DENDAM SANG RAJA KEPADA SANG FILSUF

Faridhian Anshari
Dosen dan Peneliti kajian Sport Communication. Founder dari Studialogy.com serta Creator KMB (Konferensi Meja Bola) Sebuah ajang diskusi sepakbola
Konten dari Pengguna
7 Desember 2017 19:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Faridhian Anshari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Saya yakin, pasti sudah banyak orang yang akan menulis data dan statistik yang dibalut dalam preview terkait pertandingan derby Manchaster. Entah itu, jumlah kemenangan “Pep City” yang terus bergerak lurus tanpa hambatan ibarat jalan tol Cikampek-Bandung tengah malam, atau bagaimana head to head mereka dalam sepuluh pertandingan terakhir. Beberapa kolumnis nun jauh di Inggris juga kembali mengungkit one of the best EPL goal all the time, yang terlukis indah dalam tendangan salto Wayne rooney ke gawang Joe Hart. Sisi lain yang coba digali oleh beberapa orang adalah, bagaimana bentuk pertemuan Mourinho dan Guardiola yang seperti ditakdirkan selalu bertemu sebagai peracik strategi dua klub yang berseteru hebat. Orang akan kembali mengaitkan dengan Barca Pep yang sempat menghabisi Galacticos-Mou. Selalu saja ada yang mengobarkan api masa lalu yang disertai kata-kata “dendam”.
ADVERTISEMENT
Namun, dendam yang bakal saya ceritakan adalah milik seorang “Raja” bernama Zlatan Ibrahimovic. Yes we know, orang yang satu ini cukup mempunyai rekor gila jika melibatkan klub yang dibelanya, dari klub sekecil Malmo sampai sebesar Manchaster United – yang kebetulan menjadi benang merah tulisan ini. Zlatan terkenal lantang dan cukup gila dalam menyampaikan pendapatnya. Bicara yang agak karas disertai “cursing” sampai seenaknya mengungkapkan apa yang ada dikepala tanpa proses filterisasi terlebih dahulu di syaraf otaknya. Namun segila-gilanya Zlatan, dia cukup hormat jika urusannya dengan pelatih. Jangan salah, King Zlatan agak menjadi “manut” ketika berhadapan dengan pelatih sekaliber Fabio Capello (ketika di Juventus), Louise Van Gaal ( di Ajax) hingga Carlo Ancelotti (di AC Milan dan PSG). Namun hanya dengan Jose Mourinho-lah Zlatan berani dan rela mati demi dapat bermain dibawahnya.
ADVERTISEMENT
Secercah cerita tersebut sebenarnya terangkum dengan sangat detail dalam biografi yang ditulis sendiri oleh Zlatan Ibrahimovic dan David Lagercrantz-seorang penulis khusus Biografi- dalam buku berjudul Jag ar Zlatan (Saya Zlatan). Buku yang ditulis Zlatan semasa dia membela Ac Milan ditahun 2011, merangkum sebagian besar cerita anak kecil songong dari Rosengard, sebuah kota kecil di Swedia yang menjadi raja di tiga klub besar Italia. Cerita hidup yang dibalut dalam 450 halaman ini menggambarkan seberapa gila Zlatan dalam memperjuangkan nasibnya dari anak Broken Home sampai menjadi Raja bahkan dewa oleh sebagian orang di Swedia.
Dari ratusan halaman tersebut, dua bab utama pembuka dan penutup menjadi tirai bagaimana Zlatan menggambarkan titik terang dan titik pahit perjalanan karirnya, dan yang menjadi benang merah dari dua titik tersebut adalah seseorang yang bernama Joseph Guardiola. Kenapa memang dengan Pep? Salah apa seorang sehebat Guardiola? Mari kita bahas.
ADVERTISEMENT
Benci sudah menjadi asin dalam sayur kehidupan seorang Zlatan Ibrahimovic. Bagaimana bencinya orang tua teman-teman sebaya Zlatan ketika anak-anak mereka harus kalah bersinar dengan sang Raja kecil. Perjalanan hidupnya juga dipenuhi kebencian oleh pemain senior lainnya, dimulai dari senior Malmo FC yang menyalahkan Zlatan sehingga mereka terdegradasi dari liga ditahun 1999, hingga segitu bencinya seorang Rafael Van De Vaart, pangeran asli Amsterdam kesayangan Van Gaal kepada Zlatan- kala itu bergelar pangeran Skandinavia. Jangan salah, Zlatan melawan, lebih keras, dua kali lipat malah (persis mirip tragedi sikutan balasan Zlatan kepada bek Bournemouth, Tyrone Mings). Namun dalam kasus yang berhubungan dengan Guardiola, kebencian Zlatan tidak dapat tersalurkan, benci itu begitu besar hingga Zlatan cukup speachless dan hanya bisa terdiam. Magis memang.
