Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Fungsi Drama di Era Modernitas
28 November 2022 22:42 WIB
Tulisan dari farhat faqih tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Drama mengalami perkembangan yang begitu pesat pada era modern seperti saat ini, tidak hanya di dalam jenisnya saja, tetapi di dalam subtansi naskahnya pun demikian. Jika di era Yunani kuno drama dijadikan alat berdoa untuk dewa-dewa mereka, maka saat ini, drama dijadikan alat hiburan dan ekspresi untuk kritik sosial terhadap otoritas yang memegang kekuasaan. Menurut Tato Nuryanto dalam buku Apresiasi Drama (2017) mengungkapkan bahwa drama merupakan sebuah seni yang mengekspresikan kehidupan masyarakat, mulai dari peristiwa yang dialami sehari-hari hingga sampai percintaan.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia sendiri, naskah-naskah drama mengalami pergeseran yang sangat kontras, misalnya saja pada era pos-kolonial. Naskah-naskah drama yang lahir dan dipentaskan memiliki tendensi yang kental akan konteks perlawanan terhadap kekuasaan yang otoriter. Terutama di era orde baru, gejolak politik yang panas mengakibatkan para penulis naskah menjadi gelisah tentang situasi yang diasakannya, contohnya pada naskah Mastodon dan Burung Kondor karya W.S Rendra atau pada naskah terjemahan yang berjudul Les Justice karya Albert Camus.
Adanya intervensi dari beberapa sektor eksternal berdampak pada pergeseran drama dari sudut pandang yang berbeda. Saat ini drama tidak lagi hanya dianggap sebagai tontonan semata, tetapi lebih jauh dari itu bahwa di dalam drama pasti mengandung pesan yang tersirat. Pemaknaan drama menjadi berifat subjektif dan lebih universal. Mengutip buku Pemberdayaan Literasi Seni di SD (2020) yang dikarang oleh Mansurdin mengungkapkan bahwa drama memiliki empat fungsi, yaitu sebagai alat ekspresi, sebagai alat upacara, sebagai hiburan, dan sebagai media pendidikan.
ADVERTISEMENT
Drama telah merubah bentuknya sendiri menjadi alat untuk menuangkan suatu peristiwa atau masalah yang ada di sekitar kehidupan manusia. Dengan drama manusia diyakini akan sadar tanggung jawab yang mereka pikul di dunia ini. Tidak hanya tanggung jawab yang bersifat individual, tetapi juga yang bersifat sosial.
Pergesaran drama ini berdampak pula pada penyajian pementasan, jika di era Yunani kuno pementasan drama seakan-akan menjadi ajang spritualitas yang di mana pemeran haruslah orang-orang yang suci atau bersih, maka di era saat ini pemeran drama bisa siapa saja, asalkan pemeran itu bisa menjiwai tokoh yang diperankannya. Maka dengan kata lain pemilihan peran pada saat ini lebih bersifat universal. Dan dari pemahaman itulah maka drama di era saat ini sangat mudah untuk ditemui keberadannya.
ADVERTISEMENT
Meskipun drama tidak lagi dianggap sebagai suatu pementasan yang bersifat spiritualitas atau suci, tetapi fungsinya masih sangat penting untuk media hiburan atau untuk menyampaikan suatu peristiwa yang dapat ditemui di dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Drama menjadi menarik karena di dalamnya penonton disuguhkan dengan beberapa bentuk estetika dan nilai yang menjadi prioritas utama di dalam pementasan drama saat ini. Ditambah dengan berkembangnya media menjadikan drama tidak luput dari tontonan yang dapat ditemui di mana saja dan kapan saja. Jadi dengan kata lain pementasan drama tidak akan pernah lekang oleh waktu.
Pada akhirnya drama akan terus menyesuaikan dirinya dengan berbagai peradaban baru, sehingga drama akan selalu eksis berdasarkan fungsi dan bentuknya, dan akan terus menjadi alat atau media untuk manusia berekspresi dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam drama tersebut.
ADVERTISEMENT