Konten dari Pengguna

Kisah Pak Murtala, Sosok Penari dan Pegiat Bahasa Indonesia di Australia

Farih Mufti
pengamat polugri yang suka sepeda #sesdilu75
20 November 2023 8:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Farih Mufti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Siapa masih ingat video yang sempat viral berisi belasan siswa sekolah dasar Australia yang menyanyikan lagu “Abang Tukang Bakso” untuk menyambut kedatangan Presiden Joko Widodo ke Australia pada Februari 2020? Rekaman video itu digagas oleh Pak Murtala, pria kelahiran Banda Aceh yang biasa dipanggil Pak Mur. Ia merupakan guru bantu Bahasa Indonesia di Scotts Head Public School.
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang diplomat Indonesia yang pernah bertugas di Sydney, saya merasa bersyukur memiliki kesempatan untuk bertemu dengan berbagai diaspora Indonesia di Australia yang inspiratif, termasuk Pak Mur.
Saya (paling kiri), Pak Murtala (kedua dari kiri), dan Konsul Jenderal RI Sydney (tengah) di sela-sela pertunjukan Suara Indonesia Dance di MLC School, Sydney. (Sumber: KJRI Sydney)
zoom-in-whitePerbesar
Saya (paling kiri), Pak Murtala (kedua dari kiri), dan Konsul Jenderal RI Sydney (tengah) di sela-sela pertunjukan Suara Indonesia Dance di MLC School, Sydney. (Sumber: KJRI Sydney)
Interaksi saya dengan Pak Mur bermula ketika Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Sydney berencana untuk menyelenggarakan program Indonesia Goes to School di Scotts Head Public School pada November 2020. Sekolah ini merupakan satu-satunya sekolah dasar yang menyediakan program dua bahasa (bilingual) Inggris dan Indonesia dalam sistem pengajarannya.
Berlokasi di wilayah timur laut negara bagian New South Wales, Scotts Head Public School berjarak sekitar 481 km dari kota Sydney. Saya harus menempuh perjalanan darat selama lebih dari lima jam untuk tiba di sekolah ini. “Hebat juga ada sekolah berbahasa Indonesia yang terletak di lokasi yang cukup pelosok di Australia,” pikir saya ketika itu.
ADVERTISEMENT
Kedatangan tim KJRI Sydney disambut oleh senyuman hangat Pak Mur beserta para guru dan siswa sekolah. Saya masih ingat betul ketika itu para siswa kelas 6 menampilkan tarian Aceh, Ratok Dueh, dengan sangat baik sambil diiringi nyanyian dan alat musik yang dimainkan oleh Pak Mur.
Pertunjukan Tari Ratoh Duek murid kelas 6 Scotts Head Public School yang dipandu Pak Mur (paling kanan) dalam rangka menyambut kedatangan Konsul Jenderal RI Sydney beserta tim yang akan menyelenggarakan program Indonesia Goes to School. (Sumber: KJRI Sydney)
Pak Mur dan istrinya, Bu Alfira O’Sullivan, juga merupakan sosok penting di balik berkibarnya kiprah Suara Indonesia Dance, sebuah sanggar tari Indonesia yang berbasis di Sydney. Mereka aktif mengajar dan mempromosikan tarian tradisional Indonesia di Australia.
Pak Mur (kedua dari kiri) dan Bu Alfira (ketiga dari kiri) pada pertunjukan Suara Indonesia Dance di acara "Cicem: A Story of Migration" Februari 2022. (Sumber: KJRI Sydney)
Beberapa kali saya sempat menyaksikan pertunjukan Pak Mur dan Bu Alfira di beberapa sekolah di Sydney. Dengan pembawaan yang semangat dan interaktif, mereka mampu mengundang rasa ketertarikan para siswa untuk mencoba dan mempraktikan tari tradisional Indonesia.
Pak Mur bersama para murid MLC School mempraktikkan tari dari Sumatera Barat. (Sumber: KJRI Sydney)
Suatu hari saya pernah bertanya kepada Pak Mur tentang hal apa yang memotivasinya untuk memperkenalkan budaya Indonesia di Australia. Sebagai seniman, Pak Mur ingin sekali agar seni dan budaya Indonesia dapat menjadi salah satu bagian dari kebudayaan Australia yang sangat multikultur.
ADVERTISEMENT
Pak Mur ingin membangun kesadaran masyarakat Australia bahwa Indonesia merupakan tetangga terdekat bukan hanya karena letak geografis dan kedekatan sejarah, melainkan karena adanya kesadaran dan kedekatan people-to-people melalui pendekatan seni dan budaya. Ia meyakini cara yang dapat dilakukan, yakni dengan menjaga komitmen dan kualitas seni dan budaya yang dipertunjukkan.
Pak Mur dan Bu Alfira mengajari para murid tari Ratoh Duek dari Aceh. (Sumber: KJRI Sydney)
Satu hal penting yang saya petik dari kisah Pak Mur, yakni rasa cinta terhadap Indonesia. Meskipun jauh dari tanah air, selama belasan tahun Pak Mur tetap menunjukkan dedikasinya mempromosikan bahasa, seni, dan budaya Indonesia. Semoga semangat Pak Mur ini menjadi inspirasi bagi kita semua, terutama para diaspora Indonesia di luar negeri, untuk tetap mencintai dan mempromosikan Indonesia di berbagai belahan dunia.
ADVERTISEMENT