Dampak Pernikahan Dini terhadap Stabilitas Rumah Tangga di Indonesia

sumber : https://canva.com

Pernikahan dini telah menjadi isu yang sering ditemukan di banyak negara, termasuk Indonesia. Faktor yang melatarbelakangi terjadinya pernikahan dini adalah faktor sosial, ekonomi, budaya, dan religius. Meskipun terkadang dianggap solusi untuk masalah tertentu, pernikahan dini sering kali membawa dampak serius pada stabilitas rumah tangga dan bahkan memicu kasus. Salah satu dampak yang paling sering dibahas adalah tingginya risiko perceraian dan ketidakstabilan rumah tangga.

Pengertian Pernikahan Dini

Berdasarkan Pasal 7 ayat (1) UU No.16 Tahun 2019 tertulis bahwa batas minimal usia seseorang boleh menikah adalah di usia 19 tahun. Dapat disimpulkan bahwa pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan sebelum calon mempelai laki-laki dan perempuan mencapai usia 19 tahun.

Faktor Penyebab Pernikahan Dini

1. Norma Sosial

Terdapat beberapa wilayah menekankan tentang kebiasaan di daerahnya yang menormalisasikan anak-anak untuk melakukan pernikahan dini.

2. Tekanan Sosial

Terdapat keyakinan bahwa pernikahan dini dapat menghindarkan anak-anak dari perbuatan tercela seperti kehamilan diluar nikah.

3. Kemiskinan

Terdapat sebagian keluarga yang memandang bahwa pernikahan dini merupakan salah satu jalan keluar untuk mengurangi beban finansial mereka.

4. Pendidikan yang Rendah

Kurangnya edukasi dan Pendidikan membuat anak-anak rentan terhadap fenomena pernikahan dini.

Dampak Pernikahan Dini Pada Stabilitas Rumah Tangga

1. Konflik yang Disebabkan Kurangnya Kematangan Emosional

Pasangan muda yang melakukan pernikahan dini biasanya belum cukup matang memiliki emosi yang belum stabil dalam menghadapi tantangan dalam pernikahan. Konflik kecil dapat dengan cepat membesar karena keterbatasan kemampuan komunikasi dan mengolah emosi.

Usia muda juga membawa keterbatasan dalam pengetahuan dan pengalaman. Tidak jarang, ketidaktahuan ini berujung pada konflik dan ketidakmampuan menyelesaikan masalah dalam kehidupan rumah tangga.

2. Konflik yang Disebabkan Ketidakstabilan Ekonomi

Pernikahan dini sering dihadapi oleh pasangan yang belum siap secara finansial, mereka mungkin belum menyelesaikan pendidikan atau memiliki pekerjaan yang layak. Situasi ini dapat menyebabkan tekanan ekonomi pada pasangan muda yang dapat memicu konflik berkepanjangan.

Dapat dikonklusikan dari dampak-dampak yang diuraikan diatas bahwa pasangan yang menikah muda memiliki risiko untuk bercerai lebih tinggi. Beberapa penyebabnya meliputi ketidaksiapan menghadapi realitas kehidupan pernikahan, ketidakseimbangan emosional, hingga tekanan ekonomi dan sosial. Banyak pasangan yang menikah dini akhirnya bercerai dalam beberapa tahun pertama pernikahan mereka, hal ini menunjukkan bahwa ketidaksiapan sering kali membawa dampak yang serius. Berdasarkan data yang didapat pada salah satu Pengadilan Agama Cianjur pada tahun 2021 menunjukkan bahwa pernikahan dini menjadi penyumbang terbesar angka perceraian di wilayah tersebut. Menurut laporan, pernikahan dini yang dipaksakan oleh keluarga sering kali berakhir dengan perceraian dalam waktu 2-3 tahun.

Terdapat dampak jangka panjang pernikahan dini pada stabilitas rumah tangga. Pernikahan dini tidak hanya melibatkan kedua pasangan, tetapi juga anak-anak yang mungkin terlibat. Anak-anak tersebut dapat mengalami kesulitan emosional dan sosial akibat kurangnya perhatian dari orang tua yang belum siap menghadapi kehidupan pernikahan.

Solusi dalam Menangani Fenomena Pernikahan Dini

Untuk mengurangi angka pernikahan dini dan dampaknya, beberapa langkah yang bisa dilakukan adalah perlunya peningkatan akses pendidikan yang lebih baik kepada anak-anak, mengedukasikan tentang dampak negatif dari pernikahan dini.