Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Felix Guattari: Biografi Singkat dan Pemikirannya Sebagai Filsuf
15 Desember 2020 20:43 WIB
Tulisan dari Abi Achmad Alfarisi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Felix Guattari lahir dengan nama lengkap Pierre-Felix Guattari pada tanggal 30 Maret 1930 di Villeneuve-Les-Sablons. Selain menjadi seorang pelopor dari psikoterapi institusional di Perancis, Guattari juga dikenal sebagai penggagas dari skizoanalisa dan sains ekosofi.
ADVERTISEMENT
Keterlibatan Guattari dalam bidang psikiatri, filsafat, dan satuan militan Perancis diawali pada saat ia bertemu dengan Fernand Oury, Jean Oury, Lucien Bonnafe, dan François Tosquelles di tahun 1958. Guattari telah antusias untuk terlibat dalam praktek psikiatri sejak tahun 1950. Ia memulai peneliatian dalam bidang filsafat, etnologi, linguistik, aristektur, dan lainnya pada tahun 1955 di klinik La Borde dengan kolaborasinya bersama Jean Oury. Banyak pemikiran Guattari yang berunsur psikoanalisa pemikiran Jacques Lacan. Pengaruh Lacan terhadap pemikiran Guattari diawali ditahun 1953 dimana ia pertama kalinya mengikuti seminar dua bulanan Lacan. Setelah itu, ia juga melakukan elaborasi analisis bersamanya di tahun 1962 dan 1969, dan di tahun 1969 tersebut sebagai seorang analisis ia mengikuti Ecole Freudienne de Paris yang dibentuk oleh Lacan. Karena itulah esai psikososial institusional Guattari yang ditulisnya pada tahun 60-an.
ADVERTISEMENT
Karya seorang Felix Guattari di dalam bidang filsafat adalah buku Anti-Oedipus: Capitalism and Schizophrenia yang terbit pada tahun 1972 dengan rekannya Gilles Deleuze. Buku ini berisi tentang kesatuan masalah politik dan psikoanalisis. Pembahasan mengenai hasrat dalam paradigma Deleuze dan Guattari dimulai melalui tradisi filsafat psikoanalisis freudian yang beranggapan bahwa efektivitas hasrat condong merusak dan negatif sehingga membutuhkan kategorisasi melalui formulasi Oedipus yang merupakan usaha anak untuk bersatu dan menginginkan semacam tubuh ibu demi menemukan keutuhan asal dan hasrat yang seperti itu merupakan hasrat yang terlarang karena tabu. Sebaliknya, hasrat menurut Deleuze dan Guattari bukanlah mengenai logika kekurangan atas obyeknya melainkan subyeknyalah yang kehilangan hasrat karena terepresi, sehingga subyek pun juga terepresi.
ADVERTISEMENT
Dalam teori dan praktek, hasrat yang ada dalam pemahaman psikoanalisis dikekang oleh model Oedipus. Hasrat tumbuh berkembang melewati keluarga sehingga psikoanalisis mendapat analisisnya melalui pengandaian Oedipus dalam praktek. Inti dari keseluruhannya adalah suatu ide yang melihat bahwa kita semua telah ter-Oedipal dan tergilakan oleh keluarga semenjak sosialisasi dan proses perkembangan di dalam lingkungan keluarga.
Perlu adanya revolusi hasrat untuk membebaskan hasrat kita, dan model orang yang bebas dari ikatan Oedipal adalah Skizofrenia. Dengan skizofrenisasi kita akan dibebaskan dari psikoanalisis. Suatu subyek yang ingin keluar dari represi oleh Oedipus diwajibkan untuk mengaktifkan mesin hasrat dan tubuh tanpa organ-organ-nya agar dapat terhubung dengan apa pun. Istilah “Tubuh tanpa organ-organ” ini berasal dari Antonin Artaud yang difungsikan oleh Deleuze-Guattari sebagai perekam dari koneksi-koneksi yang telah dibentuk suatu subyek untuk merekam fungsi dan kenikmatan tiap koneksinya. Tubuh-tubuh tanpa organ dapat merekam segala hubungan antara suatu subyek dan obyek-sebagian yang memungkinkan subyek untuk mengingat kepuasan hasrat yang diperoleh dari koneksi tersebut. Oleh karena itu jika tubuh-tubuh tanpa organ difungsikan bersamaan dengan mesin hasrat, yang terekam di dalamnya dapat berupa kombinasi cerdas atau perbandingan satu sama lain.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut dapat terjadi karena subyek sebenarnya merupakan sebuah nomad yang tidak hanya bergantung terhadap satu koneksi. Raga seorang nomad biasanya tidak dapat menuntaskan satu permasalahan, namun mereka terus bertanya dan berfikir secara sederhana. Keinginan seorang nomad adalah hidup tanpa dominasi dan halangan dari aturan tertentu. Oleh karena itu, nomad merupakan suatu proses pemiikiran tiada akhir yang menghasilkan pemikiran-pemikiran yang baru.