahui bersama ia pun juga manusia yang tidak luput dari kesalahan sebagaimana manusia pada umumnya, dan termasuk kita semua. Namun, apakah kita masih saja ingin terjerat dalam kesesatan “lubang setan” dengan kejadian yang sama. Tentu semua dari kita akan menjawab tidak.
Kendati demikian, telah jelas bahwa analisis perkara pembunuhan tersebut ialah karena keinginan seseorang dengan dunia yang terlalu berlebihan. Bukannya membela kebenaran namun berusaha meningkatkan kekayaan dan jabatan. Adapun harta dan tahta seperti yang kita ketahui bersama, takkan pernah ada akhirnya.
Kata-kata di atas, entah dari siapa, saya lupa. Yang jelas, saya meyakini hal itu. Itu bukan hanya kata-kata mutiara, namun menjadi perkara yang nyata.
ADVERTISEMENT
Intisari dari Atomic Habits karya James Clear (2022) dapat kita jadikan sebagai renungan bersama untuk melihat peristiwa ini. Clear di dalam bukunya bilang, kebiasaan apapun entah baik atau buruk adalah terbentuk dari perilaku yang kita lakukan sehari-hari. Maka sangat mungkin, peristiwa keji ini dapat terjadi disebabkan kebiasaan buruk yang mungkin saja terlalu dibiasakan atau terlalu sering dilakukan oleh para tersangka di kehidupan sehari-hari.
Akan tetapi sekali lagi, saya bukan seorang yang bijak dalam segala hal, bahkan kerap pula melakukan kebiasaan buruk yang mungkin sulit sekali dalam melawan hal tersebut, namun melihat realita kejadian pembunuhan tersebut, saya ingin membagikan pandangan dan juga renungan diri sebagai bentuk pelajaran bersama dari peristiwa yang terjadi ini.
ADVERTISEMENT
Ingatlah, apabila dendam atau amarah adalah hal yang memicu terjadinya keburukan, bijaknya kita menjauhkan hal tersebut dalam keseharian kita. Tentu upaya tersebut tidak akan menghasilkan perubahan secara langsung, namun itu akan membentuk kebiasaan-kebiasaan sebagai manusia yang tidak akan goyah menghadapi godaan-godaan keburukan.
Hemat penulis lakukanlah sekecil apapun bentuk kebaikan dalam hidupmu, karena itu akan membentuk hal besar suatu saat nanti.
Penulis
Muhammad Hanif Abdillah
(Mahasiswa Magister Pendidikan Agama Islam Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang)
Live Update