Resolusi Tidak Tercapai? Ini Diet yang Disarankan untuk Kurangi Risiko Depresi

Nur Farida Rahmawati
Praktisi dan pegiat literasi kesehatan. ASN pada sebuah institusi kesehatan. Alumni S1-Profesi Gizi Kesehatan dan S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Konten dari Pengguna
31 Desember 2021 21:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nur Farida Rahmawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Resolusi yang dilakukan pada awal tahun merupakan sebuah cita-cita, impian, harapan dan semangat yang biasanya sudah kita setting dengan harapan dapat terwujud dalam setahun. Namun tak jarang di penghujung tahun, beberapa saat tahun berganti, beberapa resolusi ternyata masih ada yang belum tercapai. Hal tersebut tentu dapat membuat diri kita merasa sedih, frustasi, kecil hati, stres, dan depresi.
ADVERTISEMENT
Memiliki tujuan yang pasti memang penting, namun tidak ada salahnya kita juga memberi ruang pada diri agar tetap berupaya tenang dan menyeimbangkan antara kesehatan jasmani dan mental kita.
Jika sobat pernah merasakan kesedihan dan hilang mood, sembari menyendok ice cream atau memakan sebatang coklat, kemungkinan sobat meyakini bahwa makanan (food) akan memiliki dampak terhadap suasana hati (mood).
Ilustrasi : Makanan Sehat. Sumber : pixabay.com
Hubungan Food dan Mood
Harvard Health Publishing merilis bahwa hubungan antara makanan dan gangguan mood, seperti depresi, masih kurang jelas. Hal ini dikarenakan penelitian terkait food and mood tersebut masih terbatas. Meskipun demikian, terdapat kemungkinan bahwa makanan memiliki peranan dalam depresi.
Sebuah penelitian menemukan bahwa ada hubungan antara obesitas dan depresi serta faktor makanan. Wanita yang mengkonsumsi makanan yang kaya vitamin D memiliki risiko depresi lebih rendah jika dibandingkan wanita yang kurang asupan vitamin D.
ADVERTISEMENT
Jurnal Brain, Behavior, and Immunity pada tahun 2014 menyatakan bahwa terdapat keterkaitan antara depresi dan makanan, seperti soft drink yang tinggi pemanis buatan, olahan biji-bijian, dan daging merah. Sebuah penelitian meta-analisis pada tahun 2018 juga menyatakan bahwa konsumsi daging dapat meningkatkan depresi.
Diet Mediterania
Sebuah penelitian menemukan bahwa diet Mediterania memiliki risiko yang rendah terhadap kejadian depresi. Diet ini kaya akan buah, sayuran, minyak zaitun, biji-bijian, dan protein tanpa lemak, seperti ayam dan ikan, serta rendah daging merah dan lemak tidak sehat.
Penelitian yang dilakukan Parletta, dkk (2019) menemukan bahwa diet Mediterania yang dikombinasikan dengan konsumsi minyak ikan dapat mempengaruhi kesehatan mental orang yang mengalami depresi. Ada keterkaitan antara peningkatan omega-3 dan penurunan omega-6 terhadap perbaikan kesehatan mental.
ADVERTISEMENT
Faktor Lain
Hasil penelitian menemukan bahwa depresi kemungkinan merupakan hasil interaksi yang kompleks antara genetika dan lingkungan. Banyak faktor yang mempengaruhi depresi, sehingga tidak pasti dapat diketahui seberapa besar makanan atau pola makan tertentu mempengaruhi risiko depresi.
Oleh karena itu, menurut penulis, modifikasi gaya hidup, seperti pemilihan makanan, tidak merokok, dan melakukan aktivitas fisik perlu dilakukan untuk mendapatkan kesehatan fisik dan mental menghadapi hari-hari ke depan.