ADVERTISEMENT
Dalam bab pembuka biografinya, Zlatan menuliskan bagaimana kelakuan buruk Pep terhadap dirinya. Nuansa amarah tersirat dalam balutan ribuan kalimat. Zlatan menyebutkan kalau Pep menyuruh dirinya untuk low profile diluar lapangan, seperti tidak membawa mobil mewah ke Ciutat Esportiva Joan Gamper, tempat latihan Barcelona. Zlatan dapat memahami, namun ketika perlahan Pep meminta dirinya untuk memulai laga dari bangku cadangan, Zlatan mulai bertanya. Emosinya memuncak ketika pada natal 2009, Pep meintanya untuk bermain melebar demi Lionel Messi. Padahal saat itu, Zlatan sudah mencetak 20 goal untuk Barca disemua ajang, dan menjadi penentu kemenangan di El Classico musim itu. Buat pecinta game sepakbola, pasti tidak bisa dibayangkan bagaimana bodohnya keputusan yang dibuat jika menempatkan seorang Zlatan menjadi sayap kiri!
ADVERTISEMENT
Sebenarnya cukup gado-gado perasaan yang dialami Zlatan. Emosi, malu, dan tidak dihargai menjadi gambaran kuat kenapa Zlatan mencak-mencak, terutama kepada Pep. Dia menilai kalau Pep tidak memanfaatkan dirinya dengan baik. Paling mudah mengibaratkannya kedalam quotes terlaris sepanjang masa, yakni harapan tidak selalu berbanding lurus dengan kenyataan. Sebagai seorang pesepakbola yang besar dengan melihat Ronaldo (yang asli bukan yang sekarang) bermain untuk Barca, jelas Barcelona adalah idamannya. Sebelum ke Barca, prestasi Ibra juga tidak dapat dipandang sebelah mata, dia mengantarkan Juventus dan Inter Milan (2 kali) meraih Scudetto. Apalagi yang kurang? Namun dimata Pep, Zlatan hanyalah pion kecil yang (didalam bukunya) seolah disetarakan dengan seorang bek baru Barcelona asal Ukraina bernama Dymtro Chygrynskiy (ada yang masih ingat nama itu?).
ADVERTISEMENT
Puncak emosi tersebut digambarkan dari keputusan mendadak Zlatan yang meminta hengkah dari Barcelona. Cukup satu musim saja diklub yang diidam-idamkan, namun malah menjadi neraka baginya. Agennya, Mino Raiola sempat kelabakan, namun kahirnya berhasil membawa Zlatan keluar dari Camp Nou dan kembali ke San Siro, namun dengan balutan seragam merah putih, AC Milan. Namun, yang menjadi seru adalah bagaimana ketika keputusan tersebut berhasil dibuat pada bulan Agustus 2010, membuat Zlatan sangat bahagia. Cukup gila, karena sebenarnya harga transfer Zlatan melorot 70 persen jika dibandingkan dengan pembeliannya dari Inter Milan setahun sebelumnya. Namun dibalik “turun harga” tersebut, Zlatan sangat bahagia dan tertuang dalam salah satu sesi wawancara akhir Zlatan meninggalkan Barca. Dia berbicara didepan semua wartawan mengenai alasannya meningglakan Camp Nou. Jawabannya waktu itu adalah “tanyakan saja pada sang Filsuf!”. Zlatan-lah yang menyebut julukan tersebut dan dipakai oleh semua jurnalis saat itu. Julukan tersebut diakui Zlatan dirasa pas untuk disematkan kepada Guardiola, yang memang pemurung dan dirasa suka berfikir tanpa kejelasan (terutama yang berkaitan dengan taktik Pep tanpa memakai dirinya).
ADVERTISEMENT
Masih dengan balutan emosi yang sama, kebencian akan seorang Sang Filsuf dituangkan Zlatan dalam bab terakhir bukunya. Dendamnya kepada guardiola-lah yang membuat dirinya dapat bermain bola lagi, walau dirasa sudah cukup berumur. Berbeda 180 derajat dengan Pep, justru Mou lah yang menjadi malaikat bagi dirinya. Bahkan dalam salah satu bab nya, Zlatan menggambarkan kalau dia berani dan rela mati demi seorang Mourinho. Buat Zlatan, Mou adalah surganya, sehingga tidak salah kalau Zlatan mau dua kali menerima pinangan Mou untuk bermain di Old Traffold.
Dengan kesembuhan cederanya yang berangsur membaik, ditambah rasa penasaran yang dibalut dendam kepada pelatih lawan, serta perasaan “berani mati” demi pelatihnya, dapat dibayangkan betapa dahsyatnya makna pertandingan nanti untuk seorang Zlatan Ibrahimovic. Asalkan diturunkan, tidak peduli kalah atau menang, yang penting adalah pembuktian sang raja kepada sang filsuf bahwa dirinya adalah dan selalu menjadi yang terbaik. Bahwa dirinya adalah seorang goal getter murni, bukan seorang sayap kiri.
Foto disadur dari fourfourtwo.com
Foto disadur dari fourfourtwo.com ( FOTO COVER TULISAN)
Foto disadur dari talksport.com
ADVERTISEMENT