Pemberian Bansos untuk Korban Judi Online: Solusi atau Kontroversi?

Farhan gavin alfaridzi
mahasiswa uin Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
22 Juni 2024 9:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Farhan gavin alfaridzi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi bansos, sumber: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bansos, sumber: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Wacana pemberian bantuan sosial (bansos) kepada korban judi online baru-baru ini mencuat dan menuai pro dan kontra. Di satu sisi, ada yang berpandangan bahwa bansos dapat membantu meringankan beban para korban yang terjerat dalam jeratan utang dan kehilangan harta benda akibat judi online. Di sisi lain, banyak yang mempertanyakan efektivitas dan moralitas di balik langkah tersebut.
ADVERTISEMENT
Pendukung bansos berargumen bahwa para korban judi online sering kali berasal dari kalangan rentan yang mudah tergoda iming-iming keuntungan instan. Kecanduan judi online dapat menjerumuskan mereka ke dalam lingkaran utang yang tak berkesudahan, bahkan berujung pada hilangnya pekerjaan, rumah, dan harta benda. Bansos, menurut mereka, dapat membantu mereka memenuhi kebutuhan dasar dan memulai kembali kehidupan.
Lebih lanjut, mereka berpendapat bahwa judi online telah menjadi penyakit sosial yang perlu ditangani secara komprehensif. Pemberian bansos bukan hanya membantu korban, tetapi juga dapat menjadi langkah awal untuk menjangkau mereka dan menawarkan rehabilitasi serta edukasi tentang bahaya judi online.
Namun, penentang bansos melihatnya sebagai solusi yang kontraproduktif. Mereka khawatir bahwa bansos justru akan memperkuat perilaku judi online, karena memberikan insentif bagi para penjudi untuk terus bermain dengan harapan mendapatkan bantuan keuangan. Dikhawatirkan pula bahwa bansos akan mengalihkan fokus dan sumber daya dari program-program yang lebih efektif untuk memerangi judi online, seperti penegakan hukum dan edukasi publik.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, mereka mempertanyakan moralitas di balik pemberian bansos kepada para penjudi, yang dianggap telah melakukan tindakan ilegal dan merugikan diri sendiri. Menurut mereka, fokus utama haruslah pada pencegahan dan rehabilitasi, bukan pada pemberian bantuan finansial yang berpotensi memperpanjang perilaku aditif.
Pemerintah sendiri masih menimbang wacana ini dengan seksama. Presiden Joko Widodo telah menegaskan bahwa tidak ada bansos khusus untuk korban judi online. Namun, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy masih membuka kemungkinan untuk memberikan bantuan kepada korban judi online yang memenuhi kriteria tertentu, seperti miskin dan rentan.
Perdebatan ini menunjukkan kompleksitas permasalahan judi online dan dampaknya bagi masyarakat. Diperlukan solusi yang komprehensif dan multi-faceted untuk mengatasi masalah ini, dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi, dan moral. Bansos mungkin bukan solusi tunggal, namun dapat menjadi bagian dari strategi yang lebih luas untuk membantu korban judi online dan mencegah penyebarannya di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Penting untuk diingat bahwa judi online bukan hanya tentang uang, tetapi juga tentang perilaku aditif dan dampak destruktifnya pada kehidupan individu dan keluarga. Upaya pencegahan dan edukasi harus menjadi prioritas utama untuk membangun kesadaran masyarakat tentang bahaya judi online dan mendorong mereka mencari alternatif hiburan dan kegiatan yang positif.