Gerakan Kebaikan Kolektif di Tengah Pandemi COVID-19

Farida Nur Setiawan
Mahasiswi LSPR Communication and Business Institute Jakarta
Konten dari Pengguna
4 November 2020 11:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Farida Nur Setiawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ilustrasi Foto: iStock | food.detik.com
Wabah virus Covid-19 memukul keras berbagai sektor dan membuat banyak orang terperangkap dalam kemelut finansial. Hingga artikel ini ditulis sudah ratusan ribu orang di Indonesia yang telah terjangkit wabah virus ini. Pandemi ini telah menghentikan banyak aktivitas sosial dan bisnis. Bukan hanya usaha besar yang terkena dampaknya, tetapi masyarakat di kelas pekerja juga harus menanggung banyak kerugian finansial akibat kegiatan ekonomi yang sempat terhenti. Selain sektor bisnis food and beverages, sektor bisnis transportasi adalah salah satu yang dilanda rugi besar-besaran. Moda transportasi online yang sudah menjadi bagian dari keseharian masyarakat secara otomatis berhenti beroperasi karena penurunan permintaan pasar atas layanan mereka. Menurut Ade Pebriani, salah satu mitra dari ojek online, tip yang diberikan oleh pelanggan adalah hal yang membantunya selama masa pandemic. “Misalkan ada yang beli makanan, terkadang duitnya dilebihkan, atau pun kembaliannya tidak dibalikan,” jelasnya saat diwawancarai.
ADVERTISEMENT
Kebaikan Kolektif
Banyak unggahan di media sosial yang menjadi pendorong bagi masyarakat untuk membantu sesama. Beberapa menyumbang uang lewat komunitas sosial untuk mendukung tenaga medis yang berada di garda terdepan, dan beberapa lainnya membagikan nasi bungkus untuk kaum marjinal yang semakin tercekik keadaannya di tengah pandemi. Kebaikan kolektif seperti inilah yang secara tidak langsung memberikan sentuhan semangat bagi orang yang menyaksikannya. Kebaikan kolektif secara mudah dapat dijelaskan sebagai wujud sesederhana kebaikan individual maupun sosial yang dilakukan secara bersama-sama. Mulai dari entitas terkecil (keluarga) sampai dengan entitas terbesar (masyarakat global).
Dalam entitas kecil misalnya, bagaimana sebuah keluarga gotong royong memasak makanan untuk dibagikan kepada yang membutuhkan secara rutin selama pandemi berlangsung. Kemudian dalam entitas yang lebih luas, memaksimalkan kemampuan yang kita miliki demi kemaslahatan bersama adalah salah satu upaya yang bisa kita lakukan untuk menunjang kebaikan kolektif. Dengan mematuhi anjuran pemerintah untuk tetap dirumah saja, mengurangi aktivitas di luar rumah, saling mengingatkan menggunakan alat pelindung diri seperti masker, hand sanitizer, dan selalu mencuci tangan dengan air bersih. “Penting banget untuk pakai masker. Karena banyak yang ga keliatan gejalanya, kayak saya nih sehat-sehat aja (sebelum rapid test),” jelas Fathur yang sempat melewati masa karantina di Wisma Atlit. Dirinya juga menambahkan bahwa kesadaran diri berperan penting untuk memberhentikan penyebaran Covid-19. Banyak yang belum menyadari seberapa berbahayanya tidak mematuhi protocol kesehatan. Sikap peduli terhadap diri sendiri akan memberikan kebaikan bagi diri sendiri dan orang di sekitar. Terlebih ketika saling mengingatkan untuk melakukan hal yang sama. Dari sinilah rasa kemanusiaan dan kepedulian, untuk tetap berbuat kebaikan meski di masa sulit sekalipun. Seluruh masyarakat harus percaya bahwa sikap sosial dan kemanusiaanlah yang mampu menyelamatkan semuanya
ADVERTISEMENT
Memperbaiki Dunia
Mungkin konsep ini terdengar utopis dan heroik berlebih, sebab bagaimana caranya kita yang tinggal di pelosok bumi dapat memperbaiki dunia yang begitu luasnya. Tetapi seperti yang pernah dikatakan oleh Napoleon Hill, “if you can't do great things do small things in a great way”. Sejatinya, semua orang cukup melakukan bagiannya masing-masing. Nilai-nilai moralitas dalam keberlangsungan hidup bersama dengan kehidupan yang saling berkontribusi, termasuk dalam hal memperdulikan, melindungi, dan berbagi. Karena sebagai makhluk sosial yang juga pasti membutuhkan orang-orang disekitarnya. Dan untuk melewati masa-masa sulit ini, mengenyampingkan ego pribadi adalah yang akan menjadi keselamatan bersama.