Konten dari Pengguna

Mengurai Problematika Pengelolaan Pondok Pesantren dan Solusi di Era Globalisasi

Farida salma
Mahasiswi Aktif Program Studi Agama Islam di Sekolah Ilmu Tarbiyah Madani Yogyakarta
23 Oktober 2024 14:21 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Farida salma tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto ini merupakan dokumentasi pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Foto ini merupakan dokumentasi pribadi
ADVERTISEMENT
Pondok pesantren merupakan salah satu institusi pendidikan Islam tertua di Indonesia yang berperan penting dalam membentuk karakter, moral, dan spiritual generasi muda. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, pengelolaan pondok pesantren dihadapkan pada berbagai problematika yang semakin kompleks. Tantangan-tantangan ini tidak hanya datang dari dalam, tetapi juga dari luar, terutama terkait dengan tuntutan modernisasi dan globalisasi. Artikel ini akan membahas problematika yang dihadapi oleh pondok pesantren, baik salaf (tradisional) maupun modern, serta solusi untuk menghadapi problematika tersebut.
ADVERTISEMENT
A. Problematika Pengelolaan Pondok Pesantren
Secara etimologis, problem atau problematika berasal dari kata bahasa Inggris “problematik”, yang berarti persoalan atau masalah yang belum terselesaikan. Adapun yang dimaksud dengan problematika pengelolaan pondok pesantren, problematika merujuk pada kendala atau tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan pesantren dan dapat menghambat upaya pencapaian tujuan pendidikan pesantren secara optimal. Pesantren harus mampu menjembatani kesenjangan antara kenyataan dan harapan di tengah-tengah tuntutan zaman yang semakin modern.
1. Problematika Pondok Pesantren Salaf (Tradisional)
Pondok pesantren salaf, yang fokus pada pengajaran ilmu agama secara tradisional, menghadapi sejumlah masalah yang menghambat perkembangannya di tengah perubahan zaman.
a. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM)
Salah satu masalah utama yang dihadapi oleh pondok pesantren salaf adalah keterbatasan sumber daya manusia. Lokasi pesantren yang umumnya berada di pedesaan membuat masyarakat di sekitarnya kurang memiliki akses informasi dan pendidikan formal yang memadai. Hal ini memengaruhi kualitas pendidikan dan pengajaran yang diterima oleh para santri.
ADVERTISEMENT
b. Keterbatasan Kurikulum
Kurikulum di pondok pesantren salaf cenderung hanya berfokus pada ilmu agama dengan pendekatan tradisional, tanpa mengintegrasikan pendidikan umum. Akibatnya, para santri kesulitan bersaing di dunia modern yang menuntut keterampilan dan pengetahuan yang lebih luas.
c. Keterbatasan Dana
Pondok pesantren salaf biasanya hanya mengandalkan dana dari masyarakat sekitar dan kekayaaan pribadi kiai. Tidak adanya sumber pendanaan tetap membuat pesantren kesulitan dalam menyediakan fasilitas dan layanan pendidikan yang memadai.
d. Keterbatasan Fasilitas dan Teknologi
Karena keterbatasan dana, fasilitas di pesantren salaf sering kali sangat sederhana. Sarana dan prasarana seperti gedung sekolah, perpustakaan, dan alat-alat pembelajaran sering kali kurang memadai. Selain itu, penggunaan teknologi seperti komputer dan internet masih sangat minim, sehingga pesantren tertinggal dalam hal inovasi pembelajaran berbasis digital.
ADVERTISEMENT
e. Tradisi Kiaisentris
Kiai sentris, di mana kiai menjadi tokoh utama yang menentukan segala kebijakan pesantren, menjadi hambatan tersendiri. Ketergantungan yang besar pada kiai menyebabkan manajemen pesantren kurang profesional. Karena bersifat kiaisentris,, maka pengelolaan pondok pesantren menjadi kurang optimal. Selain itu, jika kiai tidak akomodatif terhadap perubahan zaman, maka pesantren akan sulit beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Problematika Pondok Pesantren Modern
Pondok pesantren modern juga menghadapi beberapa problematika, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Manajemen dan Administrasi yang Kurang Efisien
Meskipun disebut modern, banyak pesantren masih menggunakan manajemen tradisional yang kurang efisien untuk skala besar. Kurangnya penerapan manajemen berbasis teknologi menghambat pengelolaan pesantren, baik dalam hal keuangan, data, maupun sumber daya manusia.
ADVERTISEMENT
b. Dualisme Kurikulum
Salah satu tantangan terbesar pesantren modern adalah menyelaraskan pendidikan agama dan umum secara seimbang. Beberapa pesantren sering kali mengalami kesulitan dalam memberikan perhatian yang sama pada kedua aspek tersebut, yang mengakibatkan ketidakseimbangan dalam kualitas pendidikan.
c. Adaptasi Terhadap Teknologi
Di era digital, penggunaan teknologi menjadi hal yang sangat penting. Sayangnya, banyak pesantren modern yang masih tertinggal dalam hal adaptasi teknologi, baik dalam proses belajar-mengajar maupun dalam manajemen. Hal ini menyebabkan pesantren kurang efektif dalam menghadapi tantangan era globalisasi.
B. Solusi atas Problematika Pengelolaan Pondok Pesantren
Untuk mengatasi problematika yang dihadapi oleh pondok pesantren, baik salaf maupun modern, diperlukan beberapa langkah strategis yang melibatkan peningkatan kualitas SDM, pengembangan kurikulum, pemanfaatan teknologi, dan perbaikan manajemen. Penjelasannya adalah sebagai berikut :
ADVERTISEMENT
1. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia
Peningkatan kualitas SDM di pesantren dapat dilakukan melalui pelatihan bagi para ustadz dan staf administrasi, sehingga mereka dapat lebih profesional dalam menjalankan tugasnya. Pesantren perlu melibatkan tenaga pendidik yang memiliki kompetensi dalam bidang ilmu agama dan pengetahuan umum, serta adaptif terhadap perkembangan zaman.
2. Reformasi Kurikulum
Pesantren perlu melakukan pembaruan kurikulum yang tidak hanya berfokus pada ilmu agama, tetapi juga mencakup pendidikan umum yang relevan dengan kebutuhan dunia modern. Kurikulum harus mampu memberikan keseimbangan antara pendidikan agama, ilmu pengetahuan, dan keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja.
3. Pengelolaan Dana yang Lebih Efektif
Untuk mengatasi keterbatasan dana, pesantren dapat mengembangkan unit usaha mandiri yang dapat memberikan pemasukan tambahan. Selain itu, pesantren juga bisa bekerja sama dengan pemerintah atau lembaga swasta dalam hal pendanaan, terutama untuk pengadaan sarana dan prasarana pendidikan.
ADVERTISEMENT
4. Pemanfaatan Teknologi
Pesantren harus lebih terbuka terhadap penggunaan teknologi dalam proses belajar-mengajar dan manajemen. Penggunaan komputer, internet, dan perangkat digital lainnya dapat meningkatkan efektivitas pengelolaan dan kualitas pembelajaran. Selain itu, integrasi teknologi ke dalam kurikulum dapat membantu para santri lebih siap menghadapi tantangan di era digital.
5. Perbaikan Manajemen dan Administrasi
Penerapan manajemen modern yang berbasis teknologi akan sangat membantu pesantren dalam mengelola sumber daya, data, dan keuangan secara lebih efisien. Pesantren perlu mengadopsi sistem manajemen yang profesional, yang tidak hanya bergantung pada satu orang (kiai), tetapi melibatkan tim yang kompeten.
Kesimpulan
Problematika yang dihadapi oleh pondok pesantren, baik tradisional maupun modern, merupakan tantangan yang perlu diatasi agar pesantren tetap relevan di era globalisasi. Melalui peningkatan kualitas SDM, reformasi kurikulum, pengelolaan dana yang efektif, pemanfaatan teknologi, dan perbaikan manajemen, pesantren dapat menjadi lembaga pendidikan yang tidak hanya unggul dalam bidang agama, tetapi juga mampu melahirkan generasi yang siap menghadapi perubahan zaman.Pesantren yang sukses adalah pesantren yang mampu menyeimbangkan antara pendidikan agama dan pendidikan umum, serta adaptif terhadap perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, pesantren akan tetap menjadi pilar penting dalam sistem pendidikan Indonesia di masa depan.
ADVERTISEMENT
Referensi
Iing. (2021). Problem dan tantangan lembaga pendidikan pondok pesantren salaf dan modern.
Bestari, 18(2), 165–180. https://doi.org/10.36667/bestari.v18i2.946
Ja’far, -. (2018). Problematika Pendidikan Pondok Pesantren Di Era Globalisasi. Journal
EVALUASI, 2(1), 350. https://doi.org/10.32478/evaluasi.v2i1.83
Lisdaleni. (2022). Problematika Pendidikan Islam di Pesantren dan Madrasah di Era Globalisasi. PUSTAKA: Jurnal Bahasa Dan Pendidikan, 2(4), 200.